Anda di halaman 1dari 2

Pengalaman Ngaji dan Fitnah Media By: Eko Warsiyanto Kurang lebih delapan tahun yang lalu di saat

aku mulai memasuki hari pertama di salah satu SMK negeri di Lampung, SMK Negeri yang bersebelahan dengan Universita s Negeri juga. Dan aku pun satu kos dengan teman-temanku yang kebetulan dua oran g temanku satu kampung, dua orang tetangga kampung, satu orang lagi tetangga kab upaten. Kami berenam ngekos karena kampung kami jauh dari sekolah. Selang berapa bulan kami sekolah, dan kami pun aktif pergi Masjid Ar-Raudhoh Kampung Baru unt uk menjalankan kewajiban shalat. Kami pun bertemu dengan seorang kakak mahasiswa , dan kami pun mengobrol dengannya. Setelah cukup lama ngobrol, tiba-tiba kakak tersebut menawarkan mau mengajari kami ngaji. Dan dengan senang hati kami pun te rtarik dengan tawarannya. Pertemuan pertama pun dilaksanakan di kosan bersama teman-teman pada malam hari ba da isya mengaji mengisi waktu luang anak kos. Namun, apa yang terjadi? Pagi-pag i sekali ba da subuh kami mendapat teguran sama bapak kos, beliau tidak mengijinka n di kosan ada agenda pengajian tanpa memberikan alasan yang tepat kepada kami. Karena lugunya kami, karena kemarahan bapak kos tanpa adanya sebuah alasan yang membuat kami tidak faham, di minggu ke dua kami adakan pertemuan lagi. Tapi apa yang terjadi? Waktu itu hari Sabtu sepulang kami dari sekolah, ternyata kami telah ditunggu-tu nggu oleh bapak dan ibu kos mau disidang. Rinto (teman kosan tertuau), semua ke s ini kalian! Kalian ini bandel ya, siapa yang beri izin kalian ngaji lagi? Dengan nada yang amat garang bapak kos (watak seorang scurity) memanggil kami, seperi d arah marinir pun mengalir pada beliau. Maaf pak, semalam kami sudah izin ke ibu, j awab Rinto sekenanya. Oo jadi ibu yang beri kalian izin ngaji, saya pecahin kepal amu Mah! bapak kos marah dengan serius. Diarahkan benda keras yang menyerupai pal u itu ke kepala ibu. Kami pun seraya teriak Jangan, pak.., jangan! sambil memegang i tangan bapak kos. Alhamdulillah tak sampai mengenai kepala ibu. Dan kami pun telah membuat kesepakatan untuk tidak mengadakan pertemuan ngaji la gi. Bapak kos memberikan alasan, tetangga curiga kalau kami ikut sebagai jaringa n teroris. Karena kala itu, masih hangat-hanyatnya di berbagai media tentang ter oris, dan media pun menyebutkan bahwa ciri-ciri jaringannya itu seperti bergerom bol, perkumpulan-perkumpulan meski itu agenda ngaji dan lain-lain. Dan telah men jadi peraturan di kampung kos kami, di berbagai kosan, pelajar atau mahasiswa di larang melakukan hal-hal yang menyerupai apa yang telah diberitakan di media-med ia. Kami pun tak bisa berbuat apa-apa. Dan kami pun putus kontak dengan kakak ya ng mengajari kami. Sehingga kami waktu itu merasa cukup, cukup kalau hidup sudah bisa shalat lima waktu, cukup bisa membaca Al-Qur an. Tidak tahu-menahu dengan ke wajiban dakwah. Singkat cerita di tahun 2007, akhirnya kami semua lulus sekolah, selesai sekolah kembali ke kampung masing-masing. Beberapa bulan di kampung saya masih menganggur sedang menunggu panggilan kerja. Kebetulan waktu itu saya diundang untuk menghadiri pertemuan RISMA. Ternyata di kampung saya ada penggerak atau pelopor membentuk sebuah program MENTORING . Pikir saya sambil mengisi aktivitas di rumah saya mengikuti agenda-agenda tersebut. Waktu terus berjalan, pertemuan demi pertemuan saya semakin berpikir agenda men toring ini sama persis seperti agenda ngaji waktu di kosan dulu. Akhirnya saya b ercerita dengan guru saya kejadian tentang masa laluku ngaji di kosan, yang beli au juga mahasiswa dari Universitas Negeri juga. Ternyata programnya sama yang di namakan Liqo at . Saya baru tahu kalau ini liqo at. Dan sedikit merasa ada penyesalan kenapa liqo at tidak berlangsung sejak dulu saya

masih SMK. Karena ternyata program mentoring atau liqo at menjadikan perubahan be sar pada diri, perubahan positif bagi saya. Mengetahui tujuan hidup. Tidak seked ar shalat-shalat saja sudah merasa baik. Tapi saya menjadi tahu kalau menuntut i lmu itu wajib dari belaian ibu sampai ke liang lahat. Saya menjadi tahu dakwah ( menyampaikan kebenaran) menegakkan kalimatillah itu wajib. Dan kini menjadi Agen t of Change (Agen Perubahan). Tidak hanya mengubah diri pribadi menjadi lebih ba ik, tetapi mengajak orang-rang di sekitar kita untuk berubah menjadi lebih baik dan mencari predikat Khairu Ummah . Yuk ngaji, yuk ikut MENTORING!!! ~True story by Ikhwan Perindu Syahid~

Anda mungkin juga menyukai