Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu usaha utama untuk mencari kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, pembangunan merupakan suatu daya upaya yang mutlak diperlukan. Dalam era globalisasi dewasa ini, proyek pembangunan infrastruktur semakin pesat, dengan demikian maka proyek-proyek pembangunan di bidang sarana dan prasarana khususnya semakin pesat dan marak dilakukan bukan hanya untuk kepentingan pribadi tetapi juga untuk kepentingan umum. Proyek tersebut tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga datang dari luar negeri. Proyek-proyek pembangunan di bidang sarana dan prasarana tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak pemerintah (negara) melalui BUMN, dapat pula ditangani oleh pihak swasta, serta dapat pula berupa bentuk kerjasama antara kedua pihak tersebut. Proyek-proyek pembangunan di bidang sarana dan prasarana meliputi pembangunan jalan raya, pembangunan gedung-gedung bertingkat, pembangunan sarana komunikasi dan lain-lain. Dengan semakin pesat dan maraknya proyek-proyek pembagunan di bidang sarana dan prasarana tersebut, penulis mebuat sebuah kelompok belajar guna membahas masalah yang berkaitan dengan kontrak jangka panjang. Semuanya penulis tuangkan ke dalam sebuah makalah yang berjudul Long Term Contract Accounting. 1.2. Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengertian kontrak jangka panjang 2. Mengetahui metode pencatatan jangka panjang 3. Mengetahui peloparan kerugian kontrak 1.3. Manfaat Diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga dan bermanfaat bagi rekan mahasiswa, khusunya dan bagi semua orang pada umumnya. Serta dapat menegetahui kontrak jangka panjang dan metode - metode penunjangnya. Long Term Contract Accounting 1

1.4. Metode Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu: 1. Internet 2. Diskusi kelompok

Long Term Contract Accounting

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Kontrak Jangka Panjang Menurut Kepres. No.18 Tahun 2000 tentang pengadaan barang dan jasa, Bab V pasal 28 ayat 5 Kontrak Jangka Panjang adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas pesetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota. 2.2. Pencatatan Kontrak Jangka Panjang Menurut metode kontrak selesai, pendapatan baru diakui setelah suatu kontrak selesai dikerjakan. Maksudnya disini bahwa pendapatan baru diakui hanya jika penjualan barang atau jasa telah selesai. Dengan demikian jika dalam suatu periode akuntansi tidak ada satupun kontrak yang diselesaikan maka tidak ada pencatatan atas rugi laba kontrak. Metode kontrak selesai sebaiknya digunakan apabila suatu perusahaan terutama mempunyai kontrak-kontrak jangka pendek, apabila kondisi-kondisi untuk menggunakan akuntansi persentase penyelesaian tidak dipenuhi, atau apabila ada ketidakpastian yang melekat dalam kontrak diluar resiko-resiko usaha yang normal. Kebaikan dari metode kontrak selesai adalah laporan pendapatan didasarkan pada hasil akhir, bukan merupakan taksiran pekerjaan yang belum pasti, serta tidak dikenal adanya unsur biaya tidak terduga juga tidak adanya kemungkinan kerugian yang tidak dapat diperhitungkan pada saat penetapan laba. Sedangkan kelemahannya yaitu bahwa metode itu tidak mencerminkan prestasi kerja masa berjalan bila periode kontrak lebih dari satu periode akuntansi, artinya bahwa pendapatan belum akan dilaporkan sampai tingkat pekerjaan terselesaikan, meskipun pekerjaan yang dilakukan ada pada beberapa periode akuntansi.

2.2.1. Metode Kontrak Selesai

Long Term Contract Accounting

Metode kontrak selesai intinya adalah metode yang mengakui pendapatan setelah proyek selesai dikerjakan. Jadi, ketika kontraktor menerima pembayaraan selama proyek masih dikerjakan, maka penerimaan pembayaran tersebut tidak dicatat sebagai pendapatan, tetapi sebagai uang muka proyek. Setelah proyek selesai, barulah uang muka proyek tersebut dijurnal sebagai pendapatan. Pada akhir proyek juga dihitung laba/ rugi pekerjaan proyek tersebut. Jurnal-jurnal Metode Kontrak Selesai : Pencatatan biaya pengerjaan proyek >> Proyek dalam pekerjaan Rp 1.500.000.000 >>>>>> Kas/ Utang Rp 1.500.000.000 - Penerimaan cicilan pembayaran proyek >> Kas/ Bank Rp 500.000.000 >>>>>> Uang Muka Proyek Rp 500.000.000 - Pencatatan pendapatan proyek >> Uang muka Proyek Rp 3.000.000.000 >>>>>> Pendapatan Rp 3.000.000.000 Pencatatan Laba/ Rugi

>> Proyek Dalam Pekerjaan Rp 500.000.000 >>>>>> Laba Proyek Rp 500.000.000* 2.2.2. Metode Prosentase Penyelesaian Menurut metode prosentase penyelesaian, perusahaan akan mengakui pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah pendapatan yang diakui didasarkan pada ukuran tertentu dan kemajuan penyelesaian kontrak. Pengukuran ini memerlukan suatu taksiran mengenai biaya-biaya yang masih harus dikeluarkan. Biaya-biaya yang sebenarnya dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama periode pembangunan dibebankan pada persediaan, yaitu bangunan dalam pelaksanaan. Jika suatu perusahaan memproyeksikan suatu Long Term Contract Accounting 4

kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian, jumlah seluruh kerugian harus segera diakui. Inti dari metode ini adalah bahwa pendapatan diakui secara proporsional dengan kemajuan dari pekerjaan di bawah perjanjian suatu kontrak. Yang menjadi titik perhatian dari metode prosentase penyelesaian adalah bagaimana mengukur tingkat atau prosentase penyelesaian yang mendekati kenyataannya. Jurnal-jurnal pencatatan untuk metode prosentase penyelesaian hampir sama dengan metode kontrak selesai. Bedanya hanya terletak pada labadan pendapatan. Untuk metode prosentase penyelesaian, laba dan pendapatan dicatat tiap akhir tahun buku, sedangkan metode kontrak selesai, laba dan pendapatan diakui setelah proyek selesai. Jurnal-Jurnal Pencatatan Metode Prosentase Penyelesaian - Pencatatan Biaya-biaya proyek : >> Proyek Dalam Pekerjaan Rp 500.000.000 >>>>>> Kas/ Utang Rp 500.000.000 - Pencatatan Pembayaran Cicilan : >> Kas/ Bank Rp 500.000.000 >>>>>> Uang Muka Proyek Rp 500.000.000 - Pencatatan Laba/ Rugi pada akhir tahun buku : >> Proyek Dalam Pekerjaan Rp 100.000.000 >>>>>> Laba Tahun Berjalan Rp 100.000.000* *) Laba kotor = Kontrak - (biaya tahun pertama + Taksiran by. proyek) = Rp 3.000.000.000 (Rp 500.000.000 + Rp 2.000.000.000) = Rp 500.000.000 Laba Tahun Berjalan = (Rp 500.000.000 : Rp 2.500.000.000)x Rp 500.000.000 = Rp 100.000.000 2.2.3. Metode Proportional Performance Bukan hanya di perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, kondisi serupa juga terjadi di perusahaan-perusahaan jasa yang mengerjakan suatu pesananan pekerjaan jasa dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari satu tahun buku). Long Term Contract Accounting 5

Misalnya: jasa penyusunan Sistim Pengendalian Intern dan Standard Operating Procedure, jasa pembangunan dan penyusunan jaringan komputer (networking), jasa pembuatan software untuk industri tertentu (hotel, retail, dll). Untuk kondisi seperti ini, perusahaan jasa dianjurkan untuk melakukan pengakuan pendapatan dengan metode kinerja proporsional (proportional performance method). Dengan satu catatan, tingkat perkembangan pekerjaan jasa yang dilakukan bisa diidentifkasi dan diestimasi. Dengan menerapkan metode ini, perusahaan jasa mengakui pendapatan secara bertahap sesuai dengan porsi kinerja yang telah dilakukan di periode tersebut. Nilai pendapatan yang diakui adalah sebesar PORSI perbandingan antara beban langsung (direct cost) yang timbul di periode tersebut dengan total beban langsung bila pekerjaan jasa telah rampung, nantinya. 2.3. Pelaporan Kerugian Kontrak yang diantisipasi

Long Term Contract Accounting

BAB III KESIMPULAN 3.1. Kesimpulan Metode kontrak selesai intinya adalah metode yang mengakui pendapatan setelah proyek selesai dikerjakan. Jadi, ketika kontraktor menerima pembayaraan selama proyek masih dikerjakan, maka penerimaan pembayaran tersebut tidak dicatat sebagai pendapatan, tetapi sebagai uang muka proyek. Setelah proyek selesai, barulah uang muka proyek tersebut dijurnal sebagai pendapatan. Pada akhir proyek juga dihitung laba/ rugi pekerjaan proyek tersebut. Inti dari metode prosentase penyelesaian ini adalah bahwa pendapatan diakui secara proporsional dengan kemajuan dari pekerjaan di bawah perjanjian suatu kontrak. Yang menjadi titik perhatian dari metode prosentase penyelesaian adalah bagaimana mengukur tingkat atau prosentase penyelesaian yang mendekati kenyataannya. Dengan menerapkan metode proportional performance ini, perusahaan jasa mengakui pendapatan secara bertahap sesuai dengan porsi kinerja yang telah dilakukan di periode tersebut. Nilai pendapatan yang diakui adalah sebesar PORSI perbandingan antara beban langsung (direct cost) yang timbul di periode tersebut dengan total beban langsung bila pekerjaan jasa telah rampung, nantinya.

Long Term Contract Accounting

DAFTAR PUSTAKA www.google.com http://pustakaclicker.blogspot.com/2012/03/akuntansi-kontrak-pembangunanjangka.html http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/05/akuntansi-pendapatan-beberapa-macammetode-pengakuan-pendapatan/ http://dwiermayanti.wordpress.com/2011/11/16/pendapatan-4/ http://www.bappenas.go.id/node/132/2002/kepres-no-18-tahun-2000-tentangpengadaan-barang-dan-jasa/

Long Term Contract Accounting

Anda mungkin juga menyukai