Anda di halaman 1dari 30

PERATURAN MENTERI PERTANIAN No. 26/Permentan/OT.

140/2/2007
TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

Landasan Filosofis
I. Adanya perkembangan usaha perkebunan. II. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/Kpts/HK.350 /5/2002 tidak sesuai lagi. III. Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan: 1. 2. 3. 4. Pasal 10 ayat (1) penggunaan tanah untuk perkebunan Pasal 17 ayat (3) luasan tanah tertentu Pasal 17 ayat (7) izin usaha perkebunan Pasal 22 ayat (3) pola kemitraan

Landasan Hukum
1. UU No. 5 Thn 1960; 2. UU No. 5 Thn 1984; 3. UU No. 23 Thn 1997; 4. UU No. 18 Thn 2004; 5. UU No. 32 Thn 2004; 6. UU No. 11 Thn 2006; 7. UU No. 21 Thn 2006; 8. PP No. 17 Thn 1986; 9. PP No. 40 Thn 1996; 10.PP No. 27 Thn 1999; 11.PP No. 25 Thn 2000; 12.PP No. 79 Thn 2005; Memperhatikan : 13. Keppres No. 187/M Thn 2004; 14. Perpres No. 9 Thn 2005 juncto Perpres No. 62 Thn 2005; 15. Perppres No. 10 Thn 2005; 16. Perpres No. 5 Thn 2006; 17. Permentan No. 299/KPTS/OT.140/ 7/2005 juncto Permentan No. 11/Permentan/OT.140 /2/2007; 18. Permentan No. 341/Kpts/OT.140/ 9/2005 juncto Permentan No. 12/Permentan/OT.140/2/2007; 19. Kepmentan No. 511/Kpts/PD.310/9/2006;

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain;

Ruang Lingkup
v jenis & perizinan usaha perkebunan; v syarat & tata cara permohonan izin usaha perkebunan; v kemitraan; v perubahan luas lahan, jenis tanaman, dan/atau perubahan kapasitas pengolahan, serta diversifikasi usaha; v pembinaan & pengawasan; v sanksi administrasi.

JENIS USAHA PERKEBUNAN


vJenis usaha perkebunan terdiri atas usaha budidaya tanaman perkebunan dan usaha industri pengolahan hasil perkebunan. vBadan hukum asing/perorangan warga negara asing yang melakukan usaha perkebunan wajib bekerjasama dengan pelaku usaha perkebunan dalam negeri dengan membentuk badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

JENIS PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN


v Izin Usaha Perkebunan (IUP) wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 hektar/lebih dan memiliki unit pengolahan hasil perkebunan yang kapasitas olahnya sama atau melebihi kapasitas paling rendah. Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B) wajib untuk usaha budidaya tanaman perkebunan yang luasnya 25 hektar/lebih dan tidak memiliki unit pengolahan hasil perkebunan sampai dengan kapasitas paling rendah. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P) wajib untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas olah sama atau melebihi kapasitas paling rendah.

PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan) v IUP, IUP-B, atau IUP-P diberikan oleh bupati/walikota untuk lokasi areal budidaya dan/atau sumber bahan bakunya berada dalam 1 wilayah kabupaten/kota dengan memperhatikan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi. v IUP, IUP-B, atau IUP-P diberikan oleh gubernur untuk lokasi areal budidaya dan/atau sumber bahan bakunya berada pada lintas wilayah kabupaten/kota, dengan memperhatikan rekomendasi dari bupati/walikota berkaitan dengan RTRW kabupaten/kota.

PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan) v Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B, wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Pembangunan kebun untuk masyarakat: - dapat dilakukan a.l. melalui pola kredit, hibah, atau bagi hasil. - dilakukan bersamaan dengan pembangunan kebun yang diusahakan oleh perusahaan. - rencana pembangunan kebun untuk masyarakat harus diketahui oleh Bupati/Walikota.

PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN (Lanjutan)

Khusus usaha industri pengolahan hasil kelapa sawit, untuk mendapatkan IUP-P: - harus memenuhi paling rendah 20% kebutuhan bahan bakunya dari kebun yang diusahakan sendiri. - melengkapi permohonan dengan pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila areal budidaya tanaman berasal dari kawasan hutan) dan rencana kerja budidaya tanaman perkebunan.

BATASAN PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN

v v

IUP untuk 1 perusahaan diberikan dengan batas paling luas berdasarkan jenis komoditas (Lampiran 3). Batasan paling luas tidak berlaku untuk: - Perusahaan Perkebunan yang pemegang saham mayoritasnya Koperasi Usaha Perkebunan; - Perusahaan Perkebunan yang sebagian besar/seluruh saham dimiliki oleh Negara baik Pemerintah, Provinsi atau Kabupaten/Kota; atau - Perusahaan Perkebunan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka go public. Batas luasan areal usaha budidaya perkebunan di Provinsi Papua paling luas 2 kali dari batasan paling luas.

SYARAT PERMOHONAN IUP-B


Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan: n Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir; n Nomor Pokok Wajib Pajak; n Surat keterangan domisili; n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari bupati/walikota (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh gubernur); n Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur (untuk IUP-B yang diterbitkan oleh bupati/walikota); n Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000; n Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila areal berasal dari kawasan hutan); n Rencana kerja pembangunan perkebunan; n Hasil AMDAL, UKL, dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; n Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; n Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; n Pernyataan kesediaan membangun kebun untuk masyarakat yang dilengkapi dengan rencana kerjanya; dan n Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

SYARAT PERMOHONAN IUP-P


Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan:
n n n n n n n n n n n

Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir; Nomor Pokok Wajib Pajak; Surat keterangan domisili; Rekomendasi kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP-P yang diterbitkan oleh gubernur; Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP-P yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota; Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000; Rekomendasi lokasi dari pemerintah daerah lokasi unit pengolahan; Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh Bupati/Walikota; Rencana kerja pembangunan unit pengolahan hasil perkebunan; Hasil AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan Pernyataan kesediaan untuk melakukan kemitraan.

Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan:


n

n n n

Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang terakhir; Nomor Pokok Wajib Pajak; Surat keterangan domisili; Rekomendasi kesesuaian dengan RTRW kabupaten/kota dari bupati/walikota untuk IUP yang diterbitkan oleh gubernur; Rekomendasi kesesuaian dengan rencana makro pembangunan perkebunan provinsi dari gubernur untuk IUP yang diterbitkan oleh bupati/walikota; Izin lokasi dari bupati/walikota yang dilengkapi dengan peta calon lokasi dengan skala 1: 100.000 atau 1:50.000;

Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi Kehutanan (apabila areal berasal dari kawasan hutan); Jaminan pasokan bahan baku yang diketahui oleh bupati/walikota; Rencana kerja pembangunan kebun dan unit pengolahan hasil perkebunan; Hasil AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku; Pernyataan perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas luas maksimum;

Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; Pernyataan kesanggupan memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; Pernyataan kesediaan dan rencana kerja pembangunan kebun untuk masyarakat; dan Pernyataan kesediaan dan rencana kerja kemitraan.

TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PERKEBUNAN

v Bupati/walikota atau gubernur dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan diterima, harus memberikan jawaban menunda, menolak atau menerima. v Permohonan dianggap telah lengkap apabila dalam jangka waktu 30 hari kerja bupati/walikota atau gubernur belum memberikan jawaban, kemudian dapat diterbitkan IUP, IUP-B atau IUP-P. v Permohonan ditunda apabila setelah dilakukan pemeriksaan dokumen masih ada kekurangan persyaratan yang harus dipenuhi. v Permohonan ditolak apabila setelah dilakukan pemeriksaan dokumen ternyata persyaratannya tidak benar, usaha yang akan dilakukan bertentangan dengan ketertiban umum, dan/atau perencanaan makro pembangunan perkebunan

KEMITRAAN
v Dapat dilakukan melalui kemitraan pengolahan dan/atau kemitraan usaha.

vKemitraan pengolahan dilakukan

untuk menjamin ketersediaan bahan baku, terbentuknya harga pasar yang wajar, dan terwujudnya peningkatan nilai tambah kepada pekebun sebagai upaya pemberdayaan pekebun. perusahaan dengan pekebun, karyawan dan/atau masyarakat sekitar perkebunan.

vKemitraan usaha dilakukan antara

KEMITRAAN (Lanjutan)
Kemitraan usaha dapat dilakukan melalui pola:
n n n n n n n

penyediaan sarana produksi; kerjasama produksi; pengolahan dan pemasaran; transportasi; kerjasama operasional; kepemilikan saham; dan/atau kerjasama penyediaan jasa pendukung lainnya.

PERUBAHAN LUAS LAHAN


n

Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan melakukan perluasan lahan, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin. Untuk mendapat persetujuan perluasan lahan, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan Pasal 15 & Pasal 17, serta laporan kemajuan fisik dan keuangan perusahaan perkebunan. Persetujuan perluasan lahan diberikan kepada perusahaan perkebunan yang memiliki penilaian kelas 1 atau kelas 2. Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan perluasan berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan.

PERUBAHAN JENIS TANAMAN


n

Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan melakukan perubahan jenis tanaman, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin. Untuk mendapat persetujuan, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan: a. IUP-B atau IUP; b. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir; c. Rekomendasi dari Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi atau kabupaten/kota; dan d. Rencana kerja (proposal) tentang perubahan jenis tanaman. Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan perubahan jenis tanaman berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan.

PERUBAHAN KAPASITAS UNIT PENGOLAH

Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin pengolahan hasil dan akan melakukan penambahan kapasitas, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin. Persetujuan diperlukan apabila untuk penambahan kapasitas lebih dari 30% dari kapasitas yang telah diizinkan. Untuk mendapat persetujuan penambahan kapasitas, pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan Pasal 16 dan laporan kemajuan fisik dan keuangan perusahaan perkebunan. Bupati/walikota atau gubernur dalam memberikan persetujuan penambahan kapasitas berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan.

DIVERSIFIKASI USAHA
n

Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin dan akan melakukan diversifikasi usaha, harus mendapat persetujuan dari pemberi izin dengan berpedoman pada perencanaan makro pembangunan perkebunan. Untuk memperoleh persetujuan diversifikasi usaha, permohonan mengajukan permohonan secara tertulis kepada pemberi izin dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut: a. IUP-B atau IUP; b. Akte pendirian perusahaan dan perubahan yang terakhir; c. Rekomendasi dari Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi atau kabupaten/kota; d. Rencana kerja (proposal) tentang perubahan jenis tanaman; dan e. Surat dukungan diversifikasi usaha dari Instansi terkait.

KEWAJIBAN
Kewajiban bagi Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B atau IUP-P:
v menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya 2 tahun sejak diterbitkannya IUP, IUP-B, atau IUP-P; v merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; v membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; v menerapkan AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; v menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; serta v melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubenur atau bupati/walikota sesuai kewenangan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

PEMBINAAN & PENGAWASAN


v Perusahaan perkebunan yang telah mendapat IUP, IUP-B atau IUP-P dilakukan penilaian dan pembinaan pelaksanaan pembangunan kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan paling kurang 1 tahun sekali. v Penilaian dan pembinaan dilakukan berdasarkan rencana kerja pembangunan kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan yang diajukan pada saat permohonan izin usaha perkebunan. v Untuk kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan yang telah dibangun akan dilakukan penilaian dan pembinaan kinerja secara periodik 3 tahun sekali. v Penilaian dan pembinaan pelaksanaan pembangunan kebun dan/atau industri pengolahan hasil perkebunan dilakukan sesuai dengan Pedoman Penilaian dan Pembinaan Perusahaan Perkebunan.

SANKSI ADMINISTRASI
Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B, atau IUP-P dan tidak melaksanakan kewajiban: v merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi kelayakan, baku teknis, dan ketentuan yang berlaku; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pembukaan lahan tanpa pembakaran serta pengendalian kebakaran; v memiliki sarana, prasarana dan sistem untuk melakukan pengendalian OPT; v menerapkan AMDAL, atau UKL dan UPL sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; v menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/koperasi setempat; atau v melaporkan perkembangan usaha perkebunan kepada gubenur atau bupati/walikota sesuai kewenangan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali, diberikan peringatan paling banyak 3 kali masing-masing dalam tenggang waktu 4 bulan. Apabila dalam 3 kali peringatan tidak di indahkan, maka IUP, IUP-B atau IUP-P perusahaan bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut Hak Guna Usaha-nya

SANKSI ADMINISTRASI (Lanjutan)


n

Perusahaan perkebunan yang telah memiliki IUP, IUP-B atau IUP-P dan tidak melaksanakan kewajiban membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara lestari, izin usahanya dicabut, dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut Hak Guna Usaha-nya. Perusahaan perkebunan memperoleh IUP, IUP-B, atau IUP-P dan mendapat persetujuan diversifikasi usaha tapi tidak menjamin kelangsungan usaha pokok, menjaga kelestarian lingkungan, plasma nutfah, dan mencegah berjangkitnya organisme pengganggu tumbuhan, diberikan peringatan paling banyak 3 kali masing-masing dalam tenggang waktu 4 bulan. Apabila dalam 3 kali peringatan tidak di indahkan, maka IUP, IUP-B atau IUP-P perusahaan bersangkutan dicabut dan diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mencabut HGU.

Ketentuan Peralihan v Izin Usaha Perkebunan (IUP) atau Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP) yang telah diterbitkan sebelum peraturan ini, dinyatakan masih tetap berlaku. v Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki izin atau Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan, dalam pelaksanaan usaha perkebunan harus tunduk pada Peraturan ini.

Ketentuan Penutup v Pelaksanaan pelayanan perizinan usaha perkebunan di Provinsi NAD dan Provinsi Papua dengan otonomi khusus dilakukan oleh provinsi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. v Pemberian izin usaha budidaya perkebunan dan/atau izin industri pengolahan hasil perkebunan dalam rangka PMA atau PMDN, terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal Perkebunan.

(Lampiran 1)

KAPASITAS MINIMAL UNIT PENGOLAHAN PRODUK PERKEBUNAN YANG MEMERLUKAN IZIN USAHA
Kapasitas
3

No.
1

Komoditas
2

Produk
4

1. 2. 3.

Kelapa Kelapa Sawit Teh

5.000 butir kelapa/hari 5 ton TBS/jam 1 ton pucuk segar/hari 10 ton pucuk segar/hari

Kopra/Minyak Kelapa dan Serat (fiber), Arang Tempurung, Debu (dust), Nata de coco CPO Teh Hijau Teh Hitam Sheet/Lateks pekat Crumb rubber Gula Pasir dan Pucuk tebu, Bagas Biji kopi kering Biji kakao kering Biji mete kering dan CNSL Biji lada hitam kering Biji lada putih kering Bunga cengkeh kering Minyak jarak kasar Serat kapas dan Biji kapas Daun tembakau kering (krosok)

4.

Karet

600 liter lateks cair/jam 16 ton slab/hari

5. 6. 7. 8. 9.

Tebu Kopi Kakao Jambu mete Lada

1.000 Ton Cane/Day (TCD) 1,5 ton glondong basah/hari 2 ton biji basah/1 kali olah 1-2 ton gelondong mete/hari 4 ton biji lada basah/hari 4 ton biji lada basah/hari

10. 11. 12. 13.

Cengkeh Jarak pagar Kapas Tembakau

4 ton bunga cengkeh segar/hari 1 ton biji jarak kering/jam 6.000-10.000 ton kapas berbiji/tahun 35-70 ton daun tembakau basah

(Lampiran 2)

LUAS AREAL YANG WAJIB MEMILIKI IUPIUP-B


No.
1

Komoditas
2

Luas Areal (ha)


3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kelapa Kelapa Sawit Karet Kopi Kakao Teh Jambu Mete Tebu Lada Cengkeh Jarak Pagar Kapas Tembakau

25 s/d < 250 25 s/d < 1.000 25 s/d < 2.800 25 s/d < 100 25 s/d < 100 25 s/d < 240 25 s/d < 100 25 s/d < 2.000 25 s/d < 200 25 s/d < 1.000 25 s/d < 1.000 25 s/d < 6.000 25 s/d < 100

(Lampiran 3)

BATAS PALING LUAS PENGGUNAAN AREAL PERKEBUNAN OLEH 1 PERUSAHAAN PERKEBUNAN


No.
1

Komoditas
2

Luas Areal (ha)


3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kelapa Kelapa Sawit Karet Kopi Kakao Teh Jambu Mete Tebu Lada Cengkeh Jarak Pagar Kapas Tembakau

25.000 100.000 25.000 5.000 5.000 10.000 5.000 150.000 1.000 1.000 50.000 25.000 5.000

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai