SENYAWA TRITERPENOID DARI EKSTRAK N-HEKSANA KULIT BATANG TANAMAN Garcinia benthami
Berna Elya1*), Soleh Kosela2, dan Muhammad Hanafi3
1. Departemen Farmasi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 2. Departemen Kimia, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Puspiptek, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Serpong Tangerang 15314, Indonesia
*)
E-mail: elya64@yahoo.com
Abstrak
Dua senyawa triperpenoid, Fridelin (1) dan Asam-3-hidroksi-lanosta-9(11),24-dien-26-oat (2) telah diisolasi dari ekstrak N-heksan kulit batang Garcinia benthami. Struktur dari kedua senyawa tersebut dielusidasi dengan data spektroskopi : IR, MS, 1H-NMR and 13C-NMR dan dengan membandingkan data spektroskopi dengan data literature yang telah dilaporkan.
Abstract
Triterpenoids compounds from N-hexane extract of the stem bark of Garcinia benthami. Two triperpenoids compounds, i.e. friedelin (1) and 3-hydroxy-lanosta-9(11),24-dien-26-oic acid (2) were isolated from the n-hexane extract of the stem bark of Garcinia benthami. The structures of these compounds were elucidated by IR, MS,1H-NMR and 13C-NMR spectroscopy and by comparison of their spectroscopic data with those reported data from the literature. Keywords: Garcinia benthami, and triterpenoid
1. Pendahuluan
Garcinia, yang dikenal dengan manggis-manggisan merupakan tanaman tahunan berupa pohon dengan tinggi mencapai 25-33 m. Di Indonesia, tanaman ini tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Irian Jaya [1,2].Garcinia benthami, merupakan salah satu spesies dari garcinia. Penelitian terdahulu dari Garcinia benthami telah berhasil diisolasi senyawa benzofenon baru, yaitu ismailbenzofenon dan hilmibenzofenon [3] serta salimbenzophenon [4] dari kulit batang G. benthami. Dari ekstrak aceton kulit batang G. benthami telah berhasil diisolsai senyawa stigmasterol, asamolean-5,12-dien-3-ol-28-oat dan senyawa flavonoid yaitu epikatekin [5]. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengelusidasi senyawa triperpenoid dari ekstrak heksan kulit batang G. benthami.
spektrometer 1H-NMR dan 13C-NMR merk Bruker DRX-500, spektrometer massa merk Autospec 3000. Bahan tanaman. Bahan tanaman berupa kulit batang G benthami yang dikumpulkan dari daerah Bogor dan telah dideteminasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Cibinong, Bogor. Ekstrak dan Isolasi. Serbuk kulit batang kering (900 g) G. benthami dimaserasi selama 7 hari dengan pelarut nheksana pada suhu kamar. Maserasi diulang hingga filtrat hampir tidak berwarna. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan penguap putar vakum, sehingga diperoleh ekstrak n-heksana. Sebanyak lebih kurang 7 g ekstrak n-heksana difraksinasi dengan kolom kromatografi menggunakan silika gel 60 sebagai fase diam dan pelarut petroleum eteretil asetat dan etil asetatmethanol yang ditingkatkan kepolarannya secara bertahap sebagai fase gerak, sehingga diperoleh 7 fraksi (A-G). Pada fraksi B didapatkan kristal, yang kemudian direkristalisasi menghasilkan senyawa 1 sebanyak 30 mg dan dari fraksi C diperoleh senyawa 2 (24 mg).
2. Metode Penelitian
Alat dan Bahan. Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu: penguap putar vakum, peralatan kromatografi kolom, spektrofotometer IR merk Bio-Rad Merlin,
10
Tabel 1. Perbandingan Data Pergeseran Kimia 13C- NMR Senyawa 1 dan Friedelin
Atom C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Friedelin C (ppm) 22,3 41,5 213,2 58,2 42,1 41,3 18,2 53,1 37,4 59,4 35,6 30,5 39,7 38,3 32,4 36,0 30,0 42,8 35,3 28,1 32,7 39,2 6,8 14,6 17,9 20,2 18,6 32,1 35,0 31,8
Senyawa 1 C (ppm) 22,3 41,5 213,0 58,3 42,1 41,3 18,3 53,2 37,5 59,6 35,7 30,5 39,7 38,3 32,5 36,0 30,0 42,9 35,4 28,2 32,8 39,3 6,8 14,7 17,9 20,3 18,6 32,1 35,0 31,8
27
25
26
O
24 23
yang terikat pada ikatan rangkap (proton olefinik). Dari spectrum 13C-NMR dan DEPT, memberikan gambaran senyawa yang diteliti mengandung 30 karbon yang berupa 7 gugus metil dan1 gugus metoksi, 9 gugus metilen, 7 gugus metin dan 7 atom karbon kuaterner. Tujuh gugus metil diperlihatkan oleh sinyal-sinyal karbon pada C = 12,0; 14,3; 15,5; 18,0; 18,3; 22,1 dan 28,0 ppm (hal ini sesuai dengan data 1H-NMR). Sembilan gugus metilen ditunjukkan pada C = 21,2; 25,7; 27,4; 27,8; 27,9; 34,0; 34,5; 36,0 dan 36,9 ppm merupakan ikatan sp3. Tujuh gugus metin ditunjukkan
11
pada pergeseran kimia C = 35,9; 41,7; 50,7; 52,8; 78,6; 114,7 dan 143,9 ppm. Pergeseran kimia C = 78,6 ppm menunjukkan adanya gugus metin yang mengikat sebuah gugus hidroksi. Pergeseran kimia C = 114,7 dan 143,9 ppm menunjukkan adanya gugus metin yang terikat pada ikatan rangkap. Adanya tujuh atom karbon kuaterner ditunjukkan oleh sinyal-sinyal pada C = 39,6; 39,8; 44,0; 47,5; 126,9; 148,4 dan 170,6 ppm sinyal dengan C = 170,6 ppm merupakan sinyal dari atom karbon kuartener yang terikat sebagai gugus karbonil. Sinyal pada C = 126,9 dan 148,4 ppm merupakan sinyal dari atom kuatener yang terikat pada ikatan rangkap. Dari hasil pengukuran secara spektroskopi (IR, 1 H- dan 13C-NMR) dan didukung oleh studi literatur (dengan membandingkan pergesaran kimia dengan senyawa asam-3-hidroksi-7,24-eupandien-26-oat dan lanosta-9(11),24-dien-3-ol), maka dapat disimpulkan bahwa senyawa 2 adalah asam-3-hidroksi-lanosta9(11),24-dien-26-oat dengan rumus molekul C30H48O3 [6,7].
Tabel 2. Perbandingan Data Pergeseran Kimia 13C- NMR Senyawa 2, Asam-3hidroksi-7,24-eupandien-26oat dan Lanosta9(11),24-dien-3-ol
21 18 20 17 13
22 23
24 25 27
26
COOH
11 1 19
5 7
30
HO
28 29
Friedelin (1): diperoleh sebagai kristal jarum berwarna putih; IR, maks = 2928 (C-H alifatik), 1713 (C=O) cm-1. Spektum 1H-NMR (CDCl3, 500 MHz), H = 0,70 (3H, s), 0,85 (3H, s), 0,86 (3H, s), 0,93 (3H,s), 0,97 (3H, s), 0,98 (3H, s), 1,03(3H, s) dan 1,16 ppm (3H, s). Spektrum 13C-NMR (CDCl3, 125 MHz) C = 6,8; 14,7; 17,9; 18,3; 18,6; 20,3; 22,3; 28,2; 30,0; 30,5; 31,8; 32,1; 32,4; 32,8; 35,0; 35,4; 35,7; 36,0 37,4; 38,3; 39,3; 39,7; 41,3; 41,5; 42,1; 42,8; 53,1; 58,2; 59,5 dan 213,1 ppm. Spektrum massa EIMS: m/z = 426[M]+ (dihitung 426,3862) dengan rumus formula C30 H50O. Asam-3-hidroksi-lanosta-9(11),24-dien-26-oat (2): diperoleh sebagai kristal jarum berwarna putih; IR maks 3411 (gugus-OH), 3078 (C-H dari olefinik), 2937 (C-H alifatik) dan 1678 cm-1 (C=O). spektrum 1H-NMR (CD3OD, 500 MHz) H = 0,66 (3H, s); 0,75 (3H, s); 0,82 (3H, s); 0,89 (3H, s); 0.99 (3H, s); 1,05 (3H,s); 1,83 (3H,s); 3,21 (1H, m); 5,23 (1H,d, J = 5,8 Hz) dan 6,81 ppm (1H,d,J = 7,1 Hz). Spektrum 13C-NMR (CDCl3,125 MHz) C = 12,0; 14,3; 15,5; 18,0; 18,3; 21,2; 22,1; 25,7; 27,4; 27,8; 27,9; 28,0; 34,0; 34,5; 35,9; 36,0; 36,9; 39,6; 39,8; 41,7; 44,0; 47,5; 50,7; 52,8; 78,6; 114,7; 126,9; 143,9; 148,4 dan 170,6 ppm. Spektrum massa EIMS m/z = 456 [M]+ (dihitung 426,3604) dengan rumus formula C30 H48O3.
Atom Asam 3-OH-7,24- Lanosta -6(11), C eupandien-26-oat 24-dien-3-ol 1 38,5 35,6 2 35,5 27,6 3 78,9 78,8 4 46,4 38,9 5 52,8 52,6 6 23,6 21,2 7 117,5 28,0 8 146,3 41,7 9 50,9 148,1 10 36,8 39,2 11 18,1 115,2 12 33,5 36,4 13 43,1 44,3 14 51,0 47,0 15 34,5 33,9 16 28,1 28,1 17 50,2 50,9 18 21,8 14,4 19 11,7 12,3 20 52,8 35,9 21 17,7 18,3 22 27,1 37,3 23 26,9 24,9 24 145,3 128,2 25 126,5 130,9 26 172,6 17,6 27 14,4 25,7 28 25,9 27,9 29 12,7 15,4 30 27,2 24,2
Senyawa 2 34,5 27,4 78,6 44,0 52,8 21,2 27,8 41,7 148,4 39,6 114,7 36,0 39,8 47,5 34,0 27,9 50,7 18,3 12,0 35,9 18,0 36,9 25,7 143,9 126,9 170,6 15,5 28,0 14,3 22,1
4. Kesimpulan
Dua triterpenoid telah berhasil diisolasi dari ekstrak nheksana kulit batang G. benthami yaitu friedelin dan asam-3-hidroksida-lanosta-9(11),24-dien-26-oat.
Daftar Acuan
[1] R. Sari, Koleksi Garcinia Kebun Raya Bogor: Konservasi dan Potensi, Prosiding Seminar Nasional Konservasi Flora. Lembaga Pengetahuan Indonesia, Bogor, 1999, p. 217-221.
12
[2] M.S.M. Sosef, L.T. Homg, S. Prawirohatmodjo, PROSEA (Plant Resources of East Asia) Timber Trees:-know Timbers (3), Backhuys Publishers, Leyden, 1998, p. 246-249. [3] B. Elya, P.H. He, S. Kosela, X.J. Hao, J. Trop, Med. Plant, 5 (2) (2004) 229-231. [4] B. Elya, P.H. He, S. Kosela, M. Hanafi, X. J. Hao, Natural Product Research, 20 (12) (2006) 10591062.
[5] B. Elya, S. Kosela, M. Hanafi, Jurnal Bahan Alam Indonesia, 6 (1) (2006) 37-41. [6] S.B. Mahato, A.P. Kundu, Phytochemistry, 37 (6) (1994) 1117-1575. [7] L.J. Goad, T. Akihisa, Analusis of Sterol, Blackie Academic & Professional, London and New York, 1997, p. 401-406.