Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan, bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting digunakan untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi.[1] Anemia Devisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk pembentukan hemoglobin tidak cuup. Sebesar 20% populsi dunia diketahui menderita defisiensi besi. Populasi yang terbesar menserita anemia defisiensi besi adalah wanita udia reproduksi, terutama saat kehamilan dan persalinan. Dari data WHO memperkirakan bahwa 58% wanita hamil di negara sedang berkenbang menderita anemia dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga Indonesia persentase ibu hamil dengan anemia mencapai 51,3%.[1] Pengobatan anemia dengan perubahan makanan saja tidak cukup sehingga alternatif pengobatan lain diberikan kapsul zat besi. Tingginya penyakit anemia di Indonesia menyebabkan kebutuhan obat zat besi yaitu ferro fumarat sebagai zat aktif untuk mengatasi anemia akibat kekurangan besi menjadi meningkat. Kapsul besi (II)

fumarat atau ferro fumarat merupakan preparat yang digunakan untuk mengatasi anemia terutama anemia defisiensi besi. Satu kapsul Besi (II) Fumarat mengandung 176 mg Fe Fumarat yang setara dengan 57, 98 mg zat besi. Obat sebelum beredar dipasaran, harus diuji dulu mutu dan kualitasnya. Pemeriksaan mutu suatu sediaan dalam bidang kefarmasian mutlak diperlukan untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan dan dibuat pada kondisi yang tetap dan mengikuti prosedur standar sehingga obat tersebut senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk identitas, kadar, kemurnian, mutu, dan keamanannya. Pemilihan metode merupakan masalah yang terpenting didalam setiap analisis, karena metode yang akan dipilih itu merupakan pencerminan dari beberapa faktor. Faktor faktor tersebut antara lain: tujuan analisis, jenis bahan, jumlah bahan yang akan dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan. Penetapan kadar tablet besi (II) fumarat dalam Farmakope Indonesia Edisi IV dilakukan dengan metode serimetri. Serimetri merupakan metode konvensional yang pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama dan kurang peka untuk penetapan kadar suatu zat yang kadarnya relatif kecil. Bahan-bahan yang digunakan pada serimetri juga mahal. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pengembangan dan pemilihan metode alternatif yang paling baik dan sesuai. Metode yang baik seharusnya memenuhi kriteria yaitu metode harus peka (sensitive), teliti (precise), tepat (accurate), selektif dan praktis. Dalam rangka pengembangan metode serta pemilihan metode yang sesuai, maka dilakukan validasi

metoda analisa untuk pemeriksaan besi (II) fumarat dalam sediaan kapsul dengan metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin. I.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Apakah penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul dengan metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin dapat memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan?

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian adalah: 1. Membuktikan apakah penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin dapat memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan. I.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang validasi metoda analisa penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan metoda spektrofotometri UV-Visible menggunakan pereaksi bipiridin, juga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang mungkin memerlukannya.

I.5 Kerangka Penelitian 1. Kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul dapat ditetapkan dengan metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin.
2.

Penetapan kadar Besi(II)Fumarat dalam sediaan kapsul yang ditetapkan dengan metoda spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi bipiridin memenuhi parameter validasi.

I.6 Metodelogi Penelitian Penelitian ini terbagi atas:


1. 2. 3.

Uji Linearitas Uji Kecermatan (Accuration) Uji Keseksamaan (Precision) Uji Selektifitas Uji Batas Deteksi dan Uji Batas kuantitatif Uji Ketangguhan dan Kekuatan Metoda Analisa

4.
5. 6.

I.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Maret 2011 di Labolatorium Kimia PT ERRITA PHARMA Desa Bojong Salam RT.04 RW.07 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. Telp.(022)7949062.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Besi(II)Fumarat dan 2,2 '-Bipiridin Besi(II)Fumarat

Gambar II.1 Besi (II)Fumarat [2]

Besi (II) fumarat, juga dikenal sebagai besi fumarat, adalah besi (II) garam dari asam fumarat, serbuk berwarna merah kejinggaan, digunakan untuk melengkapi asupan zat besi. Besi (II) fumarat memiliki rumus kimia C4H2FeO4 dan memiliki berat molekul 169,9. [3]

Besi Fumarat merupakan garam besi yang bekerja dan bermanfaat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit kekurangan darah (anemia) karena kekurangan zat besi. Besi Fumarat murni memiliki kandungan besi 32,87%, sehingga satu kapsul 100 mg besi fumarat akan mengandung 32.87 mg besi. 2,2 '-Bipiridin

Gambar II.2: 2,2 '-Bipiridin [4] Rumus Molekul Masa Molar Titik Lebur Titik Didih : C10H8N2 : 156,18 g mol-1 : 70-73 0C : 273 0C

2,2 '-bipiridin adalah senyawa organik dengan rumus (C10H8N2). Zat ini merupakan padatan berwarna putih, biasa disingkat bipy atau bpy . Zat ini bergigi dua pengkelat ligan , membentuk kompleks dengan banyak logam transisi .[4] Besi merupakan salah satu unsur logam transisi yang memiliki orbital d yang tidak terisi penuh pada konfigurasinya. Sedangkan bipiridin (C10H8N2) memiliki 2

pasang elektron bebas yang masing-masing terdapat pada atom N. Karena itu, keduanya dapat membentuk suatu senyawa kompleks yang berikatan koordinasi dimana besi sebagai penerima pasangan electron dengan menyediakan orbital kosongnya atau asam Lewis dan bertindak sebagai atom pusat, sedangkan bipiridin bertindak sebagi ligan atau basa Lewis dengan mendonorkan pasangan elektronnya untuk digunakan bersama. Salah satu sifat dari senyawa kompleks ini yaitu umumnya dapat membentuk warna dalam larutan, sehingga dalam penentuan rumus senyawa kompleks besi-bipiridin dapat digunakan teknik spektrofotometri yaitu dengan mengukur serapan cahaya (absorbansi) dari berbagai campuran. [5] Untuk regensia bipiridin yang bereaksi dengan besi, terjadi pewarnaan jingga yang disebabkan oleh adanya kation kompleks [Fe(C10H8N2)3]2+ dalam larutan yang sedikit asam. Reaksi pembentukan: 2Fe2+ + C10H8N2 [Fe2(C10H8N2)3]2+ jingga Besi (II) mudah teroksidasi menjadi besi (III). Besi (III) tidak bereaksi dengan bipiridin dan harus direduksi dulu menjadi besi (II) dengan pereduksi seperti Natrium Tiosulfat, Asam askorbat, Kalium Iodida,dll. Namun pada penelitian ini pereduksi yang akan digunakan adalan Natrium Tiosulfat karena senyawa ini mudah didapatkan dan cenderung stabil. Senyawa kompleks besi(II) bipiridin akan terbentuk pada pH 2-9.[5] Pada penelitian ini digunakan buffer pH 4,5 karena pH tersebut merupakan pH optimum pada kompleks Besi-bipiridin untuk suasana asam.[6]

II.2 Spektrofotometri UV-Visible Spektrofotometri didefinisikan suatu metoda analisis kimia berdasarkan pengukuran seberapa banyak energi radiasi diabsorpsi oleh suatu zat sebagai fungsi panjang gelombang. Proses absorpsi ini kemudian dapat dijelaskan bahwa suatu molekul atau atom yang mengabsorpsi radiasi akan memanfaatkan energi radiasi tersebut untuk mengadakan eksitasi elektron. Eksitasi ini hanya terjadi bila energi radiasi yang diperlukan sesuai dengan perbedaan tingkat energi dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Prinsip inilah yang dijadikan dasar analisis kualiatif spektrofotometri.[7] Analisa Fe secara Spektrofotometri Melalui pembentukan ion kompleks dengan bipiridin, tiga molekul bipiridin bergabung dengan Fe2+ membentuk ion kompleks berwarna jingga. Sistem warna tersebut mengikuti hukum Beer : Sinar cahaya dengan panjang gelombang yang tertentu yaitu 520 nm, akan diabsorbsi secara proporsional dengan jarak perjalanannya di dalam larutan dan dengan kadar kompleks yang berwarna orange-merah ini. Absorptivitas molar dari kompleks besi-bipiridin adalah 8650 L / mol / cm pada panjang gelombang serapan maksimum. Bentukbentuk kompleks dengan cepat, stabil selama rentang pH 3 sampai 9, dan dapat digunakan untuk menentukan besi (II) konsentrasi di kisaran 0,5-8 ppm.[8]

Pengukuran dengan menggunakan UV-Vis dapat berhasil dengan baik asal kondisikondisi operasional telah dikendalikan dengan sangat seksama. Adapun interferensi yang sering dijumpai apabila melakukan analisis dengan UV-Vis adalah:[9] 1. Mencari reaksi yang spesifik Misalkan bila kita menetapkan besi yang tercampur dengan mineral lain seperti tembaga sebaiknya jangan memakai KCNS, tetapi pakailah cara Bipiridin. Reaksi yang sifatnya spesifik biasanya biasanya sedikit sekali Bila kita melakukan reaksi, usahakan zat lain tidak ikut bereaksi, apalagi kita menghasilkan senyawa yang mempunyai max berdekatan.[9] 2. Tetapkan pada maks maks adalah dimana contoh memberikan serapan (absorbsi) maksimum. maks dapat ditetapkan dengan dengan mengalurkan A terhadap dari suatu larutan dalam deret standar. Penetapan pada maks akan memberikan keuntungan antara lain : a. Kepekaan maksimum, karena pada perubahan konsentrasi larutan akan memberikan perubahan A yang paling besar (memperkecil kesalahan) b. Pada maks akan didapatkan bentuk kurva kalibrasi yang linier sesuai dengan Hukum Lambert Beer.[9] 3. Waktu kestabilan reaksi Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat ada pula yang lambat bahkan setelah waktu tertentu akan terbentuk reaksi atau senyawa lain. Pada penetapan cara spektrofotometri kestabilan reaksi sangat penting. Oleh karrena itu dalam mengukur

10

Absorbansi contoh hendaknya diperhatikan masalah waktu. Pengukuran jangan dibiarkan terlalu lama atau terlalu cepat, misalnya Penetapan Fe cara bipiridin harga A ditetepkan setelah 5 10 menit.[9] 4. Penyesuaian dengan Lambert Beer Kurva kalibrasi menurut Lambert Beer seharusnya linier. Pada kenyataannya bila makin pekat kurva akan melengkung.[9] 5. Pemilihan pelarut Pelarut yang dipakai hendaknya mempunyai kemurnian yang tinggi, tidak mengabsorbsi pada daerah pengukuran, tidak berinteraksi dengan contoh.[9] 6. Kesalahan relatif Untuk mendapatkan kesalahan relative yang kecil pengukuran sebaiknya pada absorbsansi 0,2 0,7.[9] Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakanSpektrofotometer UV-Vis adalah:[9] 1. Serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi matrik selain komponen yang akan dianalisis. 2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas ataukuarsa. Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan

11

oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat blangko dan sampel.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat

rendah atau sangat tinggi. Hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan). Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer. UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan menggunakan blangko: Setting nilai absorbansi=0 Setting nilai transmitansi = 100 % II.3 Validasi Metoda Analisa Validasi metoda analisa adalah proses yang ditetepkan melalui studi labolatorium bahwa karakteristik kinerja analisis memenuhi persyaratan sesuai dengan

penggunaannya. Parameter analitis yang harus dipertimbangkan dalam validasi adalah Akurasi, Presisi, Selektivitas, Batas deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification), Linearitas, Ketangguhan metode (Ruggedness), Kekuatan (Robustness). [10] Accuracy (Kecermatan) Accuracy suatu metoda analitis adalah tingkat kedekatan hasil pengujian metoda analisis yang divalidasi dengan nilai sebenarnya atau nilai yang dianggap benar. [10]

12

Akurasi metoda analisis diteteapkan dengan melakukan pengujian menggunakan metoda yang sedang divalidasi terhadap sampel zat yang ditambah analit dalam kadar yang diketahui lebih tinggi maupun lebih rendah dari kadar normal yang diharapkan terkandung dalam sampel zat. [10] Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (RSD). Selisih kadar pada berbagai penentuan (Xd) harus 5% atau kurang pada setiap konsentrasi analit pada mana prosedur dilakukan. Harga rata-rata selisih secara statistik harus 1,5% atau kurang. Kriteria tersebut dinyatakan secara matematik sebagai berikut: [11] . 100 < 5%

. 100 - Precision (keseksamaan) Precision metoda analisa adalah tingkat kedekatan di antara hasil uji individu bila prosedur digunakan berulang kali terhadap sampling ganda atas sampel yang homogen. Presisi metode analisis biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku relatif (koevisien variasi). Presisi metoda analisa ditetapkan dengan menentukan kadar larutan sampel homogen beberapa kali sehingga hasil uji dapat dihitung secara statistik perkiraan yang valid dari simpangan baku atau simpangan relatif (koevisien variasi). [10]

13

Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2%atau kurang. Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
1. Hasil analisis adalah X1, X2, X3, X4,.....................Xn

Maka simpangan bakunya adalah

2. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah:

Percobaan keseksamaan dilakukan terhadap paling sedikit enam replika sampel yang diambil dari campuran sampel dengan matriks yang homogen. Sebaiknya keseksamaan ditentukan terhadap sampel sebenarnya yaitu berupa campuran dengan bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo) untuk melihat pengaruh matriks pembawa terhadap keseksamaan ini. Demikian juga harus disiapkan sampel untuk menganalisis pengaruh pengotor dan hasil degradasi terhadap keseksamaan ini. [11] Selektivitas (Spesifisitas) Selektivitas atau spesifisitas metode analisis adalah kemampuan metode analisis untuk mengukur secara tepat dan spesifik analit yang tercampur dengan komponen utama dan diperkirakan ada dalam sampel. Spesifitas dinyatakan sebagai derajat bias hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel mengandung cemaran yang ditambahkan. Hasil urai atau senyawa sejenis dibandingkan dengan hasil uji sampel murni (tidak

14

mengandung cemaran). Bias dapat dinyatakan sebagai perbedaan hasil uji antara dua kelompok sampel diatas. Spesifisitas adalah ukuran derajat gangguan dalam analisis campuran sampel yang kompleks. [10] Linearitas Linearitas metode analisis adalah kemampuan untuk menyebabkan hasil uji yang secara langsung atau melalui transformasi matematis yang umum dikenal proporsional terhadap konsentrasi sampel dalam rentang penggunaan metoda analisis. Linearitas dinyatakan dengan variasi disekitar slope garis regresi (koevisien korelasi). Linearitas metoda analisis ditetapkan dengan perlakuan matematis hsil uji yang diperoleh dengan melakukan analisis terhadap sampel yang mengandung analit sepanjang rentang pengujian yang dinyatakan dalam metoda analisis. [10] Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arahgaris regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasianalit. Perlakuan matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit. Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya. Dalam praktek, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 70 130% kadar analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi yang digunakan antara 0 200%. Jumlah sampel yang

15

dianalisis sekurang-kurangnya tujuh buah. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier Y = a + bX. Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau 1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Parameter lain yang harus dihitung adalah simpangan baku residual (Sy). Dengan menggunakan kalkulator atau perangkat lunak komputer, semua perhitungan matematik tersebut dapat diukur[11]

Di mana

= a + bx

SX = Standar deviasi dari fungsi

VX = Koefisien variasi dari fungsi Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quatification) Batas deteksi adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat terdeteksi tapi tidak perlu secara kuantitatif. Penentuan batas deteksi metoda analisis untuk prosedur instrumental dapat digunakan teknik signal terhadap noise dengan membandingkan hasil uji sampel yang mengandung analit dalam konsentrasi yang diketahui dengan blanko sampel dan menetapkan konsentrasi analit terendah yang dapat terdeteksi dengan baik. [10]

16

Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan[11]

Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi) k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a+bx) Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x.).[11] a. Batas deteksi (Q) Karena k = 3 atau 10, simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka

b. Batas kuantitasi (Q)

17

Ketangguhan metode (ruggedness) Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis. [10] Ketegaran metode (robustness) Ketegaran metoda analisa adalah ukuran kemampuan metode analisis untuk teteap bertahan terhadap pengaruh kecil tapi dilakukan dengan sengaja dengan membuat variasi dalam parameter metoda analisis dan memberikan indikasi kehandalan metoda selama penggunaan normal. [10]

BAB III

18

METODE PENELITIAN

III.1 Diagram Alir Penelitian Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian

Fe Fumarat 1. Timbang zat 2. Tambah HCl (1:2) 3. Larutkan, add 100 mL 4. Tambah dapar asetat pH 4,6
5. Tambah Na2S2O3

6. Tambah Bipiridin

Linearitas

Akurasi

Presisi

Selektifitas

LOD dan LOQ

Rugedness

Robustnes

Data Hasil III.2 Alat dan Bahan III.2.1 Alat Kesimpulan

Larutan 10%

19

a. Batang Pengaduk b. Gelas kimia 100 mL c. Gelas Ukur 50 mL d. Hot Plate e. Kuvet f. Labu Ukur 50 mL III.2.2 Bahan a. Besi(II)Fumarat Baku Kerja b. Bipiridin 0.2% (b/v)
c. NH4OAc

g. Labu Ukur 100 mL h. Pipet Seukuran 1 mL i. Pipet Ukur 5 mL j. Spektrofotometri UVVisible k. Timbangan Analitik

e. HCl (1:2)
f. Natrium Na2S2O3.5H2O

10%(b/v) g. Sediaan kapsul Besi(II)Fumarat

d. Asam Asetat Glasial

20

III.3 Prosedur Penelitian Larutan 2,2 Bipiridin 0,2% (b/v) dalam aqua DM Timbang 200 mg 2,2 Bipiridin, larutkan dalam 100 mL aqua DM Larutan Dapar Asetat pH 4,5 Timbang 15 gram NH4COOH, larutkan dalm 250 mL aqua DM, tambahkan 10 mL (CH3COOH)2, atur pH hingga 4,5 menggunakan CH3COOH atau NH4OH, encerkan hingga 1000 mL. Larutan Na2S2O3.5H2O 10% (b/v) Timbang 10 gram Na2S2O3.5H2O, larutkan dengan 100 mL aqua DM. Larutan Induk (Fe Fumarat = 88 ppm) Timbang seksama 88 mg Fe Fumarat, tambahkan 25 mL HCl (1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 100 mL, tambahkan aqua DM sampai tanda batas.Kocok hingga homogen. Pipet 10 mL larutan ini ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai tanda batas, kocok hingga homogen. Larutan Fe Fumarat 8,8 ppm

21

Pipet 10 mL larutan induk, tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na2S2O3.5H2O10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan hingga 100 mL. Kocok hingga homogen. Larutan Sampel Timbang sampel setara dengan satu isi sediaan kapsul besi, tambahkan 25 mL HCl (1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu ukur 100 mL. Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na 2S2O3.5 H2O 10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,6 sampai dengan tanda batas, kocok hingga homogen. ( Fe Fumarat 8,8 ppm) Larutan Placebo Buat placebo sediaan kapsul besi yang tediri dari: Nama Bahan Vit C Asam Folat B12 CuSO4 MgSO4 Sorbitol Mikrosel Mg Stearat Banyak zat 5 gram 100 mg 0,75 mg 20 mg 20 mg 2,5 gram 550 mg 500 mg

22

Talk Kolidon Alkohol

1 gram 675 mg 10,6 mL

NB : Placebo untuk 100 kapsul Campur semua pengisi formula Fe Fumarat Kapsul, aduk rata. Timbang 272 mg placebo, masukkan placebo ke dalam gelas kimia, tambahkan 25 mL HCl (1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL ke labu ukur 100 mL .Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na2S2O3.5H2O 10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan tanda batas, kocok hingga homogen. III.3.1 Linearitas Buat seri larutan standar dengan konsentrasi 6,2 ppm; 7 ppm; 7,9 ppm; 8,8 ppm; 9,7 ppm; 10,6 ppm dan 11,4 ppm dari larutan induk yang diambil menggunakan pipet seukuran masing masing 7mL, 8mL, 9mL, 10mL, 11mL, 12mL dan 13 mL ke dalam 100 mL. Ukur serapan pada 500-600 nm pada masing masing seri larutan dengan konsentrasi yang berbeda tersebut . III.3.2 Akurasi

23

Tambahkan sejumlah Fe Fumarat standar yang ditimbang dengan seksama ke campuran placebo sehingga menghasilkan campuran dengan kadar Fe Fumarat 7 ppm; 8,8 ppm dan 10,6 ppm dari formula Fe Fumarat kapsul dan campur. Dan lakukan tiga kali pengukuran pada 500-600 nm pada masing masing konsentrasi. Kriteria Penerimaam: RSD 2%.

III.3.3 Presisi Keberulangan (Ripitabilitas) Buat larutan uji dari sampel produk untuk uji presisi: Timbang sampel setara dengan satu isi sediaan kapsul besi, tambahkan 25 mL HCl (1:2), panaskan sampai larut. Pindahkan ke labu ukur 200 mL, tambahkan aqua DM sampai tanda batas. Kocok hingga homogen. Pipet 1 mL larutan ini ke dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan 35 mL dapar asetat pH 4,5 dan 5 mL Na 2S2O3.5H2O 10% serta 2,5 mL bipiridin 0,2%, kocok. Tambahkan dapar asetat pH 4,5 sampai dengan tanda batas, kocok hingga homogen. Ukur serapan pada 500-600 nm.Lakukan triplo untuk pengujian. Kriteria Penerimaan : RSD 2% Presisi Antara Lakukan pengujian di atas oleh dua orang analis yang berbeda atau menggunakan alat yang berbeda. RSD maksimal dari dua orang pengujian harus 2%.

24

III.3.4 Selektifitas Ukur serapan larutan placebo. Larutan placebo tidak boleh memberikan puncak pada panjang gelombang yang sama dengan Fe Fumarat.

III.3.5 LOD dan LOQ Buat variasi larutan LOD dan LOQ 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 10% dari larutan 100%. Ukur serapan. III.3.6 Robustness Ulangi pemeriksaan larutan standard dan larutan sampel yang telah tersimpan selama 3 jam, 6 jam, 8 jam, 24 jam, dan 48 jam. Larutan dinyatakan stabil apabila tidak ada perubahan respon. III.3.7 Ruggedness Lakukan pemeriksaan larutan standar dan larutan sampel menggunakan kondisi operasi yang berbeda dan lingkungan yang berbeda

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo Naroyono dan Regina Tatiana Purba, 2006, Anemia Defisiensi Besi

Dalam Kehamilan, Jurnal Kedokteran dan Farmasi, Vol 19, Hal 3-7.
2. Anonim, 2011. Fe Fumarat, http://www.wikipedia.com, 5 September 2011. 3. Anonim, 2007, The United States Pharmacopea, The Official Compendia of

Standards, Volume 2, Port City Pres Baltimore.


4. Anonim, 2011. 2,2 '-bipiridin, http://www.wikipedia.com, 10 Oktober 2011. 5. Nur Mifta Rahmat, 2010, Penentuan Rumus Senyawa Kompleks Besi-

Phenentrolin Dengan Metode Perbandingan Slope, Universitas HAlouleo, Kendari.

26

6. Ningsih, 2005, Penentuan besi (Fe) pada penelitian ini didasarkan pada

reaksi pembentukan kompleks antara Fe(II) dengan pengompleks 1,10fenantrolin, ITS, Surabaya.
7. Tahid, 2001, Spektrofotometri UV-Vis: Prinsip Dasar, Peralatan dan

Pemeliharaan, Disampaikan pada Pelatihan Perawatan dan Kalibrasi Alat Laboratorium, Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Alam, Bandung.

8. Widyaningsih Elsa,2011, Analisa Fe secara Spektrofotometri

, http://teenagers-moslem.blogspot.com/2011/01/spektrofotometer-uv-vis-byelsa.html, 4 November 2011.


9. Sastrohamidjojo, H, 1991, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta. 10. Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2001, Pedoman Cara Pembuatan

Obat Yang Baik dan Benar, BPOM, Jakarta.


11. Harmita , 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol 1, Hal 117-135.

27

BIODATA PENELITI Nama NIM Jenis Kelamin Tempat Lahir Tanggal Lahir Agama Alamat rumah : Anggita Yuliana Nurtanti : 3212081045 : Perempuan : Bandung : 14 Juli 1989 : Islam : Jl. Botani II No.9 RT.05 RW.15. Tanimulya Indah.

28

Kab. Bandung Barat. 40552. No. Telp : (022)625578/085220427689

JADWAL KERJA
Jadwal Rencana Kerja Pelaksanaan Tugas Akhir

BULAN NO URAIAN TAHUN 2011 TAHUN 2012 JUN I JULI AGS

NOV DES JAN FEB MARET APRIL MEI 1 2 3 4 5 6 PROPOSAL STUDI LITELATUR PENELITIAN/ KERJA PENULISAN SKRIPSI SEMINAR SIDANG

29

BIAYA PENELITIAN
Biaya Bahan NO 1 2 3 4 5 BAHAN HCl Na2S2O3 Bipiridin Ammonium Asetat Asam Asetat Glasial JUMLAH 217 mL 13 gram 125 mg 105 gram 70 mL BIAYA Rp. 65.000,Rp. 7.500,-

Rp. 13.000,Rp. 64.000,Rp. 70.000,-

Jumlah Biaya Bahan

Rp. 219.500,-

30

Pemakainan listrik dan air Biaya Jasa Analis Total Biaya PPn Harga Analisis

Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 369.500,Rp. 36.950,Rp. 405.950,+ +

Anda mungkin juga menyukai