Anda di halaman 1dari 24

IMMUNOLOGY INFECTION

Alfred H L Toruan Nugroho S. S. M. Fatikh Nanda Perdana

Imunologi
Imunologi adalah sebuah cabang dari ilmu biomedik yang meliputi semua aspek pembelajaran dari sistem kekebalan tubuh pada setiap organisme Lapangan dari imunologi sendiri dilahirkan dari penelitian mengenai patogenesis dan pencegahan dari penyakit infeksi

Infeksi dan Penyakit Infeksi


Infeksi ialah proses invasi suatu mikroorganisme ke dalam tubuh yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan lokal atau sistemik pada tubuh inang. Namun pada bagian tubuh manusia hidup berbagai mikroorganisme komensal terhadap tubuh disebut flora normal.

Misalnya : pada kulit, saluran nafas bagian atas, saluran kemihkelamin bagian luar, saluran pencernaan. Manusia dan mikroorganisme dapat hidup berdampingan karena adanya keseimbangan ekologi dan mekanisme pertahanan tubuh yg baik.

Imunitas dan Infeksi


Sistem imun telah berkembang untuk melawan infeksi dan respon terhadap infeksi mikrobakteri melibatkan aktivasi dari jaringan kompleks dimana jumlah tipe sel, faktor soluble dan molekul adhesi dari sistem imun ikut berpartisipasi

Mekanisme yg dimiliki tubuh untuk pertahanan tubuh dapat bersifat :


Imunitas alamiah atau natural Imunitas adaptif acquired immunity

Imunitas Alamiah
Merupakan mekanisme pertahanan tubuh yg pertama :
Kulit utuh dengan selaput tanduknya dan produk-produk yg dikeluarkan oleh kelenjar di bawah kulit yg besifat bakterisidal Selaput lendir Flora normal

Bila mikroorganisme berhasil menembus garis pertahanan pertama, maka akan bekerja 2 macam mekanisme pertahanan :
Mekanisme humoral, berupa zat-zat yang larut dalam cairan yang bersifat bakterisidal, seperti : lisosom, muramidase, fragmenfragmen komplemen dan interferon. Mekanisme seluler, berupa fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel fagositik, yaitu : PMN, Makrofag, histiosit dan mungkin eosinofil.

HOST DEFENSE
Gambar 1. Level pertahanan tubuh inang Pertahanan baris pertama: terdiri dari barrier fisik dan kimia nonspesifik yang mencegah masuknya agen infeksius ke jaringan. Baris kedua terdiri dari sel darah putih (fagosit) dan pertahanan kimiawi (inflamasi) yang memindahkan dan menghancurkan agen infeksius yang telah masuk jaringan. Baris ketiga didasarkan pada sel darah putih yang mempunyai spesifitas terhadap mikroba targetnya.

Imunitas Spesifik
Merupakan lapisan terakhir dari mekanisme pertahanan tubuh. tergantung dari :
Mikroorganisme penyebabnya dapat bakteri, virus, jamur atau parasit. Sifat infeksinya, apakah ekstraseluler atau intraseluler, apakah akut, kronis atau toksigenik.

Imunitas terhadap Infeksi Bakterial


Terdapat 3 bentuk imunitas terhadap infeksi bakteri :
1. Imunitas terhadap toksin bakteri 2. Imunitas terhadap infeksi bakteri ekstraseluler 3. Imunitas terhadap infeksi bakteri intraseluler

I. Imunitas terhadap toksin bakteri Bakteri penghasil toksin akan berkolonisasi dan membebaskan eksotoksin ganas ke dalam sirkulasi dan jaringan. Toksin ini biasanya bekerja sebagai enzim yang mengganggu fungsi tubuh secara seluler. Contoh : C. Tetani dan V. Cholerae

tubuh menghasilkan IgG yang berperan sebagai antitoksin menetralkan / inaktivasi aktifitas anzimatik dari toksin dangan membentuk kompleks antigenantibodi, antara toksin dengan IgG spesifik.
antitoksin harus dibentuk lebih cepat dari produksi toksin dengan bantuan sel memori melalui imunisasi atau infeksi yg ringan.

II. Imunitas terhadap Infeksi Ekstraseluler


1. IgG dan IgM akan melakukan opsonisasi terhadap bakteri dengan cara bagian spesifik (Fab) mengikat antigen permukaan bakteri, sedangkan bagian Fc akan dikenali oleh reseptor Fc yang terdapat di permukaan fagosit sehingga akan mempermudah proses fagositosis. Contoh : S. Pneumoniae, H. Influenzae, N. meningitidis, K. Pneumoniae dan B. fragilis

2. Untuk bakteri yang berada dalam lumen saluran seperti S. typhi dan V. Cholerae yang berperan adalah IgA dengan cara menghalangi adhesi bakteri pada mukosa saluran pencernaan dan pernafasan. 3. IgM dan IgG (IgG1, IgG2, IgG3) bersama komplemen teraktivasi melalui pembentukan Complement cascade yang bekerja pada membran akan menyebabkan lisis sel bakteri Contoh : S.Typhi di dalam aliran darah dan jaringan.

4. IgG dan IgM mengadakan aglutinasi dengan bakteri mambentuk kompleks antigen-antibodi yang selanjutnya mempermudah fagositosis. 5. Menghambat uptake Fe oleh bakteri, dengan demikian bakteri tidak dapat melepaskan produk metabolit toksis yang memerlukan Fe, misal pada C. Diptheriae. 6. IgE menyebabkan pelepasan histamin yang selanjutnya akan menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya akan mengeliminasi bakteri

7. Menghambat motilitas bakteri yang kemungkinannya akan menghambat pula aktivitas metabolisme bakteri

III. Imunitas terhadap Infeksi intraseluler

Gambar 4. Limfosit (sumber: Talaro dan Talaro,1996)1

Leukosit terdiri dari kelompok granular (basofil, eosinofil, neutrofil) dan agranular (limfosit dan monosit). Limfosit terutama akan berperan pada pertahanan baris ketiga dan respon imun adaptif. Limfosit B pada imunitas humoral dan menghasilkan antibodi, sedangkan limfosit T pada imunitas selular. 1

B CELL ACTIVATION
(1) Seleksi klonal. Antigen dipresentasikan ke sel B oleh makrofaga; sel T teraktivasi memfasilitasi pengenalan dengan terikat ke makrofaga dan ke sel B dan (2) juga memproduksi faktor pertumbuhan yang menstimulasi sel B. (3) Pengikatan antigen ke reseptor imunoglobulin dari sel B mentransmisikan sinyal ke nukleus sel untuk memulai aktivasi sel B (4) Sel B ditransformasikan menjadi sel blast. (5) sel blast mengalami pembelahan mitosis dan perluasan klonal ke sel plasma dan memori. (6) Sel plasma mensekresikan antibodi. (sumber: Talaro dan Talaro, 1996)1

ACTIVATION OF T CELL
Skema aktivasi sel T dan diferensiasinya Ket: diferensiasi menjadi empat subset sel T: sel TK yang menghancurkan mikroba tertentu dan sel asing; sel TD yang bereaksi dengan jaringan dan menyebabkan tipe hipersensitivitas yang merusak diri; sel TS yang menghambat aksi sel T dan B; sel TH yang membantu aksi sel T dan B.

IMMUNITY AGAINST VIRAL INFECTION

Gambar 9. Aktivitas antiviral interferon. Ket: saat sel terinfeksi, nukleus sel diinduksi untuk transkripsi dan translasi gen interferon. Interferon berdifusi keluar dari sel terinfeksi ke sel terdekat yang tidak terinfeksi lalu masuk ke nukleusnya. Pada tempat yang baru, IFN mengaktivasi gen untuk sintesis peptida yang menghambat replikasi virus.

Imunitas terhadap Infeksi jamur


Berbeda dengan bakteri, jamur adalah mikroorganisme mEngandung argosterol yang merupakan target dari amfoterisin B. seperti mikroorganisme lain, jamur dapat bersifat oportunistik seperti Candida albicans dan Aspergillus funigatus atau bersifat patogen seperti Histoplasma capsulatum dan Coccidiodomyces immitis.

Tidak seperti infeksi bakteri atau virus, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur sampai saat ini belum dapat diterangkan dengan jelas. Perubahan dari respon imun tubuh terutama respon imun seluler, misalnya akibat pemberian imunosupresi biasanya merupakan sebab utama dari infeksi jamur sistemik

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai