Anda di halaman 1dari 3

Potensi dan Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Kedelai di Indonesia

Untuk mendukung peningkatan produksi kedelai, perluasan areal tanam tidak hanya dilakukan ke daerah yang sebelumnya menjadi sentra produksi kedelai, tetapi juga membuka daerah pertumbuhan baru. Berkaitan dengan hal itu, potensi dan ketersediaan lahan penting diketahui.

alai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) telah mengidentifikasi sumber daya lahan untuk menilai tingkat kesesuaian dan arahan pengembangannya di 13 provinsi (selanjutnya menjadi 17 provinsi), pada skala tinjau (1: 250.000). Provinsi-provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa T engah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi T enggara, Papua, dan Papua Barat. Berdasarkan kondisi biofisik sumber daya lahan, luas lahan yang sesuai untuk pengembangan kedelai di 17 provinsi mencapai 17,7 juta ha, terdiri atas lahan berpotensi tinggi 5,3 juta ha, berpotensi sedang 3,1 juta ha, dan berpotensi rendah 9,3 juta ha (Tabel 1).

Pengembangan kedelai sebaiknya diprioritaskan pada provinsi yang memiliki lahan berpotensi tinggi cukup luas, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Ba-

rat, Papua Barat, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Bila lahan berpotensi sedang juga diperhitungkan maka kedelai dapat pula dikembangkan di Lampung, NAD, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tenggara. Minat petani untuk menanam kedelai cukup tinggi di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan NAD. Sementara itu, usaha tani kedelai yang cukup intensif ditemui di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, dan Lampung. Contoh peta arahan pengembangan kedelai disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta arahan pengembangan kedelai Provinsi Jawa Timur.

Ketersediaan Lahan Lahan yang tersedia untuk pengembangan kedelai dapat diketahui melalui overlay (tumpang tepat) antara peta kesesuaian lahan dan peta penggunaan lahan terbitan Badan Pertanahan Nasional tahun 1998. Melalui cara tersebut, telah diketahui lahan-lahan potensial yang saat ini belum dimanfaatkan. Lahan tersebut masih berupa hutan belukar, semak belukar, padang alang-alang/ rumput atau tanah kosong. Namun, status kepemilikan lahan tersebut belum diketahui, sehingga bisa berupa tanah negara, HGU/HPH, tanah ulayat atau tanah milik swasta/ pribadi yang diterlantarkan. Lahan yang sesuai untuk pengembangan kedelai berupa lahan sawah, lahan kering (tegal, kebun campuran, dan perkebunan), dan lahan kering terlantar (hutan belukar, semak belukar, dan padang alangalang/rumput). Luas lahan sawah yang sesuai untuk pengembangan kedelai mencapai 4,4 juta ha, lahan kering 4,3 juta ha, dan lahan belum dimanfaatkan (hutan belukar, semak belukar, dan padang alangalang/rumput) 4,4 juta ha (T abel 2).

Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas tanam kedelai nasional menurun dari 1,6 juta ha tahun 1992 menjadi 580.534 ha tahun 2006-2007. Sementara itu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan luas panen kedelai tahun 2008 meningkat menjadi 1,04 juta ha dan pada tahun 2010 sekitar 1,44 juta ha. Berarti, pada tahun 2008 areal tanam harus bertambah sekitar 500 ribu ha, dengan asumsi petani hanya menanam kedelai satu kali setahun, baik pada lahan sawah maupun lahan kering, dengan pola tanam padipadi kedelai atau padikedelaibera. Oleh karena itu, pengembangan kedelai memerlukan strategi dengan memperhatikan kesesuaian lahan untuk mencapai hasil yang optimal. Dari aspek sumber daya lahan (biofisik lahan dan iklim), pengembangan kedelai dapat diarahkan pada wilayah yang berpotensi tinggi, baik pada lahan sawah maupun lahan kering (Tabel 1 dan 2). Lahan sawah yang sesuai untuk kedelai

paling luas terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, dan NAD. Pada lahan sawah, areal tanam kedelai dapat ditingkatkan dengan mengatur pola tanam, terutama pada sentra-sentra produksi kedelai yang ada saat ini atau yang pernah ada (pada tahun 1992 sekitar 1,6 juta ha). Perluasan areal tanam ke daerah ini akan lebih mudah, karena petani telah menguasai teknologi budi daya kedelai serta pengelolaan dan pemasaran hasil. Perluasan areal tanam kedelai ke lahan kering, selain aspek sosial perlu pula memperhatikan kesesuaian lahan dan ketersediaan air. Untuk mempercepat pencapaian swasembada kedelai, perluasan areal tanam ke daerah-daerah pertumbuhan baru dapat pula dilakukan. Upaya ini penting karena makin terbatasnya peluang mengusahakan kedelai di lahan sawah akibat persaingan dengan komoditas lain. Salah satu alternatifnya adalah memanfaatkan lahan kering terlantar. Namun, di wilayah ini petani belum terbiasa menanam kedelai, sehingga perlu pendampingan mulai dari

Tabel 1. Lahan yang berpotensi tinggi, sedang, dan rendah untuk pengembangan kedelai di 17 provinsi. Luas (ha) Provinsi Potensi tinggi Potensi sedang Potensi rendah Jumlah (ha)

Nanggroe Aceh Darussalam 6.821 Sumatera Barat 861.220 Jambi 0 Sumatra Selatan 20.339 Lampung 58.213 Bangka Belitung 0 Jawa Barat 412.608 Jawa Tengah 1.054.842 Jawa Timur 1.494.942 Banten 0 Bali 127.725 Nusa Tenggara Barat 184.210 Sulawesi Selatan 327.362 Sulawesi Barat 610 Sulawesi Tenggara 49.900 Papua 171.381 Papua Barat 562.349 Jumlah 5.332.522

185.988 78.011 16.287 0 214.479 0 774.136 541.227 337.775 183.104 48.055 158.812 403.519 18.424 144.582 0 2.466 3.106.865

173.051 360.487 774.916 1.216.946 590.085 190.431 325.675 158.228 486.976 206.935 34.368 53.828 448.231 29.724 474.587 2.576.646 1.198.951 9.300.065

365.860 1.299.718 791.203 1.237.285 862.778 190.431 1.512.419 1.754.297 2.319.693 390.039 210.148 396.850 1.179.112 48.758 669.069 2.748.027 1.763.766 17.739.452

Salah satu varietas unggul kedelai yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian, memiliki daya hasil yang tinggi.

Tabel 2. Penyebaran lahan yang sesuai untuk kedelai di lahan sawah, lahan kering, dan lahan yang belum dimanfaatkan di 17 provinsi. Lahan sawah (ha) 141.171 186.692 76.037 144.326 0 109.050 134.558 881.510 887.525 1.172.223 91.128 208.197 354.421 10.460 18.421 494 2.513 4.418.726 Lahan kering (ha) Pertanian1) 97.360 210.712 518.370 557.283 26.996 580.264 9.648 464.863 783.064 204.680 119.073 37.289 298.597 17.956 143.765 119.049 107.704 4.296.673 Nonpertanian2) 108.201 114.772 136.831 481.386 159.429 263.033 0 61.543 77.240 0 0 148.688 333.291 11.711 465.942 1.256.358 803.300 4.421.725

Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Barat Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Papua Papua Barat Jumlah
1) 2)

pemilihan lokasi dan teknologi budi daya yang sesuai hingga pengelolaan dan pemasaran hasil. Lahan terlantar ini sangat luas, mencapai 4,4 juta ha yang tersebar di 14 provinsi (Tabel 2). Namun, pengembangan kedelai di wilayah ini perlu memperhatikan jumlah rumah tangga petani, ketersediaan tenaga kerja, serta minat masyarakat setempat untuk mengembangkan usaha tani kedelai (Anny Mulyani). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 98 Bogor 16123 T elepon : (0251) 323012 327215 Faksimile : (0251) 31 1256 E-mail: csar@bogor.indosat.net.id

Berupa tegalan/ladang/kebun campuran/perkebunan. Berupa hutan belukar/semak belukar, padang rumput.

Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 1 2008

Anda mungkin juga menyukai