Nyoman Duari
Diperlukan regulasi yang menghubungkan kebutuhan modal dengan risiko yang diambil bank.
Semakin besar risiko yang diambil bank semakin besar modal yang diperlukan
1-4
Regulasi Bank
Basel Committee on Banking Supervision berusaha melakukan standarisasi perhitungan risk-based capital bagi bank
Basel Capital Accord yang pertama pada 1988 hanya mengcover credit risk. Hanya boleh menggunakan standardized approach.
Hubungan modal dan risiko masih lemah
Market Risk Amendment (1996) ditujukan untuk memperbaiki sensitivitas risiko dari Basel I.
Bank boleh menggunakan model internal untuk menghitung market risk, selain standardized approach.
New Accord (Basel II) diadopsi pada 2004 dan akan diimplementasikan pada 2006/7
Menghubungkan capital bank langsung dengan risiko yang dimilikinya Market risk tidak berubah dari Amendment 1996 dan revisi berikutnya Provisi untuk risiko lainnya ketika menghitung risk-based capital bank; namun ini tidak di-cover oleh pendekatan model (Pillar 2) Risiko yang dicover : credit risk, market risk, operational risk, other risk
1-5
Basel I vs II
Basel I Accord
Fokus pada ukuran tunggal Memiliki pendekatan sederhana terhadap sensitivitas risiko
Basel II Accord
Fokus pada metodologi internal Memiliki tingkat sensitivitas risiko yang lebih tinggi
Menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua untuk risiko dan capital
Meng-cover credit risk dan market risk
1-6
Market risk
Market risk adalah risiko kerugian pada posisi on- dan offbalance sheet yang timbul karena pergerakan harga pasar.
Kelompok risiko yang berasal dari perubahan suku bunga, nilai tukar, harga pasar untuk saham dan komoditas.
1-7
RISIKO PASAR
KELOMPOK (GENERAL MARKET RISK):
Kepala Suku, Punya Saham (TRADING BOOK) Ditukar, Komoditi (TRADING dam BANKING BOOK)
SUMBER :
Traded Market Risk (trading book) Interest Rate Risk in the Banking Book (banking book)
KOMPONEN:
General Specific (rating)
1-8
Credit Risk
Credit risk adalah risiko kerugian berhubungan dengan kemungkinan suatu counterparty akan gagal memenuhi kewajibannya Teknik dan kebijakan untuk mengelola risiko kredit guna meminimalkan kemungkinan atau akibat dari kerugian kredit disebut credit risk mitigation
Grading model untuk masing-masing loan
Menentukan PD dari setiap debt Digunakan untuk pengukuran risiko kredit
Securitization
Mem package dan menjual portfolio kredit sebagai sekuritas
Operational risk
Operational risk adalah risiko kerugian akibat kegagalan proses internal, akibat faktor manusia dan sistem, atau akibat kejadian eksternal Ada 5 subkategori : proses, manusia, sistem, kejadian eksternal, legal (hukum) Basel II mengharuskan bank mengkuantifikasi operational risk, mengukurnya dan mengalokasikan modal untuk operational risk sama dengan credit dan market risk. Kejadian high frequency/low impact diganti kejadian low frequency/high impact, karena
otomatisasi ketergantungan pd teknologi outsourcing terorisme meningkatnya globalisasi insentif dan trading rogue trader kenaikan nilai dan volume transaksi kenaikan litigasi.
1-10
Other risk
Definisi operational risk Basel II tidak memasukan business, strategic, dan reputational risk. Dimasukkan dalam pilar 2 Risiko Bisnis (Business risk) : risiko berhubungan dengan posisi kompetitif bank, dan prospek bank untuk berhasil dalam pasar yang terus berubah
Misal, bank yang memberikan kredit kepada nasabah berkualitas rendah (Best Bank, Boulder)
Strategic risk adalah risiko berhubungan dengan keputusan bisnis jangka panjang. Berhubungan dengan investasi, akuisisi, dan divestasi.
Contoh : kerugian ketika Midland Bank membeli Crocker Bank
Reputational risk adalah risiko dari potensi kerugian bagi perusahaan karena opini publik yang negatif.
Contoh : masalah software pada internet bank yang menyebabkan nasabah bisa melihat account nasabah lainnya. Bisa menyebabkan ketakutan pada internet banking.
1-11
Kerugian karyawan :
internal disciplinary proceedings kehilangan pendapatan, misal pengurangan bonus atau gaji kehilangan pekerjaan, misal bangkrutnya Orange County menyebabkan pemecatan sejumlah karyawan.
1-12
1-13
Krisis likuiditas jarang terjadi pada retail banking, namun lebih sering terjadi pada wholesale banking. Untuk mengurangi dampak dari krisis likuiditas diperlukan :
Meningkatkan kewaspadaan bagi supervisor Reaksi yang cepat dari bank sentral Monitoring ketat oleh manajemen bank.
1-15
Regulasi
Indonesian Banking Architecture (API) : menentukan arah, ringkasan, dan struktur kerja untuk industri perbankan dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan. Perubahan tersebut akan diimplementasikan secara bertahap meliputi obyektif berikut :
menguatkan struktur sistem perbankan nasional meningkatkan kualitas regulasi perbankan meningkatkan fungsi pengawasan meningkatkan kualitas manajemen dan operasi bank mengembangkan infrastruktur perbankan mengembangkan proteksi pelanggan.
1-16
Sumber daya utama untuk memastikan solvency bank adalah kecukupan modal (capital). Insolvency adalah ketidakmampuan suatu perusahaan membayar klaim yang jatuh tempo Tanpa mekanisme manajemen likuiditas, kondisi illiquidity bisa menyebabkan insolvency
Diperlukan dukungan bank sentral sebagai lender of last resort untuk menjaga kestabilan sistem finansial.
1-18
Stabilitas moneter (Monetary stability) : stabilitas nilai uang (yaitu inflasi yang rendah dan stabil). Meski keduanya sering terjadi pada saat bersamaan, kadang-kadang keduanya tidak terjadi secara bersamaan.
Satu alasan mengapa kebijakan moneter yang sukses tidak menciptakan financial stability adalah gelombang liberalisasi yang pada 1970-an dan 1980-an yg meningkatkan kompetisi
Liberalisasi mendorong bank mencari risk yang lebih tinggi demi return yang tinggi. Regulator menyadari perlu regulasi yang baru.
1-19
Basel I menggunakan risk-weighted asset, yaitu kategori aset neraca dikalikan dengan risk-weight.
RWA digunakan untuk menghitung kebutuhan modal. Risk weight (0%, 10%, 20%, 50%, 100%) didasarkan pada persepsi relatif credit risk yang terkait dengan tiap kategori aset.
1-20
Target capital ratio adalah rasio capital yang memenuhi syarat terhadap risk-weighted asset (RWA) bagi bank internasional. Target capital ratio minimal = 8%
Kebutuhan modal USD 1.6m (USD20m x 8%)
Basel tidak menetapkan bahwa ketentuan 8% harus diterapkan secara universal pada semua bank dalam jurisdiksi supervisor nasional, karena minimum regulatory capital ratio untuk bank harus merefleksikan risiko selain credit risk.
1-21
Derivatif adalah instrumen finansial dimana jumlah pokok dari transaksi biasanya tidak dipertukarkan. Jenis-jenis derivatif.
interest rate swaps dan options, forward rate agreements, interest rate futures exchange rate swaps dan options, forward foreign exchange contracts, currency futures (tidak termasuk kontrak dengan original maturity kurang dari 14 hari) Kontrak terkait precious dan non-precious metals mirip dengan di atas equity contracts mirip dengan di atas
Perhitungan loan equivalent untuk derivatif menggunakan : (1) current exposure method, atau (2) original method
1-22
BM = CF X RW X A X 8%
(ATMR = CF X RW X A) POSISI OFF BALANCE SHEET DERIVATIVES:
BM = 50% X RW X CE X 8%
(ATMR = 50% X RW X CE)
1-23
1-25
Struktur modal
Dalam Basel I juga ditetapkan kerangka untuk struktur capital bank, sering disebut eligible capital Untuk kebutuhan regulatory capital, bank dapat memiliki capital dalam dua tier :
Tier 1 saham biasa yang diterbitkan dan dibayar penuh dan non-cumulative perpetual preferred stock dan disclosed reserves. Tier 2 - undisclosed reserves, asset revaluation reserves, general provisions dan general loan loss reserves, hybrid capital instruments dan subordinated debt.
Tier 2 capital tidak boleh lebih dari 50% total capital untuk credit risk.
1-26
T1, T2, T3
BASEL: BI (PBI):
T2 T1 T3 250%T1
T2 T3 T1
1-27
Periode holding dari transaksi dikenal sebagai VaR Horizon : ukuran yang sering digunakan adalah daily value at risk (DVAR) Portfolio trading memiliki DVaR USD 5 juta pada level 95%
Selama periode satu hari trading ada 5% kemungkinan (100% - 95%) kerugian portfolio melebihi USD 5 juta Tidak ada perkiraan seberapa besar kerugian melewati $5 juta.
Pendekatan twin-track menilai kelayakan bank dalam penerapan model kuantitatif, dan penilaian kualitas dari proses yang mendukung implementasi model di bank. 1-28
Kelemahan Basel I
Basel I Accord tidak melihat bahwa modal yang dimiliki bank harus sebagian terkait dengan kualitas kredit dari debitur, penerbit sekuritas, dan counterparty penjamin.
Bank dengan lending ke perusahaan berkualitas kredit tinggi memerlukan modal yang sama dengan ke perusahaan yang berkualitas rendah.
Pada tahun 1999, Basel Committee mulai bekerja dengan bankbank utama dari negara anggota untuk pengembangan Capital Accord baru. Ada potensi bahwa EU akan mengadopsi Basel II Accord sebagai dasar bagi regulasi capital dari bank dan perusahaan jasa keuangan
Karena tidak adanya definisi mengenai bank yang seragam di antara negara-negara anggota Basel II Accord akan menjadi dasar arahan bagi aturan kecukupan modal di EU the Capital Requirement Directive (CRD).
1-29
BASEL II CAPITAL ACCORD PILLAR 1: ICAAP (KPMM) PILLAR 2: SPV. REVIEW PROCESS SREP (SUPERVISORY REVIEW AND EVALUATION PROCESS): 1. Kepatuhan pada ketentuan modal minimum 2. Risiko-risiko di luar risiko di Pilar 1 (dan bukan risiko likuiditas 3. Kepatuhan pada ketentuan model internal PILLAR 3: MARKET DISCIPLINE DISCLOSURES 1. Diseminasi informasi material ke publik 2. Memungkinkan masyarakat mengevaluasi bank 3. Pasar ikut mendisiplinkan bank
PASAR:
SA IMA
KREDIT:
SA FIRB AIRB
OPERASIONAL:
BIA SA AMA
Market Risk
Market risk = Risiko kerugian akibat posisi yang tercatat pada on- dan off-balance sheet karena pergerakan faktor pasar Komponen Market risk :
Risiko Spesifik (specific risk) akibat faktor issuer dari sekuritas. Contoh: Harga turun karena rating dari issuer memburuk. Dampak: hanya pada sekuritas yang diterbitkan issuer ini. Risiko pasar secara umum (general market risk) pada kelompok jenis instrumen tertentu. Contoh: Kenaikan bunga SBI menyebabkan harga pasar bond turun
General market risk dapat dibagi menjadi: risiko suku bunga (interest rate risk), risiko posisi ekuitas (equity position risk), risiko nilai tukar (foreign exchange risk), risiko posisi komoditas (commodity position risk). Interest rate risk : potensi kerugian akibat perubahan tingkat bunga, yang menyebabkan perubahan harga pasar dari posisi. Contoh : Orange County (1994) ketika berspekulasi bahwa bunga akan turun atau tetap rendah.
1-33
Market Risk
Equity position risk : potensi kerugian akibat fluktuasi harga saham. Contoh : Morgan Grenfell Private Equity (2001) menderita kerugian dari saham EM.TV Foreign exchange risk : potensi kerugian akibat fluktuasi nilai tukar. Contoh : PT Telkom (1998) yang meminjam dalam $ kemudian dikonversi ke rupiah. Commodity position risk : potensi kerugian akibat fluktuasi harga komoditas. Contoh : Sumitomo (1996) merugi akibat perdagangan tembaga yang tidak sah oleh trader-nya. Harga pasar dipengaruhi oleh :
Supply dan demand Liquidity Intervensi pemerintah/BI Arbitrage Event ekonomi/politik dan bencana alam : berdampak jangka pendek Fundamental ekonomi : berdampak jangka panjang
1-34
1-35
Traders dapat melakukan hedge dengan mengambil posisi tertentu pada underlying instrument maupun instrumen yang berbeda. Hedging bisa dilakukan secara penuh atau sebagian (bila traders memiliki pandangan bahwa posisi akan menguntungkan). Bank melakukan hedging melalui transaksi derivative karena : credit risk lebih kecil, kebutuhan dana lebih kecil, kebutuhan modal lebih kecil, likuiditas lebih baik, dan biaya transaksi lebih murah. Biasanya akan selalu terdapat residual risk yang tidak terlindung yang harus dikelola dan dimonitor. Salah satu residual risk adalah basis risk.
Basis risk adalah risiko perubahan hubungan antara nilai pasar posisi risiko dan nilai pasar instrumen hedge
Contoh basis risk : financing dengan LIBOR dan aset prime rate. 1-36
1-37
Foreign exchange rate swap adalah kombinasi dari transaksi spot dan forward.
Kedua pihak melakukan transaksi spot pada spot rate dan pada saat yang sama melakukan transaksi forward pada forward rate, dengan jumlah pokok yang sama dalam mata uang lokal Beda antara rate spot dan forward mencerminkan beda suku bunga dari dua valuta
1-38
Instrumen Trading
Loans dan deposits adalah transaksi antar bank dengan bunga fixed untuk periode sesuai perjanjian.
Jangka waktu mulai overnight s/d 5 th, sebagian besar < 1 th Pasar uang antar bank adalah tempat dimana bank melakukan transaksi (pinjaman dan penempatan). Tujuan : 1) memperoleh likuiditas dan 2) spekulasi pergerakan bunga Risiko suku bunga.
Obligasi atau bond adalah surat hutang jangka panjang yang dapat diperdagangkan, diterbitkan oleh penerbit (issuer).
Investor (holder) membayar sebesar pokok obligasi tersebut. Penerbit bond berkewajiban membayar holder bunga (coupon) secara periodik sebelum bond jatuh tempo, dan membayar pokok hutang pada saat bond jatuh tempo. Risiko : interest rate risk, credit risk (kualitas rating dari issuer)
1-39
Commodity trading adalah transaksi jual beli komoditas yang diperdagangkan pada pasar sekunder
Tersedia pasar spot dan forward untuk berbagai macam komodiitas Posisi spot komoditas : risiko komoditas ; posisi forward : risiko komoditas + suku bunga.
1-40
Derivatives bisa diperdagangkan pada bursa (exchanges) dan over-thecounter (OTC) market Kontrak futures (janji penyerahan di masa depan) diperdagangkan di bursa
Jumlah fixed per contract Tanggal penyerahan fixed Syarat penyerahan sudah ditetapkan Mark to market harian dan adanya sistim margin calls Penyerahan fisik jarang dilakukan, biasanya settelement dilaksanakan secara tunai
1-41
Currency swap : bunga dalam US dollar ditukar dengan bunga dalam valuta euro (berbeda mata uang)
Pokok dipertukarkan pada spot rate Menimbulkan interest rate risk pada kedua valuta dan risiko nilai tukar
Forward rate agreements (FRAs) memungkinkan bank mengambil posisi pada forward interest rates.
Tidak ada pertukaran pokok, pada saat kontrak jatuh tempo, dilakukan cash settlement, yaitu selisih dari rate dalam kontrak dengan rate LIBOR rate
1-42
Option contract
Option memberi hak pada pembeli, tapi bukan kewajiban
Transaksi dasar (underlying transaction) akan terlaksana apabila rate menguntungkan bagi pembeli opsi Penjual mempunyai risiko tak terbatas, menerima premi
call put premium strike price exercise expiry date American European call option memberikan pembeli hak untuk membeli underlying instrument Put option memberikan pembeli hak untuk menjual underlying instrument Biaya yang dibayar oleh buyer pada seller Harga dimana dilaksanakan eksekusi dari underlying transaction Pembeli options mengeksekusi option dan melaksanakan underlying contract Tanggal terakhir option pelaksanaan eksekusi Option yang dapat dilakukan eksekusi setiap saat selama options belum jatuh tempo Option yang hanya dapat dilakukan eksekusi pada saat jatuh tempo
1-43
Option contract
Harga Option didasarkan pada kemungkinan option tersebut dilakukan eksekusi. Unsur utama dari nilai option adalah:
Tingkat strike price relatif terhadap harga pasar berlaku. Jangka waktu berlakunya option : semakin panjang waktu ke maturity semakin tinggi nilai option Volatilitas dari harga pasar. Semakin volatile harga, semakin tinggi harga option
Pembeli option harus memilih Strike price dan jangka waktu option. Volatility adalah ukuran statistik yang diperoleh dari data historis perubahan harga, meski pasar sering menggunakan expected volatility. Volatilitas meningkat dengan peningkatan waktu ke maturity
1-44
Pricing mark-to-market
Fungsi kontrol untuk mengelola operasional trading adalah memastikan bahwa terhadap posisi terbuka trading setiap hari dilakukan penilaian kembali sesuai dengan harga pasar yang berlaku : marking-to-market. Instrumen finansial dgn arus kas dimasa depan dinilai dengan cara menghitung present value dari future cash flows
Produk dengan cash flow dimasa depan sensitif terhadap perubahan satu atau lebih titik pada yield curve.
Bond, equity, spot foreign exchange dan transaksi spot commodity dinilai atas dasar selisih antara original traded price dan current market price Forward foreign exchange rates ditentukan dengan menyesuaikan current spot rate dengan suatu forward margin tertentu
Forward margin = spot x interest differential x (day / 360)
1-45
Proses mark-to-market
Harga pasar bisa diperoleh dari :
Broker yang aktif di pasar Harga resmi :
LIBOR dari British Bankers Association
Futures dan options on futures diperoleh dari bursa berjangka (futures exchanges)
Risiko tersebut diatas dan masalah terkait (seperti konsentrasi asset dan liability, kemampuan akses pada dana bank sentral, payment systems, kebutuhan agunan dsb.) dicover oleh fungsi asset and liability management (ALM).
1-47
ALM mencakup interest rate risk in the banking book dan liquidity risk. Interest rate risk in the banking book : risiko kerugian akibat bank memiliki posisi yang terpengaruh pergerakan suku bunga karena struktur bisnis bank, seperti aktifitas memberikan kredit dan menghimpun dana pihak ketiga Contoh : Savings and Loan : mark-up nilai properti dan mismatch antara kewajiban dan aset S&L. Interest rate risk in the banking book tidak dibahas secara detil pada Basel II, namun pada paper yang diterbitkan Juli 2004.
1-48
Aktivitas ALM
Selain stabilisasi nilai bisnis, ALM juga memperhatikan:
Pemeliharaan struktur likuiditas dari bisnis Masalah yang dapat mempengaruhi struktur neraca bank. Masalah yang memberikan dampak pada stabilitas pendapatan pada periode mendatang.
Bank International mempunyai struktur modal dengan dominasi valuta domestik, tapi pendapatan dan aset terdiri dari valuta lainnya. Kondisi ini menimbulkan risiko nilai tukar pada pendapatan bank.
Present dan future profits dari aktifitas internasional menjadi volatile ketika dihitung dalam mata uang domestik Modal dalam valuta domestic yang dialokasikan pada aktifitas internasional menyebabkan rasio capital to assets menjadi volatile ketika nilai tukar berubah.
1-49
1-50
1-51
Sovereign risk adalah risiko kerugian karena potensi suatu negara gagal membayar kewajiban bunga atau pokok dari pinjaman nya
Negara penghutang meyatakan tidak mau membayar (Rusia 1917, 1998 dan Afrika dan Amerika Latin 1960 dan 1970-an) Debt rescheduling : jalan yang banyak dipakai
1-53
Sovereign risk adalah bagian dari country risk Country risk mencakup hukum, politik, lingkungan ekonomi domestik dan bagaimana semuanya ini mempengaruhi sektor swasta dalam ekonomi. Dalam Basel I Accord, sovereign risk diukur dengan menetapkan bobot risiko secara sederhana, yaitu berdasarkan kategori peminjam (misalnya pemerintah) dan jenis instrumen (misal, jaminan, kredit, dsb). Dalam Basel II, Standardised Approach menggunakan credit rating untuk menilai dan menetapkan sovereign risk
1-55
Probability of default
Model-model yang sudah dibahas digunakan bank untuk mendukung proses keputusan kredit dan berciri bimodal (setuju atau menolak).
Namun, bank ingin lebih memahami mengenai risiko, return (misal margin dan fee dari loan), dan modal yang dibutuhkan.
Keputusan pemberian kredit dibuat dengan mempertimbangkan risiko dan return.
Basel II, melalui penggunaan public credit grade (Standardized Approach) atau grading model (Internal Rating-Based approach), mendorong bank menggunakan model credit appraisal dalam membuat keputusan risiko imbal hasil.
1-57
1-58
Corporate risk :
Pendekatan tradisional menggunakan analisa laporan keuangan, disebut dengan analisa kredit. Komponen laporan keuangan yang digunakan :
neraca Laporan rugi laba (income statement) laporan arus kas (cash flow statement) laporan pajak (tax statement)
Analisa biasanya melihat kinerja historis tiga tahun terakhir Ratio yang biasa digunakan : operating performance (ROE), debt service capability (cash flow/ interest), financial gearing (deb/equity), dan current 1-59 ratio.
1-60
Cohort adalah pengelompokan aset berdasarkan kriteria tertentu untuk mengetahui konsentrasi kredit. Dalam Basel II, ada tiga pendekatan untuk menghitung kebutuhan modal untuk credit risk: standardized approach, IRB foundation, dan IRB advanced. Basel II juga menentukan kriteria yang harus dipenuhi bank untuk menggunakan pendekatan yang lebih advance. Persyaratan utama dari supervisor adalah bahwa bank menggunakan pendekatan IRB untuk memutuskan kredit secara internal.
1-62
HFLI
PENINGKATAN EFISIENSI
Tools: End to End Process Mapping Six Sigma
HFHI
Otomasi Teknologi Outsourcing Terorisme Globalisasi Insentif & Trading Volume Trasaksi Litigasi
LFLI
Insurance Business Continuity Planning
LFHI
I
Unexpected Loss Data Eksternal Skenario
Risiko proses internal : risiko terkait kegagalan proses dan prosedur bank. Diperbaiki dengan meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerumitan proses. Beberapa contoh kegagalan proses internal :
Dokumentasi tidak memadai, tidak mencukupi atau salah Kurang adanya sistim pengawasan Kesalahan marketing Kesalahan dalam menjual (misselling) Pencucian uang (money laundering) Laporan tidak akurat atau tidak cukup (contoh. Laporan BI) Kesalahan transaksi (transaction error)
Contoh kasus proses internal : trader Daiwa yang bisa melakukan transaksi ilegal selama 11 tahun tanpa terdeteksi. 1-65
System risk adalah risiko terkait dengan penggunaan sistim dan teknologi
Contoh Bank of Scotland (2000) mengalami kegagalan nyaris total pada sistem komputer yang menghambat ATM dan fasilitas internet banking.
External risk : risiko terkait events yang berada diluar kemampuan kontrol secara langsung dari bank. Misal, perampokan, teroris. Biasanya low frequency/high impact dan menimbulkan unexpected loss.
Contoh : NatWest (1993) yang gedung-nya dibom teroris.
1-66
Boundary events : risiko kerugian timbul dari berbagai kombinasi jenis risiko dan bukan satu faktor tunggal.
Contoh : kasus Barings bisa operational risk (internal process: trader menyetujui trade-nya), market risk (rugi dari pergerakan harga pasar), business risk (manajemen di London masih melakukan top up pada saat margin call).
Akar penyebab adalah operational risk, karena bila proses internal benar, kerugian besar bisa terdeteksi awal dan Barings tidak collapse.
1-67
Pengawasan supervisor
Supervisor mengawasi bank untuk memastikan kepatuhan bank pada ketentuan kecukupan modal, serta meyakinkan bahwa bank mengembangkan dan menggunakan teknik manajemen risiko yang terbaik. Pillar 2 membahas tiga area yang diluar lingkup Pillar 1 :
risiko konsentrasi kredit risiko suku bunga pada banking book faktor ekstern yang mempengaruhi operasional bank (mis. siklus bisnis).
Pilar 2 juga menilai kepatuhan pada standar minimal bila bank menggunakan advanced methods dalam Pillar 1. Direksi dan senior manajemen bank bertanggung jawab memastikan bank mempunyai modal yang cukup, termasuk untuk risiko yang tidak dicover dalam Pillar 1.
Proses evaluasi tidak hanya pada kebutuhan modal sekarang namun juga memperkirakan kebutuhan modal yg akan datang.
1-70
Perlu dicatat bahwa peningkatan modal tidak menggantikan kewajiban bank untuk memperbaiki kelemahan sistim pengendalian kontrol yang tidak memadai atau gagal. Supervisor juga dapat menggunakan cara lain untuk memperbaiki kelemahan tersebut, yaitu:
menetapkan target untuk memperbaiki struktur manajemen risiko mensyaratkan prosedur internal yang lebih ketat memperbaiki kualitas staff melalui pelatihan atau penerimaan baru
Dalam hal yg ekstrim, supervisor dapat membatasi tingkat risiko atau aktivitas bisnis bank hingga masalah diatasi.
1-71
4 Prinsip Utama
Basel Committee menetapkan 25 prinsip utama pengawasan pada Core Principles for Effective Banking Supervision, yang dikeluarkan pada September 1997. Pilar 2 mengidentifikasikan empat prinsip utama dari sistim pengawasan bank untuk melengkapi 25 prinsip utama tersebut Prinsip 1 : bank harus mempunyai proses untuk menilai kecukupan modal sesuai dengan profil risiko bank, dan mempunyai strategi untuk mempertahankan tingkat kecukupan modalnya.
Manajemen bank bertanggung jawab memastikan bank memiliki modal cukup untuk mendukung kegiatan saat ini dan mendatang sesuai dengan profil risiko dan sistem kontrol bank Lima fitur proses penilaian modal yang baik : pengawasan board dan manajemen senior, penilaian modal yang baik, penilaian risiko yang menyeluruh, pemantauan dan pelaporan, evaluasi pengendalian internal.
1-72
Prinsip 2
Prinsip 2 : supervisor harus mengevaluasi perhitungan dan strategi kecukupan modal, dan menilai kemampuan bank untuk memonitor dan mematuhi ketentuan kecukupan modal
Supervisor harus melakukan tindak lanjut apabila menilai proses tersebut di bank tidak berjalan dengan baik. Proses pengawasan rutin supervisor harus: menguji perhitungan eksposur risiko bank dan konversinya ke kebutuhan modal, fokus pada kualitas proses dan kualitas pengawasan intern terhadap proses tersebut, menguji kerangka penilaian modal untuk mengdapatkan kekurangannya, tidak memberikan rekomendasi atas struktur kerangka kerja. Evaluasi dimungkinkan melalui kombinasi metode pengumpulan data sbb : kunjungan lapangan, off-site reviews, pertemuan dengan manajemen bank, mengevaluasi hasil kerja pemantauan periodik oleh external auditor.
1-73
Prinsip 3 & 4
Prinsip 3 : supervisor mengharapkan bank beroperasi diatas kebutuhan modal minimum dan berwenang meminta bank mempertahankan modalnya diatas minimum.
Pillar 1 dirancang untuk menentukan kebutuhan modal minimum standar bank yang:
mempunyai sistim pengendalian kuat mempunyai portofolio dengan risiko yang terdiversifikasi risiko kegiatan usahanya yang sudah dicover pada pillar 1
Prinsip 4 : supervisor harus segera mengintervensi untuk mencegah turunnya modal bank dibawah minimum, sesuai dengan risikonya. Ia harus meminta tindakan korektif secepatnya bila modal tidak dipertahankan atau ditambah.
Supervisor dapat meningkatkan syarat modal minimum bank sebagai pemecahan jangka pendek sambil mengatasi permasalahan yg ada.
1-74
Disclosure
Disclosure adalah penyediaan informasi yang cukup material kepada publik untuk dapat mengevaluasi usaha perusahaan
Perusahaan publik memiliki syarat disclosure lebih ketat daripada non publik Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa harus memenuhi syarat keterbukaan yang ditetapkan oleh bursa. Otoritas bursa juga bertanggung jawab agar emiten melaksanakan ketentuan keterbukaan yang diwajibkan oleh lembaga lain yang mengatur hal tersebut.
US SarbanesOxley Act 2002 secara hukum menetapkan tanggung jawab perusahaan atas keterbukaan
CEO dan CFO dari perusahaan yang telah IPO, harus menyatakan secara terbuka (public disclosure) mengenai kebenaran laporan keuangannya. Section 404 of the Act, juga mensyaratkan keterbukaan dokumentasi, verifikasi auditor extern terhadap kualitas pengendalian intern perusahaan dalam hal pelaporan keuangannya. Ketentuan tersebut diimplementasikan melalui SEC, lembaga pengatur bursa saham di USA.
1-75
Di beberapa negara, misal UK, ketentuan mengenai transparansi perusahaan relatif lebih ringan.
Persyaratan hukum berfokus pada ketentuan pelaksanaan codes of practice, (The Combined Code, dan principles of disclosure). Combine Code kurang, bila dilihat dari keseragaman dibandingkan aturan disclosure yang detail, namun ia lebih fleksibel dan mudah kalau diperlukan perubahan.
1-76
1-78
1-79
Direksi harus menetapkan garis yang jelas antara kewenangan dan tanggung jawab. Direksi sendiri harus mengikuti proses ini. Direksi adalah penanggung jawab akhir atas pengelolaan dan kinerja bank. Maka seorang direktur harus :
memenuhi kualifikasi minimal sesuai jabatannya memahami peranannya dalam kerangka tata kelola perusahaan tidak terpengaruh oleh pihak dalam maupun luar perusahaan.
1-80
1-81
Manajemen senior harus melakukan pengawasan komprehensif atas bawahannya, seperti yang dilakukan BOD.
Keputusan penting diputuskan oleh lebih dari satu manajer. Perlu dihindarimanajer senior yang :
Terlibat dalam keputusan manajer lini secara berlebihan Tidak memiliki keahlian Tidak berani mengendalikan karyawan kunci karena takut kehilangan.
1-82
BI melaksanakan kebijakan moneter dengan menetapkan BI Rate, setiap 3 bulan sekali pada pertemuan gubernur dan deputy (bila dipandang perlu bisa dilakukan setiap bulan). Operasi pasar BI lainnya meliputi :
operasi pasar terbuka untuk mempengaruhi likuiditas pasar. menetapkan giro wajib minimum (reserve requirements) bertindak sebagai lender of last resort melaksanakan kebijakan nilai tukar mengelola cadangan devisa negara untuk mendukung perdagangan internasional..
1-86
BI membuat peraturan perbankan dan mengeluarkan ijin operasional bank. Selain itu BI juga :
menyetujui pembukaan atau penutupan kantor cabang bank menyetujui kepemilikan dan manajemen bank memberikan ijin untuk kegiatan tertentu bank.
BI melakukan pengawasan melalui pengawasan langsung, yaitu on-site examination dan on-site presence (OSP) selain pengawasan secara off-site melalui laporan-laporan bank yang disampaikan ke BI
1-87
Bank yang mempunyai kegiatan usaha yang kompleks, harus memiliki struktur manajemen risiko yg lebih kompleks dibanding bank yang kegiatannya sederhana. Dalam struktur, setiap unit bisnis terpisah dari internal audit dan unit risk management.
1-89
Bank mempunyai kegiatan usaha yang beragam dan kompleks diharapkan mengelola risiko :
risiko hukum risiko reputasi risiko strategis risiko kepatuhan.
1-90
Penetapan limit
Kebijakan Manajemen Risiko harus memuat penilaian risiko yang berhubungan dengan setiap produk dan transaksi. Direksi dan manajemen senior harus menciptakan proses untuk menetapkan toleransi risiko (risk appetite) dari bank, yang selanjutnya menjadi dasar penetapan limit risiko. Limit risiko harus ditetapkan :
secara keseluruhan, misalnya toleransi risiko masing-masing jenis risiko, (misalnya risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas dsb) berdasarkan fungsi, (misalnya Treasury, cabang, Unit Manajemen Risiko dan Direksi).
1-92
Proses analisa risiko harus mengidentifikasi semua karakteristik risiko bank (biasanya dimulai dengan menguraikan semua jenis usaha yang dilakukan) dan apa saja risiko yang melekat pada setiap produk dan kegiatan usaha bank tersebut. Pengukuran risiko atas dasar produk dan aktivitas bisnis harus :
dilaporkan berdasarkan periode waktu (apabila relevan) menjelaskan sumber data yang digunakan menjelaskan prosedur yang digunakan untuk mengukur risiko dapat menunjukan kapan setiap perubahan profil risiko bank terjadi.
1-93
1-94
Pengawasan intern
Sistim pengawasan intern harus dapat mengidentifikasikan setiap kegagalan pengawasan dan setiap penyimpangan Sistim pengawasan intern harus :
memenuhi ketentuan Bank Indonesia memenuhi ketentuan intern bank yang telah ditetapkan oleh direksi. menyediakan informasi keuangan untuk keperluan pelaporan yang lengkap, akurat, tepat guna, dan tepat waktu. cukup memadai untuk mendukung manajemen dalam proses pengambilan keputusan pengambilan risiko. menciptakan budaya risiko pada organisasi bank secara menyeluruh.
1-95
1-97
1-99
Pelaporan
Bank harus melaporkan profile risikonya kepada Bank Indonesia. Laporan tersebut harus memuat informasi yang sama dengan laporan Unit Manajemen Risiko kepada Direksi dan Komite Manajemen Risiko.
Laporan dibuat per-triwulan dan disampaikan kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya 7 hari setelah akhir triwulan.
Bank harus melaporkan produk dan aktivitas baru kepada Bank Indonesia setiap triwulan dalam waktu 7 hari setelah triwulan berakhir. Setiap kerugian yang dialami dan jumlahnya material harus dilaporkan kepada Bank Indonesia segera. Bank harus menerbitkan laporan yang memadai mencakup kebijakan manajemen risiko dan strategi, serta ketaatan terhadap limit risiko, sebagai tambahan laporan mengenai kondisi keuangan. Laporan harus disetujui oleh BI.
1-100