Anda di halaman 1dari 12

Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu

Survey Rekayasa I II-1



BAB II
METODE PELAKSANAAN

II.1 Persiapan
Sebagai Langkah awal dari seluruh kegiatan adalah melaksanakan tahap pekerjaan
persiapan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
II.I.1 Persiapan Administrasi dan Perijinan
Pada tahap ini dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya, meliputi : surat-surat, dokumen-dokumen, formulir-formulir,
buku-buku ukur dan lain sebaginya.
Dalam hal ini termasuk pula pemberitahuan / laporan tertulis kepada RBO tentang:
1. Rencana kerja ( jadwal pelaksanaan, bobot, prestasi ) untuk keperluan penyusunan
progress.
2. Saat dimulainya pekerjaan, yaitu tanggal 23 Juli 2012.
3. Penugasan personalia dan peralatan yang akan digunakan.
4. Hal-hal yang menyangkut Administrasi Proyek, seperti kelengkapan pembuatan
Dokumen Kontrak dan lain sebagainya.
II.I.2 Persiapan Teknis dan Operasional
Persiapan teknis dan operasional meliputi hal-hal yang menyangkut persiapan
teknis pelaksanaan dan operasionalnya, antara lain :
1. Untuk keperluan pengukuran sungai data yang dapat digunakan sebagai acuan pada
pekerjaan pengukuran :
a. Peta umum ruas jalan dengan skala tertentu yang menunjukkan lokasi pekerjaan.
b. Peta topografi skala 1:50.000 yang diperoleh dari Jawatan Angkatan Darat atau
dari BIG (Badan Informasi Geospasial).
c. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 yang diperoleh dari BIG.
d. Data koordinat titik-titik triangulasi dalam sistem koordinat UTM disekitar lokasi
proyek yang dapat diperoleh dari Jawatan Topografi Angkatan Darat, BIGL atau
BPN.
Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-2

e. Data referensi ketinggian TTG (Titik Tinggi Geodesi) yang diperoleh dari BIG
atau referensi tinggi lain yang ada di daerah proyek dari Dinas Pekerjaan Umum
atau Sumber Daya Air.
2. Sistem Grid akan menggunakan sistem proyeksi UTM, namun apabila di daerah
proyek belum ada titik refensi dengan sistem grid UTM maka refrensi perhitungan
ditentukan dengan mengambil salah satu data patok Benchmark sebagi titik awal
perhitungan. Koordinat geografis Benchmark tersebut dapat ditentukan
berdasarkan peta topografi skala 1:50.000 atau dari peta rupa bumi Indonesia skala
1:25.000 terbitan BIG. Selanjutnya data koordinat geografis Benchmark (lintang,
bujur) ditransformasikan ke sistem koordinat UTM (X,Y).
3. Persiapan alat ukur serta peralatan bantu lainnya yang sesuai dengan keperluan
pekerjaan, termasuk kalibrasi alat ukur yang akan dipakai.
4. Penjelasan kepada setiap Juru Ukur, Juru Hitung dan seluruh personil yang terlibat
dalam pekerjaan ini, sesuai persyaratan teknis.
5. Persiapan Buku Tamu, Buku Kerja Harian, Formulir Kendali dan lain lain.
6. Persiapan Alat Tulis, Hitung, Gambar, Foto, Cetak dan lain- lain.
7. Pembuatan Inception Report (laporan pendahulan) untuk Rencana Operasi Kerja
guna disampaikan kepada Pemberi Tugas.
II.I.3 Mobilisasi, Demobilisasi, Akomodasi dan Transportasi Lapangan
Yang termasuk dalam hal ini adalah :
1. Mobilisasi dan demobilisasi personil dan peralatan.
2. Penyediaan kendaraan lapangan.
3. Penyediaan basecamp lapangan termasuk akomodasinya.
II.I.4 Survei Pendahuluan
Yang dimaksud survei pendahuluan dalam hal ini adalah kegiatan untuk mengenal
lapangan yang menyangkut:
1. Areal pengukuran beserta batas-batasnya.
2. Pengecekkan Lokasi dan jenis pengukuran yang akan dilaksanakan.
3. Penentuan jalur pegukuran dan rencana penempatan patok kayu, Benchmark atau
titik tetap lainnya yang dinilai perlu di lapangan, sesuai dengan peta perencanaan.
4. Rencana pengikatan titik kontrol dari titik ikat yang tersedia dan disetujui direksi.

Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-3

II.2 Pembuatan dan Pemasangan Benchmark
Patok beton (Benchmark) dipasang sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang
tercantum dalam T.O.R, yakni :
1. Sebagai langkah awal sebelum dilakukan pengukuran dimulai, terlebih dahulu
harus dipasang patok beton (Benchmark).
2. Patok ini berukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm yang terbuat dari beton bertulang
ukuran 1 pc : 2 pasir : 3 kerikil dengan bentuk maupun ukuran sesuai ketentuan
sebagaimana tersebut didalam T.O.R.
3. Pada permukaan Patok Beton Kode / Notasi secara jelas dan teratur menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan.
4. Pemasangan patok beton akan ditempatkan pada jarak 1 km dan lokasi tertentu di
daerah rata, aman dalam periode tertentu mudah dicari kembali, serta ditanam
sedalam 80 cm dan sisanya 20 cm terlihat di atas tanah serta dipasang marmer
(pemasangan marmer menghadap ke jalan dan dilengkapi nomor BM), rapi
disepanjang rute pengukuran serta jika lokasi BM yang akan dipasang berdekatan
dengan jembatan, diusahakan dipasang agak jauh dari pangkal jembatan 100m.
5. Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, untuk penentuan jalur dan batas
pengukuran dikonsultasikan terlebih dahulu guna mendapat persetjuan Direksi
Pekerjaan serta untuk menghindari terjadinya kekeliruan.
6. Patok beton yang telah dipasang kemudian dibuat diskripsinya secara jelas dan
teratur.
7. Dilaksanakan pula pengikatan terhadap titik ikat / tetap yang telah ada atau yang
telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
8. Semua koordinat dan elevasi titik-titik hasil pengukuran akan didasarkan pada pada
koordinat dan elevasi titik ikat tersebut.
9. Ketentuan-ketentuan lain dilaksankan menurut T.O.R maupun petunjuk Direksi
Pekerjaan.
II.3 Pembuatan dan Pemasangan Patok STA (stasioning)
Patok kayu (Stationing) dibuat dari kayu yang keras dan bagus dengan ukuran 4 cm
X 6 cm X 50 cm. Patok kayu dicat warna merah agar mudah diidentifikasi dilapangan.
Pemasangan patok Stasioning (STA) dilakukan di sepanjang daerah yang akan diukur.
Pemasangan patok STA dilakukan dengan interval 50 m untuk daerah lurus dan 25 m
Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-4

untuk daerah yang belok. Semua patok yang telah di pasang dibuatkan sketsa jalur patok
yang memberikan gambaran umum lokasi daerah yang akan direncanakan.
II.4 Pengukuran Poligon
Poligon adalah rangkaian segi banyak. Metode ini merupakan salah satu
cara untuk menentukan posisi horisontal titik-titik dimana titik satu dengan
lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga
membentuk rangkaian titik-titik.
1. Pengukuran sudut mendatar :
a. Dilakukan dengan alat Theodolit
b. Pengukuran dimulai dari STA 0 + 000
c. Alat yang dipergunakan harus diperiksa terlebih dahulu dan dilakukan adjustment
permanent, sehingga kesalahan sistematis akibat alat menjadi minimum.
d. Untuk pengukuran sudut mendatar paling sedikit harus diukur 2 (dua) seri ganda
(dua kali bacaan B dan LB), dengan perbedaan setiap bacaan maksimal 5 dan
perbedaan antara 2 (dua) seri sekitar 90 derajat.
2. Pengamatan Azimuth
a. Pengamatan azimuth hanya digunakan sebagai kontrol ukuran sudut pada interval
tertentu.
b. Pengamatan ke matahari dilakukan dengan Theodolit yang dilengkapi dengan
prisma Reolofs.
c. Pengamatan azimuth dilakukan dengan Gyrocompass atau dengan pengamatan
matahari dan dilakukan pda setiap titik paling sedikit dilakukan 6 (enam) seri yaitu
3 (tiga) seri pagi dan 3 (tiga) seri sore hari.
d. Pengamatan harus dilakukan pada setiap selang yang terdiri dari maksimal 15 (lima
belas) titik ukur, kecuali bila pada jalur tersebut terdapat titik ikat lain.
e. Pengamatan hanya dilakukan pada ketinggian matahari tidak lebih dari 15 (lima
belas) derajat.
3. Pengukuran jarak
a. Jarak diukur dengan alat ukur elektronis (EDM).
b. Pengukuran jarak setiap sisi poligon paling sedikit dilakukan 3 (tiga) kali.
c. Hasil ukuran jarak sebelum digunakan pada perhitungan agar dilakukan koreksi
dan reduksi terlebih dahulu sesuai standar yang digunakan.
Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-5

4. Pengukuran sudut tegak
Untuk reduksi jarak miring ke jarak datar paling sedikit harus dilakukan 1 (satu)
seri pengukuran (B dan LB) sudut tegak dari tiap titik berdiri ke tiap target.
5. Ketelitian pengukuran
a. Kesalahan penutup sudut mendatar maksimum 10N, dimana N adalah jumlah
titik pada satu kring.
b. Kesalahan penutup linier per kring setelah hitungan maksimal 1 : 6.000 dari
panjang kring tersebut.
II.4.1 Poligon Terbuka
Poligon ini terdiri atas serangkaian garis yang berhubungan tetapi tidak
kembali ke titik awal atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau
lebih tinggi ordenya.
Poligon terbuka kadang-kadang dipakai pada pengukuran jalur lintas, tetapi
pada umumnya patut dihindari karena tidak memberikan cara pengecekan untuk
menemukan galat dan kesalahan. Dalam poligon terbuka, pengukuran harus
diulang untuk mencegah terjadinya kesalahan.

A |
1
o
12
|
3
o
3C

o
AB
o
B1
1 o
23
3 o
CD
D

|
B
|
2
|
C

B 2 C

Gambar 2.1 Poligon Terbuka
Langkah-langkah dalam perhitungan poligon terbuka (lihat gambar di atas) :
a. Menghitung azimut awal dan akhir
Azimut awal :
oab =arc tg
a b
a b
Y Y
X X


Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-6

Azimut akhir :
ocd = arc tg
c d
c d
Y Y
X X

b. Menghitung koreksi sudut
| = ( o
akhir
o
awal
) + n 180 + fo
keterangan :
o : azimut
| : jumlah sudut yang diukur
fo : kesalahan penutup sudut
n : banyaknya titik yang akan diukur sudutnya
Dari harga fo yang didapat, maka sudut dikoreksikan kepada sudut-sudut
yang diukur sehingga jumlah sudut yang telah dikoreksi :
|
terkoreksi
= ( o
akhir
o
awal
) + n 180
c. Menghitung azimut
o
b1
= o
ab
+ 180 + |
B
360
o
12
= o
b1
+ 180 + |
1
360
o
23
= o
12
+ 180 + |
2
360
o
3c
= o
23
+ 180 + |
3
360
o
cd
= o
3c
+ 180 + |
c
360
o
cd
= o
ab
+ | n 180
d. Menghitung kesalahan penutup jarak
Rumus koreksi terhadap sumbu X yaitu :
d sin o = ( X
akhir
X
awal
) + f
x

dimana f
x
merupakan kesalahan penutup jarak arah X.
Besarnya koreksi tiap sisi yaitu :
i
fx
x
f
d
dij

=

Rumus koreksi terhadap sumbu Y yaitu :
d cos o = ( Y
akhir
Y
awal
) + f
y
dimana f
y
merupakan kesalahan penutup jarak arah Y
Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-7

Besarnya koreksi untuk tiap sisi yaitu :
i
fy
y
f
d
dij

=

e. Menghitung koordinat tiap titik
X
2
= X
1
+ d
12
sin o
12

Y
2
= Y
1
+ d
12
cos o
12

Keterangan :
X
1
, Y
1
: koordinat yang diketahui
X
2
, Y
2
: koordinat yang dicari
d
12
sin o
12
: proyeksi sisi 1-2 pada sumbu X yang telah dikoreksi
d
12
cos o
12
: proyeksi sisi 1-2 pada sumbu Y yang telah dikoreksi
II.5 Pengukuran Titik Kontrol Vertikal dengan Waterpass
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menentukan elevasi dari titik-titik diatas patok.
Alat ukur yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah alat ukur wild NAK-2 atau sederajat
dan memenuhi syarat yakni menggunakan Compensator dengan perbesaran telescop 20
kali, sensitivitas nivo 40/2 mm.
Pengukuran tinggi dengan waterpas ialah menentukan beda tinggi antara 2 titik
atau suatu cara pengukuran tinggi dimana selisih-selisih tinggi antara titik yang
berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizir horisontal yang ditujukan ke rambu (baak-
baak) ukur yang vertikal, seperti gambar di bawah ini:


4
3
0 1 2
Gambar 2.1 Pengukuran Waterpas

Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-8

Perhitungan Waterpass

BA
BT
BB
P0 P1 P2
Belakang muka belakang muka
Keterangan :
BA : Benang Atas
BT : Benang Tengah
BB : Benang Bawah
a. Menghitung jarak dari alat waterpass ke rambu ukur dapat dihitung dari rumus :
D = 100 ( Benang atas Benang bawah )
b. Menghitung beda tinggi antara dua titik yaitu :
Ah = BT belakang BT muka
c. Menghitung beda tinggi rata-rata antara pengukuran pergi dan pengukuran pulang
yaitu :
Ah
rata-rata
=
2
pulang pergi
h h A + A

koreksi beda tinggi yaitu
rata rata
h
d
di

EA

=
Pada waterpass tertutup jumlah beda tinggi rata-rata sama dengan nol, jika
hal ini tidak sesuai berarti merupakan koreksi beda tinggi.
Ah

= 0
sedangkan pada waterpass terbuka jumlah beda tinggi rata-rata adalah
selisih antara tinggi akhir dengan tinggi awal
Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-9

Ah

= h
akhir
h
awal
d. Menghitung beda tinggi definitif
Beda tinggi definitif adalah beda tinggi setelah dikoreksi yaitu penjumlahan antara
beda tinggi rata-rata dengan koreksi beda tinggi
e. Menghitung tinggi titik
Tinggi titik = tinggi titik yang telah diketahui + beda tinggi definitif
f. Ketelitian pengukuran
1) Toleransi bacaan BA + BB = 2BT adalah 2mm.
2) Salah penutup tinggi maksimal sebesar 7-10 mm D, dimana D adalah
panjang kring dalam km.
3) Beda tinggi ukuran pergi dan pulang maksimal 7-10 mm D. dimana D adalah
jarak dalam km.
II.6 Pengukuran Penampang Melintang (Cross Section)
Pengukuran penampang melintang diukur dengan pengukuran waterpas terbuka.
Pengukuran ini termasuk pekerjaan pengukuran waterpas detail, dimana yang diukur
dalam pengukuran penampang melintang ini adalah detail-detail jalur yang sudah
direncanakan di sepanjang titik tetap. Penampang melintang merupakan irisan-irisan
tegak lurus penampang memanjang.
Maksud pengukuran penampang melintang ini adalah untuk menentukan lebar dari
jalur irigasi yang akan direncanakan. Pengukuran penampang melintang dapat juga
digunakan untuk mencari volume galian/timbunan. Diharapkan dengan pengukuran
penampang melintang ini air dapat mengalir sebagaimana yang sudah direncanakan.

Gambar 2.3 Sketsa Penampang Melintang Saluran irigasi persawahan

Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-10

Cara pengukuran penampang melintang :
Dirikan waterpas lalu centering kemudian tembak ke bak ukur yang ada P1
sebagai patokan baru kemudian tembak bak ukur pada titik detail 1, 2, 3, dst. Dari
pengukuran ini kita akan mendapatkan BA, BT, BB dari setiap detail dan kita
akan mengetahui beda tinggi detail-detail tersebut.
II.7 Pengukuran Situasi Sungai
Pengukuran situasi sungai dilaksanakan menggunakanalat Total Station
yang dapat menyimpan datadengan perlengkapan lainnya dan Automatic
Level,lebih disukai Automatic Level Digital, ketentuan setiaptahap pekerjaan
sebagai berikut :
1. Menentukan elevasi tanah untuk situasi sungai akan dilakukan dengan
metode potongan melintang sedangkan detail-detail yang ada di antara
potongan-potongan melintang akan ditentukan dengan pengukuran rincikan
agar variasi dalam relief dapat digambarkan dengan tepat pada waktu
dilakukan penggambaran kontur.
2. Luas lokasi bendung termasuk pekerjaan-pekerjaan pelengkap, tanggul
banjir dan tanggul penutup akan diukur dengan potonganmelintang setiap 15
m, titik-titik tinggi akan diambil pada potongan-potongan melintang tersebut
setiap 5 m demikian juga lokasi antara profil melintang.
3. Potongan-potongan melintang yang akan diukur akan mencakup sekurang-
kurangnya 50 m dari sisi sungai kiri dan kanan atau sebagaimana
ditunjukkan oleh pemilik pekerjaan.
4. Letak dari potongan-potongan melintang tersebut ditetapkan dengan patok-
patok kayu, masing-masing di satu sisi sungai, patok-patok kayu tersebut
ditetapkan sebagai titik-titik poligon.
5. Ketelitian titik-titik tinggi potongan melintang ditentukan sebagaimana
diuraikan di atas.


Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-11

II.8 Perhitungan
Pekerjaan perhitungan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran yang definitif
berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dan selanjutnya hasil perhitungan ini akan
digunakan sebagai bahan pelaksanaan pekerjaan penggambaran.
Pekerjaan perhitungan ini dilaksanakan oleh personil yang telah mengerti dan
memahami serta dapat menggunakan rumus hitungan plane surveiing dan proyeksi peta
di dalam pelaksanaannya disupervisi oleh direksi pekerjaan.
Metode pelaksanaan/sistem perhitungan mengikuti petunjuk di dalam TOR sebagai
berikut:
1. Perhitungan koordinat dilakukan terhadap suatu sistem koordinat lokal
2. Perhitungan sipat datar dan poligon menggunakan metode atau cara
perataan Bowditch
II.9 Penggambaran
Pekerjaan penggambaran dimaksudkan untuk mendapatkan gambar penampang
melintang, penampang memanjang dan situasi detail secara teliti, lengkap, benar dan rapi
dari keseluruhan daerah pengukuran.
Metode pelaksanaan penggambaran ini mengikuti petunjuk di dalam TOR sebagai
berikut ini :
1. Penggambaran situasi dibuat pada kertas milimeter kemudian dipindahkan di atas
kertas kalkir
2. Skala yang dipakai peta situasi skala 1 : 500
3. Interval kontur setiap 0,5 m
4. Legenda yang digunakan disesuaikan dengan legenda yang ditentukan
5. Peta akhir digambar satu warna (hitam) di atas kertas kalkir sesuai persyaratan
kartografi
6. Ukuran tiap lembar peta memenuhi ketentuan, adalah A1 termasuk ruang informasi
dan legenda
7. Ketelitian peta meliputi garis grid, planimetris, garis kontur sebagai berikut:
a. Garis grid dengan interval setiap 10 cm digambarkan pada setiap lembar peta
dengan ketelitian 0.1 milimeter
b. Planimetris untuk 90% gambar harus dengan ketelitian 0,8 mm dari koordinat
sebenarnya.
c. Garis kontur untuk 90% garis kontur harus dengan ketelitian 0,5 mm
Pengukuran Sungai Kabupaten Arga Makmur, Bengkulu
Survey Rekayasa I II-12

8. Skala gambar cross section H = 1 : 100 ; V = 1 : 100
9. Skala gambar long section H = 1 : 2000 ; V = 1 : 100
10. Ukuran kertas yang digunakan memenuhi ketentuan adalah ukuran A1
II.10 Pembuatan Laporan
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini dibuat laporan pekerjaan yang terdiri dari laporan
pendahuluan, mingguan, bulanan, dan laporan akhir sebagai berikut :
1. Laporan pendahuluan yang berisi rencana kerja, schedule pelaksanaan, time table,
jumlah alat dan bahan, serta daftar personil pelaksana dan metode pelaksanaan
yang diterapkan.
2. Laporan mingguan yang diserahkan kepada direksi atau petugas yang ditunjuk. Isi
laporan mingguan meliputi presentase kemajuan progres pekerjaan di lapangan,
jumlah tenaga pelaksana, peralatan yang digunakan, foto-foto dokumentasi
kegiatan di lapangan serta hal-hal lain yang dianggap perlu.
3. Laporan bulanan yang diserahkan kepada direksi atau petugas yang ditunjuk. Isi
laporan bulanan meliputi persentase kemajuan pekerjaan dilengkapi dengan kurva
kemajuan pekerjaan sebenarnya dibandingkan dengan rencana, jumlah tenaga
pelaksana, peralatan yang digunakan, foto-foto dokumentasi kegiatan serta hal-hal
lain yang dianggap perlu..
4. Laporan akhir yang diserahkan sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati
dalam kontrak. Kerangka laporan akhir yang diperiksakan dan disetujui terlebih
dahulu oleh direksi atau petugas yang ditunjuk. Laporan akhir antara lain berisi
hal-hal sebagai berikut :
a. Penjelasan umum pelaksanaan pekerjaan
b. Daftar tenaga pelaksana dan organisasi
c. Daftar peralatan yang digunakan
d. Metode pelaksanaan
e. Ketentuan teknis yang diisyaratkan
f. Analisa ketelitian hasil pengukuran dibandingkan denagn ketentuan teknis yang
diberikan
g. Hasil dan hitungan pekerjaan
h. Hasil outputnya berupa peta garis atau peta kontur perencanan

Anda mungkin juga menyukai