Anda di halaman 1dari 16

DESKRIPSI UMUM EKOREGION KUTAI KARTANEGARA

1.

Kondisi Geografis dan Lingkungan Fisik Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 Km2 (12,89% dari luas wilayah Provinsi Kalimatan Timur), dengan luas lautan diperkirakan 4.097 Km2 ( 15%). Hal ini menunjukkan adanya potensi sumberdaya alam baik di daratan maupun lautan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara. Kabupaten Kutai Kartanegara terletak pada posisi antara 1150 26 Bujur Timur sampai dengan 1170 36 Bujur Timur serta terletak pada garis lintang dari 10 28 Lintang Utara sampai dengan 10 08 Lintang Selatan. Kabupaten Kutai Kartanegara secara administratif berbatasan dengan: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan Selat Makasar. 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Panajem Pasir Utara dan Kota Balikpapan. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. Secara administratif, Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi dalam 18 kecamatan dengan 220 desa/kelurahan. Kabupaten Kutai Kartanegara mencakup kecamatan: (1) Tabang; (2) Kembang Janggut; (3) Kenohan; (4) Muara Muntai; (5) Muara Wis; (6) Kota Bangun; (7) Muara Kaman; (8) Sebulu; (9) Tenggarong; (10) Tenggarong Seberang; (11) Loa Kulu; (12) Loa Janan; (13) Anggana; (14) Sanga-Sanga; (15) Samboja; (16) Muara Jawa; (17) Marang Kayu; dan (18) Muara Badak. Adapun ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara terletak di Tenggarong. Secara topografi, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri atas wilayah pantai dan daratan. Wilayah pantai berada di bagian timur wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai ketinggian dari 0 7 meter dari permukaan laut (dpl). Luas wilayah pantai ini mencapai 22,87% dari total luas wilayah. Sifat fisik dari wilayah ini mempunyai ciri utama selalu tergenang, dan bersifat organik serta asam. Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 - 25 meter dari permukaan laut (dpl), dengan karakteristik fisik kandungan air tanah cukup baik, kadang tergenang, sistem pengairan baik dan tidak ada air sehingga cocok untuk pertanian lahan basah.

Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat di beberapa bagian yaitu wilayah pantai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500 - 2000 m dpl. Berdasarkan karakteristik topografi tersebut, maka dapat diidentifikasi daerah yang dapat dikembangkan untuk kegiatan budidaya adalah daerah dengan kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 25 meter dpl terutama pada daerah sepanjang DAS Mahakam. Adapun pada wilayah pegunungan dengan ketinggian 500 2000 m dpl perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung dengan pengembangan terbatas. Khusus untuk daerah pantai di bagian timur wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki potensi untuk dikembangkan budidaya perikanan. Fisiografi Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dikelompokkan dalam 10 (sepuluh) satuan fisiografi sebagai berikut: (1) Daerah Endapan Pasir Pantai (Sediment); (2) Daerah Rawa Pasang Surut (Tidal Swamp); (3) Daerah Dataran Alluvial (Alluvial Plain); (4) Daerah Jalur Kelokan Sungai (Meander Belt); (5) Daerah Rawa (Swamp); (6) Daerah Lembah Aluvial (Alluvial Valley); (7) Daerah Teras (Terrain); (8) Daerah Dataran (Plain); (9) Daerah perbukitan (Hill); dan (10) Daerah Pegunungan (Mountain). Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara menurut Soil Taxonomi USDA termasuk kedalam golongan Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptisol dan Mollisol, sedangkan menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvbial, Andosol dan Renzina. Iklim di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sangat dipengaruhi oleh iklim tropis basah yang bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun, sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas. Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografisnya yaitu iklim hutan tropika humida dengan suhu udara rata-rata 26 C, dimana perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5 - 7 C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar 2.000 - 4.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 130 - 150 hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 2.000 mm/tahun tersebar di wilayah pantai, dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau ke arah barat. Curah hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dibagi ke dalam 6 (enam) klasifikasi curah hujan, dengan penyebarannya sebagai berikut (lihat Tabel 1). Tabel 1. Luas dan Penyebaran Daerah Curah Hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara

2.

Kondisi Sumberdaya Alam dan Tata Guna Lahan Berdasarkan karakteristik topografi, fisiografi, dan klimatologi Kabupaten Kutai Kartanegara, maka berikut ini akan diuraikan potensi sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan ekonomi. Sumberdaya alam di Kabupaten Kutai Kartanegara yang diidentifikasikan sebagai kawasan sentra produksi, seperti diuraikan berikut ini. a. Kawasan Sentra Produksi Hasil Hutan (lihat Tabel 2). Tabel 2. Kawasan Sentra Produksi Hasil Hutan Kabupaten Kutai Kartanegara

b.

Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangan (lihat Tabel 3)

Tabel 3. Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara

c.

Kawasan Sentra Produksi Tanaman Perkebunan (lihat Tabel 4). Tabel 4. Kawasan Sentra Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara

d. e.

f.

Kawasan Sentra Produksi Perikanan, meliputi kecamatan Muara Muntai, Muara Jawa, dan Kecamatan Muara Badak. Kawasan Wisata Alam dan Wisata Budaya, meliputi: Kawasan Wisata Alam berupa danau-danau (Semayang, Melintang, dan Ngayau), Kawasan Wisata Budaya yang perlu dipertahankan dan dikembangkan kegiatannya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang tersimpan dalam museum dan wisata sejarah Kutai lama di Kecamatan Anggana, wisata atraksi budaya suku asli pedalaman (dayak, tunjung). Kawasan Industri dan Pertambangan, dimana prioritas pengembangan kawasan industri di Kabupaten Kutai Kartanegara terletak di beberapa kecamatan potensial, meliputi pengembangan agro industri ataupun industri kecil di Kecamatan Tenggarong, Muara Badak, Kota Bangun, Samboja, Marang Kayu, dan Tenggarong Seberang. Prioritas pengembangan kawasan pertambangan, meliputi:

- Pertambangan Batubara di Kecamatan Sebulu, Kota Bangun, Tenggarong, Loa Kulu, Loa Janan, Muara Kaman, dan Tenggarong Seberang; dan - PertambanganMinyak di Kecamatan Sanga-Sanga, Samboja, Muara Badak, Muara Jawa, Marang Kayu, dan Anggana. Potensi yang cukup besar dari sumberdaya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut perlu mendapat perhatian yang mendalam khususnya dalam pemanfataan dan upaya perlindungannya dari kerusakan lingkungan hidup. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara tergambarkan sebagai berikut: a. Budidaya Pertanian Kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan masih merupakan kegiatan perekonomian utama di Kabupaten Kutai Kartanegara. Hal ini didukung oleh potensi lahan yang cukup luas dan menyebar di hampir seluruh wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara walaupun luasnya bervariasi untuk setiap kecamatan. Luas kawasan budidaya pertanian menurut peta dari persediaan tanah yang dialokasikan sebagai kawasan budidaya adalah 67,86 % dari wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. b. Pola Penggunaan Lahan untuk Kehutanan Secara umum areal hutan masih merupakan jenis penggunaan lahan yang dominan di Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu seluas 2.637.657 Ha (83,31% dari luas wilayah). Perinciaan jenis hutan yang ada meliputi: (1) hutan lindung (239.816 Ha); hutan produksi (1.325.198 Ha); hutan suaka alam (68.884 Ha); hutan penelitian pendidikan (14.099 Ha); dan hutan konversi ((989.960 Ha). c. Permukiman Kebutuhan lahan permukiman setiap tahunnya bertambah seiring dengan pertambahan penduduk. Di Kabupaten Kutai Kartanegara penyebaran permukiman sangat dipengaruhi oleh aktivitas penduduknya. Wilayah permukiman terbagi menjadi dua jenis yaitu permukiman di wilayah pedalaman dan permukiman di wilayah pantai. Permukiman yang ada di pedalaman cenderung berpola linear yaitu mengikuti jalur transportasi (sungai) datang dengan di maksud memudahkan Kartanegara mobilisasi didasarkan dari pada dan ke desa/kampung lainnya. Pengembangan pemukiman di masa yang akan Kabupaten Kutai jumlah penduduk, baik untuk perkembangan permukiman di daerah perkotaan maupun pedesaan. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun

2012 sebesar 815.262 jiwa diperoleh jumlah rumah tangga sebanyak 163.056 kepala keluarga. Perincian kebutuhan lahan secara keseluruhan untuk: permukiman perkotaan dengan jumlah rumah tangga 48.916 KK atau 244.579 jiwa adalah 1.467,47 Ha. Sedangkan permukiman pedesaan dengan jumlah rumah tangga 114.140 KK atau 570.703 jiwa adalah 6.848,40 Ha. Tabel 5. Kebutuhan Lahan Permukiman Penduduk Perkotaan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2000 dan 2012

Tabel 6. Kebutuhan Lahan Permukiman Penduduk Pedesaan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2000 dan 2012

3.

Kondisi Sosial Kependudukan Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah penduduk pada tahun 1990 sebesar 340.069 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebesar 427.791 jiwa. Pada tahun 2001 jumlah penduduk tercatat sebanyak 434.759 jiwa dan mengalami peningkatan menjadi 459.965 jiwa (tahun 2002), 487.297 jiwa (tahun 2003) dan 503.709 jiwa (tahun 2004). Pada pertengahan tahun 2005, jumlah

penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara telah mencapai 547.892 jiwa. Hal ini berarti jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2% per tahun yang berasal dari pertumbuhan alamiah dan faktor migrasi penduduk. Pola persebaran penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara menurut luas wilayah sangat timpang yang dapat dilihat dari perbedaan tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan. Pada pertengahan tahun 2005, kepadatan penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai 20 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk terbesar berada di Kecamatan Tenggarong yaitu sekitar 172 jiwa/Km2 dan Kecamatan Tenggarong Seberang yaitu sekitar 112 jiwa/Km2. Adapun kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Tabang yaitu sekitar 1 jiwa/Km2. Pola penyebaran penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara ini sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai Mahakam merupakan jalur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Mahakam dan cabang-cabangnya. Daerah-daerah yang relatif jauh dari tepi sungai (belum terdapat prasarana jalan darat) relatif kurang terisi dengan pemukiman penduduk. Sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara tinggal di daerah perdesaan yaitu mencapai 75,7% dari jumlah penduduk dan 24,3% lainnya berada di daerah perkotaan. Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 1980-2004

Bentanglahan / Ekoregion Material / Batuan Iklim Karakteristik Sumberdaya Sumberdaya Udara Sumberdaya Lahan Sumberdaya air Sumberdaya mineral Sumberdaya Hayati Sumberdaya Manusia Kerawanan Lingkungan dan Ancaman

DATARAN ALUVIAL Sedimen, berlapis, tidak kompak Tropis Basah, dengan curah hujan tinggi

Udara sejuk, pencemaran rendah Tanah gambut Penggunaan Lahan: hutan, perkebunan, pertanian, perikanan, dan permukiman Sungai berlika-liku, lebar, sebagai jalur transportasi. Airtanah dangkal, tetapi kualitas buruk. Ancaman pencemaran akibat pertumbuhan permukiman, khususnya di pinggir sungai Bahan galian C (pasir), batubara Diversitas flora dan fauna tinggi Ancaman perburuan liar dan bencana alam (kebakaran hutan, banjir, erosi, dan lainnya) Pertumbuhan penduduk rendah, persebaran tidak merata, bermukim di pinggir sungai dan mengelompok Banjir, erosi, kebakaran hutan, pencemaran air

Bentanglahan / Ekoregion Material / Batuan Iklim Karakteristik Sumberdaya Sumberdaya Udara Sumberdaya Lahan Sumberdaya air Sumberdaya mineral Sumberdaya Hayati Sumberdaya Manusia Kerawanan Lingkungan dan Ancaman

DATARAN ALUVIAL PANTAI Sedimen, berlapis, tidak kompak Tropis Basah, dengan curah hujan tinggi

Udara sejuk agak panas, pencemaran rendah Tanah gambut Penggunaan Lahan: hutan bakau, perkebunan, permukiman Muara sungai. Airtanah dangkal, tetapi kualitas buruk. Ancaman pencemaran akibat aktivitas pelayaran dan aktivitas hulu yang dibawa aliran sungai Minyak bumi, pasir Diversitas flora dan fauna tinggi Ancaman perburuan liar dan bencana alam (banjir, erosi, dan lainnya) Pertumbuhan penduduk rendah, persebaran tidak merata, permukiman mengelompok Banjir, erosi, pencemaran air

Bentanglahan / Ekoregion

DELTA

Material / Batuan Iklim Karakteristik Sumberdaya Sumberdaya Udara Sumberdaya Lahan Sumberdaya air Sumberdaya mineral Sumberdaya Hayati Sumberdaya Manusia Kerawanan Lingkungan dan Ancaman

Sedimen, berlapis, tidak kompak Tropis Basah, dengan curah hujan tinggi

Udara sejuk agak panas, pencemaran rendah Tanah gambut dan berlumpur Penggunaan Lahan: hutan bakau, perkebunan Muara sungai, pelabuhan pelayaran. Airtanah dalam, tetapi kualitas buruk. Ancaman pencemaran akibat aktivitas pelayaran dan aktivitas hulu yang dibawa aliran sungai Pasir Diversitas flora dan fauna tinggi Ancaman perburuan liar dan bencana alam (banjir, erosi, dan lainnya) Tidak ada permukiman Banjir, erosi, pencemaran air, abrasi

Bentanglahan / Ekoregion Material / Batuan

MEDAN BERGELOMBANG Sedimen, berlapis, tidak kompak

Iklim Karakteristik Sumberdaya Sumberdaya Udara Sumberdaya Lahan Sumberdaya air Sumberdaya mineral Sumberdaya Hayati Sumberdaya Manusia Kerawanan Lingkungan dan Ancaman

Tropis Basah, dengan curah hujan tinggi

Udara sejuk, pencemaran rendah Tanah gambut Penggunaan Lahan: hutan bakau, perkebunan, pertanian, permukiman Muara sungai, pelabuhan pelayaran. Airtanah dangkal, tetapi kualitas buruk. Ancaman pencemaran akibat aktivitas domestik permukiman pinggir sungai dan aktivitas pertambangan batubara Batubara Diversitas flora dan fauna tinggi Ancaman perburuan liar dan bencana alam (banjir, erosi, dan lainnya) Pertumbuhan penduduk rendah, persebaran tidak merata, permukiman di pinggir sungai Banjir, erosi, pencemaran air

MATRIKS RUMUSAN PENANGANAN PERMASALAHAN DI EKOREGION KUTAI KARTANEGARA

No 1

Masalah Kebakaran hutan

Ekoregio n dan Administ rasi Perbukitan (Seluruh wilayah kecamata n yang memiliki hutan)

Sumber Masalah Pembakaran untuk pembukaan lahan

Strategi Utama Perbaikan pemaham an dan kesadaran pada masyarak at

Usulan Program Pemetaan lokasi rawan kebakaran hutan dan Identifikasi pelaku dari masyarakat Sosialisasi dampak kebakaran hutan Sosialisasi alternatif pengelolaan lahan Bimbingan teknik pengelolaan lahan Pemberdayaan dan penguatan peran komunitas lokal dan adat

Jangka Waktu Pende Meneng Panjan k ah g (0-10 (10-15 (15-25 th) th) th)

Kelembag aan Dinas Kehutanan


Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Sosial Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Sosial Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Dinas Sosial, Dinas Kebudayaa

No

Masalah

Ekoregio n dan Administ rasi

Sumber Masalah

Strategi Utama

Usulan Program

Jangka Waktu Pende Meneng Panjan k ah g (0-10 (10-15 (15-25 th) th) th)

Kelembag aan n PPNS

Penegaka Investigasi n hukum lapangan bagi perusahaa n Penyidikan dan penuntutan Pembinaan perusahaan perkebunan/keh utanan Pemberlakuan mekanisme insentifdisinsentif 2 3 Banjir Sedimenta si (Pendangk alan) Sungai Pencemara n air tanah dan sungai Ketersedia


PPNS Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan , Dinas Kehutanan

4 5

No

Masalah an air bersih terbatas Gangguan dan ancaman kepunahan biodiversit as Kemiskinan dan Kesenjang an kesejahter an Kerawanan konflik sosial

Ekoregio n dan Administ rasi

Sumber Masalah

Strategi Utama

Usulan Program

Jangka Waktu Pende Meneng Panjan k ah g (0-10 (10-15 (15-25 th) th) th)

Kelembag aan

Anda mungkin juga menyukai