Anda di halaman 1dari 54

PENULISAN ODONTOGRAM PADA KASUS-KASUS FORENSIK

OLEH: Rezky Utamy 110 207 008 Vita Rahayu 110 207 014

PEMBIMBING : dr. H. Zainal Abidin SUPERVISOR drg. Peter Sahelangi, DFM

Pendahuluan
Bencana massal merupakan kejadian yang mendadak, menyebabkan kematian banyak orang. Identifikasi

korban mati massal melalui gigi


geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan

identitas seseorang. (1,2)


1. Julianti R, Lestari, Raymon P, Ruth T, Nola PA. Peranan Forensik Odontologi dalam Bencana Massal. 2008. [Online]. Available from URL: http://yayanakhyar. wordpress.com/2008/11/23/peranan-forensik-odontologi-dalam-bencana-masal/. Diakses : 02 Agustus 2012. 2. Indra DM. Odontologi. Garut; 2009. [Online]. Available from URL : http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/28/odontologi/. Diakses : 02 Agustus 2012

Odontologi forensik adalah salah satu metode penentuan identitas individu. Kehandalan teknik ini karena : teknik sidik jari (2) Gigi juga sebagai material biologis yang paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung (3) Bentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang yang berbeda.
(2, 3)

(1) Ketepatan tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan

2. Indra DM. Odontologi. Garut; 2009. [Online]. Available from URL : http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/28/odontologi/. Diakses : 02 Agustus 2012 3. Atmadja D. Peranan Odontologi Forensik dalam Penyidikan. Jakarta; 2004. [Online]. Available from URL : http://odontologiforensikinvestigasi.blogspot.com/ .Diakses : 02 Agustus 2012

Namun, sebagai sarana identifikasi, gigi juga memiliki

kelemahan. Misalnya, mayoritas masyarakat Indonesia,


jarang berobat ke dokter gigi. Dokter gigi pun belum tentu melakukan penyimpanan data gigi yang tertata. Akibatnya,

ketika diperlukan sebagai pembanding data jika terjadi


musibah, tidak dapat diperoleh data gigi yang tepat. (2)

2. Indra DM. Odontologi. Garut; 2009. [Online]. Available from URL : http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/28/odontologi/. Diakses : 02 Agustus 2012

DEFINISI

Odontologi Forensik (4)

Odons : gigi

Yunani

Logos : ilmu pengetahuan

Romawi

Forensic : berhubungan dengan pengadilan

4. Gadro SA. Peran Odontologi Forensik sebagai Salah Satu Sarana Pemeriksaan Identifikasi Jenasah Tak Dikenal . Yogyakarta : Berkala Ilmu Kedokteran; 1999.

Odontogram

Catatan berbentuk gambaran seluruh keadaan gigi-geligi

pasien yang dicatatkan pada kunjungan pertama, sehingga


memberikan gambaran keadaan secara keseluruhan. Berfungsi untuk membuat rencana perawatan kedokteran gigi, juga sangat berharga sebagai data untuk keperluan identifikasi jika diperlukan. (5)

5. Quendangen A, Hamurwono GB, Sahelangi P, Rosita R, Suseno U, Lebang Y. Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.

Isi Odontogram(5)
Tanggal pemeriksaan untuk odontogram

Gambar denah gigi (odontogram)


Hubungan oklusi Ada atau tidaknya torus palatines, torus mandibularis Tipe langit-langit mulut (palatum) : dalam, sedang, rendah Ada atau tidaknya gigi berlebih (supernumerary) Ada atau tidaknya diastema central Adakah anomali atau ciri-ciri lainnya
5. Quendangen A, Hamurwono GB, Sahelangi P, Rosita R, Suseno U, Lebang Y. Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.

Pembuatan odontogram diulangi/dilengkapi: (5) Setiap tahun, atau Setiap kedatangan untuk kontrol, atau Pasien akan pindah kota atau dokter gigi, atau Jika sebelum satu tahun sudah banyak restorasi permanen yang dilakukan

5. Quendangen A, Hamurwono GB, Sahelangi P, Rosita R, Suseno U, Lebang Y. Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.

Dasar Hukum Identifikasi Odontologi Forensik(6)


KUHAP pasal 224 KUHAP pasal 120 KUHAP pasal 133 KUHP pasal 50

KUHP pasal 242

6. Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 2. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2006.

Anatomi Gigi

(7,8,9)

7. Artaria MD. Antropologi Dental. Yogyakarta: Graha ilmu; 2009. 8. Indriati E. Antropologi Forensik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2004. 9. Lutviandari W. Odontologi Forensik. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2008..

10. Fotek P. Development of Baby Teeth. MedLine Plus; 2012. [Online]. Available from URL : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1138.htm. Diakses : 05 Agustus 2012

Keuntungan Gigi Sebagai Objek Pemeriksaan(4,11)


Gigi-geligi merupakan rangkaian lengkungan secara

letak terlindung dari otot-otot bibir dan pipi sehingga


apabila trauma mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu Gigi-geligi sukar untuk membusuk Gigi-geligi di dunia ini tidak ada yang sama

Gigi-geligi mempunyai ciri-ciri yang khusus


Gigi-geligi tahan asam keras
4. Gadro SA. Peran Odontologi Forensik sebagai Salah Satu Sarana Pemeriksaan Identifikasi Jenasah Tak Dikenal . Yogyakarta : Berkala Ilmu Kedokteran; 1999. 11. Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 1. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2006.

Gigi-geligi tahan panas, sampai dengan suhu 400 derajat celcius gigi tidak akan hancur.

Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya ia


memakai gigi palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat ditelusuri atau diidentifikasi.

Gigi-geligi merupakan sarana terakhir di dalam identifikasi


apabila sarana-sarana lain atau organ tubuh lain tidak ditemukan.

4. Gadro SA. Peran Odontologi Forensik sebagai Salah Satu Sarana Pemeriksaan Identifikasi Jenasah Tak Dikenal . Yogyakarta : Berkala Ilmu Kedokteran; 1999. 11. Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 1. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2006.

Pencatatan Data Semasa Hidup dan Data Setelah Kematian


Pencatatan Data Antemortem (11)
Identitas pasien Keadaan umum pasien Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan) Data perawatan kedokteran gigi Nama dokter gigi yang merawat Inform consent Roentgenogram
11. Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid 1. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2006.

Pencatatan Data Postmortem (4)


Gigi yang ada dan tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah baru/lama

Gigi yang ditambal, jenis bahan dan klasifikasi tambalannya


Anomali bentuk dan posisi gigi Karies atau kerusakan gigi yang ada Jenis dan bahan restorasi, perawatan, dan rehabilitasi yang mungkin ada

Atrisi atau keausan dataran kunyah gigi


Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum Lain-lain seperti misalnya : ciri-ciri populasi ras dan geografis 4. Gadro SA. Peran Odontologi Forensik sebagai Salah Satu Sarana Pemeriksaan Identifikasi Jenasah Tak Dikenal .
Yogyakarta : Berkala Ilmu Kedokteran; 1999.

Identifikasi Korban Melalui Gigi-geligi


1) Penentuan Usia(7)

2) Penentuan Jenis Kelamin(1, 7) 3) Penentuan Ras (1) Ras Mongoloid Ras Kaukasoid

Ras Negroid
1. Julianti R, Lestari, Raymon P, Ruth T, Nola PA. Peranan Forensik Odontologi dalam Bencana Massal. 2008. [Online]. Available from URL: http://yayanakhyar. wordpress.com/2008/11/23/peranan-forensik-odontologi-dalam-bencana-masal/. Diakses : 02 Agustus 2012. 7. Artaria MD. Antropologi Dental. Yogyakarta: Graha ilmu; 2009.

Petunjuk Pengisian Odontogram (5)


two digit system

5. Quendangen A, Hamurwono GB, Sahelangi P, Rosita R, Suseno U, Lebang Y. Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.

STATUS GIGI Z = Tidak ada informasi mengenai gigi / sebagian rahang hilang paska kejadian

Y
S

= Gigi ada, tak ada informasi lain / sebagian gigi hilang paska kejadian
= Sound Tooth / Gigi Sehat

C
F K X

= Caries / gigi karies


= Filled / Tambalan = Crown / Mahkota = Tooth missing/Gigi hilang (akibat pencabutan, tidak tumbuh, hilang kongenital)

W = Remaining root (s) only / sisa akar

Jika Status S (gigi sehat) ERU RET = Gigi erupsi = Gigi terbenam tapi terlihat dalam mulut Jika Status C (karies gigi)

M = Mesial (mes)
O D = Oklusal (occ) = Distal (dis)

L
V

= Lingual (lin)
= Vestibular (ves), Labial, Bukal

Jika Status K (mahkota) B = Jembatan (gigi menjadi tiang jembatan)

Jika Status F (tambalan) atau

K (mahkota)

t = Tambalan sewarna gigi (komposit, glass ionomer, silikat) g p = Gold / Emas = porcelen

ac = akrilik
ce = semen (tambalan sementara)

Jika Status F (tambalan) atau POS PIN

K (mahkota) atau W (sisa akar)

= Penjangkaran dalam pulpa = Pin di luar pulpa Jika Status X (gigi hilang)

U = Diastema. Jarak diukur dalam milimeter. Mis: U 4 = rongga 4 mm


RET= Gigi terbenam, hanya terlihat dengan Ro Foto ROT= Akar gigi dalam rahang, hanya terlihat dengan Ro Foto E H = Perluasan dari mahkota untuk pengganti gigi yang hilang = Pontik dari Bridgework

Gigi Palsu FU = Gigi Tiruan Penuh (GTP) Rahang Atas FL = GTP Rahang Bawah PU = Gigi Tiruan Sebagian Lepas (GTSL) Rahang Atas PL = GTSL Rahang Bawah CC = frame denture Z

= Tak ada informasi

Pengisian Gambar Odontogram

Contoh Kasus

Sebuah pesawat komersial milik maskapai penerbangan Mandala Airlines jatuh di dekat Bandar Udara Polonia, Medan, Sumatera Utara. Pesawat itu jatuh menimpa sekitar 20 bangunan dan iring iringan mobil di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, sekitar 100 meter dari Bandara Polonia.

Pesawat jenis Boeing 737-200 yang mengangkut 109 penumpang tujuan Jakarta itu terempas beberapa saat setelah tinggal landas. Dalam tragedi ini, diperkirakan 109 penumpang tewas. Mayat yang dapat dikeluarkan dari pesawat berada dalam kondisi mengenaskan akibat luka bakar.

Kondisi salah satu mayat

Post Mortem

Odontogram Post Mortem

Odontogram Ante Mortem

Perbandingan ante mortem & post mortem


Regio 1

Elemen Gigi 11

Ante Mortem S ERU X S ERU

Post Mortem S ERU X S ERU

12
13 14 15 16 17 18

S ERU
S ERU S ERU S ERU S ERU

S ERU
S ERU F am Occ S ERU S ERU

Regio 2 Elemen Gigi 21 Ante Mortem S ERU X S ERU Post Mortem S ERU X S ERU

22
23 24 25 26 27 28

S ERU
S ERU S ERU

S ERU
F t Occ S ERU

S ERU
X RET

S ERU
X RET

Regio 3 Elemen Gigi 31 Ante Mortem S ERU S ERU S ERU Post Mortem S ERU S ERU S ERU

32
33 34 35 36 37 38

S ERU
S ERU K

S ERU
S ERU K

S ERU
X

S ERU
X

Regio 4 Elemen Gigi 41 Ante Mortem S ERU S ERU S ERU Post Mortem S ERU S ERU S ERU

42
43 44 45 46 47 48

S ERU
S ERU S ERU

F tO
S ERU S ERU

S ERU
X

F t MO
X

Perbandingan ante mortem & post mortem

Dari 32 gigi yang diidentifikasi

Persamaan dengan ketidaksesuaian = 28 gigi

Ketidaksesuaian yang dapat dijelaskan = 4 gigi

Tidak ada ketidaksesuaian yang tidak dapat dijelaskan

Selain melalui data rekam medik, data ante mortem juga dapat diperoleh dari keterangan keluarga

Dari identifikasi yang dilakukan, terdapat banyak kesesuaian antara data ante mortem & post mortem

Mayat yang tidak dikenal tersebut kemungkinan besar adalah saudara

Arigato Hutabarat

TERIMA KASIH

barang siapa melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan perundang-undangan tidak boleh dihukum

(1)

(2)

(3)

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan, atau mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Permintaan keterangan ahli seperti yang dimaksud dalam pasal (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka, pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan pada mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa yang menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam: 1. Dalam perkara pidana, dengan pidana penjara, paling lama 9 bulan; 2. Dalam perkara lain dengan pidana penjara paling lama 6 bulan.

(1) Barang siapa dalam hal yang menurut peraturan undang-undang menuntut sesuatu keterangan dengan sumpah atau jika keterangan itu membawa akibat bagi hukum dengan sengaja memberi keterangan palsu, yang ditanggung dengan sumpah, baik dengan lisan atau dengan tulisan, maupun oleh dia sendiri atau kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu, dihukum penjara selamalamanya 7 tahun.

(2) Kejahatan sumpah palsu dalam bentuk yang diperberat, apabila terdapat dua unsur kumulatif yaitu keterangan di atas sumpah itu diberikan dalam perkara pidana, merugikan tersangka atau terdakwa. (3) Yang disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan yang diharuskan menurut aturan umum atau yang menjadi pengganti sumpah. (4) Hakim diberi wewenang untuk menerapkan pidana tambahan berupa pencabutan hak yang diatur dalam pasal 35 KUHP.

Pada individu yang sedang bertumbuh, biasanya terjadi masa dimana gigi sulung mula-mula erupsi, tanggal, dan digantikan oleh gigi permanen. Erupsi gigi ini mengikuti suatu pola, kapan gigi U1 muncul, kapan gigi L1 muncul, apakah gigi M3 muncul atau tidak, gigi mana yang terlebih dahulu muncul sebelum gigi yang lain, dan sebagainya. Ketika gigi permanen sudah muncul semua, maka usia diperkirakan dari tingkat keausan gigi permanen, akibat dari penggunaan gigi untuk mengunyah makanan.

Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin, tetapi akurasinya tidak terlalu terjamin. Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin. (1, 7)

Ada bekas-bekas pada gigi yang menandakan perilaku khas jenis kelamin laki-laki misalnya bekas merokok dengan pipa rokok yang meninggalkan bekasbekasnya (keausan yang khas) pada gigi.(7)

Insisivus berbentuk sekop. Pada maksila menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 8599% ras mongoloid. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20% mongoloid. Lengkungan palatum berbentuk elips. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus

Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada


molar 1. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula. Maloklusi pada gigi anterior. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola. Dagu menonjol.

Pada

gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan. Sering terdapat open bite. Palatum berbentuk lebar. Protrusi bimaksila

Anda mungkin juga menyukai