Saya tidak tahu manakah yang lebih keras – memberikan dengan kasih karunia atau menerima
dengan kasih karunia. Pemberian manusia itu dilakukan dengan ikatan-ikatan; pemberian Ilahi itu tidak
memiliki ikatan apa pun. Dan penerimaan manusia secara terus menerus berupaya untuk memperkenalkan
unsur kelayakan pribadi; penerimaan Ilahi adalah rasa puas untuk menerima kita sebagaimana kita
adanya.
Sungguh sangat sulit bagi kita untuk menerima tanpa membalas. Ketika kredit itu tiba pada akhir
suatu acara, kita ingin nama kita ditonjolkan, mendapatkan nama besar.
Buku Perjanjian Lama mencantumkan sebuah cerita yang kita kenal bahkan juga dikenal oleh anak-
anak dan ditulis dan di tulis juga dalam lagu-lagu rohani – penyembuhan Naaman, jendral pasukan
Syria. Seorang gadis kecil tawanan mengatakan tentang seorang nabi besar yang ada di negeri itu,
yang terkenal karena perbuatan ajaibnya. Tentu saja dia dapat membantu tuannya! Jadi Naaman pergi
ke Israel dengan membawa sejumlah besar hadiah beserta rombongannya. Setelah dia melakukan
pertimbangan yang sangat mendalam terhadap raja orang Israel dan menekan ketinggian hatinya, pada
akhirnya Naaman setuju untuk melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi Elisa, yang tidak
menampakkan diri, menggambarkan penyembuhan yang akan diperoleh dengan cara mandi tujuh kali di
sungai Yordan. Dan seperti yang ditekankan oleh lagu rohani itu, pada penyelaman yang ketujuh kalinya,
Naaman keluar dari air sebagai orang yang disembuhkan.
Tetapi cerita itu memiliki episode tertentu yang jarang sekali mendapatkan perhatian. Elisa
mempunyai seorang hamba. Gehazi, seorang yang serakah. Sesudah Naaman disembuhkan, Naaman
ingin melimpahkan hadiah kepada Elisa. Namun Elisa menolak untuk menerimanya; keajaiban yang terjadi
pada hari itu adalah dari Allah datangnya, bukan dari seorang nabi. Hanya Allah sendiri yang layak
mendapatkan pujian dan kredit yang baik.
Jadi Naaman kemudian bersiap-siap untuk pulang ke negerinya, semua pemberian yang telah
dibawanya masih berada padanya. Hamba itu, Gehazi, sekarang mengambil alih permasalahan ke
dalam tangannya sendiri. Dia telah merupakan pendamping yang berdiam diri di dalam cerita itu
sebelumnya, menyaksikan penyembuhan Naaman dan kemudian melihat usahanya yang sia-sia untuk
memberikan hadiah kepada Elisa. Gehazi berpikir dalam hatinya, Ini tidaklah benar! Naaman menerima
hadiah kesembuhan, jadi dia juga harus memberikan sesuatu hadiah. Elisa itu bodoh karena telah menolaknya.
Gehazi kemudian berlari mengejar rombongon itu. Ketika dia telah sampai, dia berbohong dan
mengatakan kepada Naaman bahwa Elisa telah berubah pikiran dan mau menerma hadiahnya. Naaman
dengan senang hati memberikan padanya uang dan pakaian – pakaian, namun pemberian-pemberian
itu telah berubah menjadi kutukan, Gehazi yang serakah mendapatkan penyakit kusta Naaman juga.
Masih tetap sulit untuk meneriama dengan kasih karunia. Tetapi itu adalah inti dari injil.