Anda di halaman 1dari 4

Anemia Anemia didefinisikan sebagai sebagai suatu penurunan massa sel darah merah, atau total haemoglobin secara

lebih tepat, kadar hemoglobin normal pada wanita yang sudah menstruasi adalah 12,0 dan untuk wanita hamil 11,0 g/dL (Varney, 2006). Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangna zat besi dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan murah (Manuaba, 2010). WHO menetapkan Hb 11 g% (g/dL) sebagai batas anemia pada kehamilan, sedeangkan Varney (2010) menyatakan kurang dari 10g/dL merupakan anemia pada masa kehamilan atau masa nifas. Centers for Disease Control (1990) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga. Dan kurang dari 10,5 g/dL pada trimester ke dua. Penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh penambahan volume plasma yang relative lebih besar daripada penambahan masa hemoglobin dan volume sel darah merah. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50-80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30-40 mg. Disamping itu, kehamilan memerlukan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Ibu membutuhkan zat besi untuk meningkatkan sel darah ibu sebanyak 500 mg, untuk plasenta sebanyak 300 mg dan untuk darah 100 mg, sehingga total zat besi yang di butuhkan ibu hamil sebanyak 900 mg (Manuaba, 2010). Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30-40% yang puncaknya pada kehamilan 32-34 minggu. Sumber makanan yang mengandung zat besi tinggi adalah hati. Oleh karena itu, ibu hamil perlu banyak mengkonsumsi hati, daging, telur, kacangkacangan, dan sayuran berwarna hijau. Kebutuhan zat besi ibu pada trimester II dan III meningkat, sehingga kebutuhan zat besi tidak dapat diandalkan dari menu harian saja. Ibu hamil tetap membutuhkan tambahan tablet zat besi atau vitamin yang banyak mengandung zat besi (syafrudin, 2009).

Etiologi anemia Semua kelainan yang menyebabkan anemia yang dijumpai pada wanita usia subur dapat menjadi penyulit kehamilan. Penyebab anemia pada kehamilan menurut Cunningham, et al (2005) adalah anemia defisiensi besi, anemia akibat kehilangan darah akut, anemia pada peradangan atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia aplastik, talasemia, amenia sel sabit, hemoglobinopati lain, dan anemia hemolitik herediter. Menurut Harvey (2004), penyebab anemia adalah kurangnya konsumsi zat besi dan nutrisi lainnya, terutama terlalu rendahnya penyerapan zat besi; kurangnya penyerapan zat besi karena komponen makanan yang mengandung zat besi sedikit dan tidak dapat di serap oleh tubuh; mlaria; infeksi cacing; penyakit-penyakit umum misalnya sel sabit dan hemoglobinopati. Menurut Xiong et al. (2003), anemia lebih sering terjadi pada wanita yang berusia lebih dari 30 tahun, keterlambatan penanganan prenatal, status nutrisi yang kurang, wanita dengan komplikasi kehamilan, pendidikan, paritas, usia kehamilan pada saat antenatal yang pertama, dan jumlah kunjungan antenatal, penyakit infeksi dan penyakit kronis pada kehamilan. Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan anemia sehingga menimbulkan kematian maternal adalah usia ibu hamil, jumlah anak yang di lahirkan hal ini kaitannya terlalu sering melahirkan, asupan nutrisi yang kurang sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi zat besi pada ibu hamil (Broek & Letsky, 2000). Suplemen zat besi merupakan strategi dalam mencegah anemia kehamilan dan tablet besi harus diberikan oleh petugas kesehatan pada saat peleyanan antenatal (Winichagoon, 2002). Prognosis anemia a. Bahaya pada kehamilan : dapat terjadi abortus, persalinan preterm, IUGR, mudah terkena infeksi, ancaman dekompensasi kordis, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum dan KPD. b. Bahaya pada persalinan : gangguan HIS, kala II lama, partus kasep, tindakan operasi kebidanan, retensio plasenta, atonia uteri, perdarahan postpartum. c. Bahaya pada nifas : terjadi subinvolusi uteri, infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi mendadak, infeksi mamae.

d. Bahaya pada bayi : abortus, intra uterin, prematuritas, BBLR, kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, bayi mudah infeksi sampai kematian perinatal. Diagnosa anemia pada kehamilan Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan

anamnesa, dalam anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual-mual lebih hebat pada hamil muda. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut : tidak anemia (Hb 11 g%); anemia ringan (9-10 g%); anemia sedang (7-8 g%); dan anemia berat (< 7 g%) ( Manuaba, 2010). Pengobatan anemia dalam kehamilan Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka di lakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet. Contoh preparat Fe diantaranya Barralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal, dan Hemaviton. Setiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 30 mg) (kusmiati, dkk, 2008). Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena mengandung tannin atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi.

Pencegahan Anemia dalam kehamilan Anemia adalah masalah bagi masyarakat terutama anak-anak dan wanita hamil. Cara pencegahan anemia yang sangat efektif jika dilakukan pendidikan tentang hidup sehat, karena salah satu penyebab anemia adalah kekurangan gizi. Cara mencegah anemia terdiri dari : a. Anemia yang disebabkan infeksi, maka infeksinya yang harus disembuhkan. b. Makanlah makanan yang kaya zat besi seperti daging, ikan, hati, unggas, telur, sayuran terutama bayam dan kacang-kacangan. c. Meningkatkan absorpsi zat besi. Zat dapat di absorpsi 2-40% tergantung kadar fitatesdalam makanan, fitates dapat menurunkan absorpsi zat besi. Zat yang dapat meningkatkan absorpsi zat besi adalah daging, unggas, ikan, vitamin C, dalam buah dan sayuran, fermentasi dan kecambah. Zat yang dapat menurunkan absorpsi zat besi adalah senyawa fenol seperti tamin (teh, kopi, coklat) dan kalsium yang bahan dari susu. d. Meningkatkan jumlah porsi makan dari sebelum hamil.

e. Mengenali tanda-tanda anemia. f. Minum 1 tablet tambah darah perhari, minimal 90 tablet selama hamil.

Anda mungkin juga menyukai