Anda di halaman 1dari 4

Pernikahan Sesama Jenis

Adalah baik bila dua manusia kemudian menikah dan hidup bersama. Namun apa jadinya bila yang menikah adalah manusia yang sama jenisnya? Pernikahan sesama jenis merupakan isu yang sudah sering berhembus dari dulu, namun sekarang semakin kuat. Banyak negara-negara sudah mulai melegalkan pernikahan sesama jenis ini, di antaranya adalah Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Rabu (9/5/2012), secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap perkawinan orang sesama jenis (gay dan lesbian). Dukungannya itu ia nyatakan dalam wawancaranya dengan koresponden stasiun televisi ABC News di Washington DC. "Pada saat tertentu, saya menyimpulkan bahwa menurut saya pribadi, pasangan sesama jenis harus dibolehkan menikah," kata Obama. Dukungan dari Presiden AS ke-44 itu muncul di tengah mencuatnya isu-isu sosial yang diangkat para kandidat berkaitan dengan kampanye untuk pemilihan presiden AS periode mendatang. Pernyataan dalam wawacara dengan ABC News itu sekaligus mengakhiri spekulasi publik hampir selama dua tahun apakah Obama mendukung pernikahan sesama jenis. Kendati gerakan-gerakan pendukung perkawinan sesama jenis di Amerika relatif kian meningkat, sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat tidak membolehkan warga sesama jenis menikah secara sah. Hingga kini hanya enam dari pemerintah 50 negara bagian di AS yang melegalkan pernikahan kaum gay dan lesbian, yaitu Massachusetts (sejak Mei 2004), Connecticut (sejak November 2008), Iowa (sejak April 2009), Vermont (sejak 1 September 2009), New Hampshire (sejak Januari 2010), dan terakhir baru-baru ini adalah New York (sejak 24 Juli 2011). Pernikahan sesama jenis juga akan mulai dilegalkan di Negara Bagian Washington DC, mulai 7 Juni 2012 dan di Maryland mulai 1 Januari 2013. Selain itu, ada 10 negara lainnya yang sudah mengakui pernikahan sesama jenis mulai tahun 2001 hingga sekarang yaitu : Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, Afrika Selatan, Norwegia, Swedia, Portugal, Islandia, Argentina. Walaupun banyak negara yang sudah menyetejui pernikahan sesama jenis ini, tetapi di Indonesia sampai sekarang masih kontroversial. Masih ada pihak yang tidak setuju karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai dan norma hukum yang dianut bangsa Indonesia sendiri. Disini kita akan membahas pernikahan sesama jenis dari 4 aspek : 1. Pernikahan sesama jenis dipandang dari aspek Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) Demokrasi menurut etimologi/bahasa berasal dari bahasa yunani yaitu dari demos = rakyat dan cratos atau cratein=pemerintahan atau kekuasaan. Demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Demokrasi salah satu nilainya adalah kebebasan, karena di dalam demokrasi terdapat nilai untuk menghormati dan menjamin terwujudnya kebebasan setiap orang untuk berbuat (freedom of behaviour), beragama (freedom of religion), berpendapat (freedom of speech) dan memiliki (freedom of property). Paham ini menyebar dengan lebih mudah karena adanya pengaruh era globalisasi yang membawa perubahan-perubahan yang cepat, transparan, dunia terasa sempit, seakan tanpa batas. Demokrasi juga telah menimbulkan prokontra tentang nilai-nilai kebebasannya termasuk demokrasi ala pecinta sejenis. Pro kontra yang berkaitan dengan Demokrasi ala Pecinta Sejenis semakin kian menggebu di berbagai penjuru dunia. Penegakan HAM diangkat sebagai topik yang paling menarik untuk melegalkan nilai demokrasi ini. Di dalam negara demokrasi akan mempraktikkan nilai-nilai universal Hak Asasi Manusia (HAM).

Hak Asasi Manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Pengertian HAM dalam ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998, menyatakan bahwa hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak Asasi Manusia yang berkembang di Indonesia telah diadopsi masuk dalam UUD 1945 (telah diamandemen) yang berhubungan adalah pasal 28B (Membentuk keluarga, keturunan, dan perlindungan anak dari kekerasan dan diskriminasi), pasal 28G (Perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan dan martabat), dan pasal 28H (Hidup sejahtera lahir dan batin). Jika dikaitkan dengan nilai demokrasi di Indonesia, kebebasan yang terkait dengan penegakan HAM adalah kebebasan yang bertanggungjawab, bukan pergeseran nilai ke kebebasan yang anarkis, bukan pula pergeseran nilai demokrasi yang merujuk pada kebebasan yang sebebas-bebasnya. Batas-batas demokrasi yang terkait penegakan HAM tidak boleh bergeser, haruslah dikembalikan pada tonggak-tonggaknya. Indonesia sebenarnya mengetahui setiap perkembangan demokrasi yang ada di seluruh dunia tetapi Indonesia memiliki tipe demokrasinya sendiri yang dibalut dengan nilai-nilai agama yang kental dan kebudayaan yang tajam. Bukan berarti pula setiap demokrasi seperti di legalkannya Undang-Undang Pernikahan sesama jenis harus pula diadopsi di Indonesia karena terkait nilai agama yang kental, setiap agama-agama yang dilegalkan di Indonesia semua tidak mentolerir adanya perkawinan sesama jenis. Menurut Hak Asasi Manusia, manusia diperbolehkan untuk membentuk dan melindungi martabat keluarga serta hidup dalam kesejahteraan lahir dan batin, tanpa menyebutkan lebih lanjut apakah keluarga yang dimaksud berbeda jenis atau tidak. Merupakan hak setiap orang untuk mencintai dan menikah dengan sesama jenis atau berbeda jenis. Pada dasarnya Indonesia mengakui perlindungan Hak Asasi Manusia dan demokrasi pada setiap warga negaranya yang tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 tetapi dalam Pasal 28 J ayat (2) ditegaskan bahwa Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Di dunia memang demokrasi telah berkembang sedemikian rupa sehingga pengakuan Hak Asasi Manusia disalahartikan kearah yang sebebas-bebasnya (legalisasi terhadap perkawinan sesama jenis), namun Indonesia tetap berpegang pada batasan yang berlaku di negaranya, karena Indonesia adalah negara hukum. Jadi seharusnya segala sesuatu berlandaskan hukum-hukum dasar yakni Pancasila, sebagaimana tercantum dalam UU NKRI pasal 29 (perkawinan merupakan sebuah ikatan suci antara laki-laki dan perempuan). Pada akhirnya, diharapkan nilai-nilai demokrasi terkait kebebasan HAM tetap terjaga dan tidak boleh ada pergeseran nilai sesuai nilai agama, budaya, moral dan ketertiban umum. 2. Pernikahan sesama jenis dipandang dari aspek Wawasan Nusantara dan Kewaspadaan Nasional

Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara di atasnya sebagai satu kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan Visional dalam menyelenggarakan kehidupan Nasional, termasuk diantaranya menyelesaikan masalah yang terkait dengan seluruh bangsa Indonesia. Dalam memandang masalah ini, bangsa Indonesia harus mempertimbangkan seluruh aspek yang terkait sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Hingga saat ini, isu pelegalan undang-undang pernikahan sesama jenis masih menjadi pro dan kontra karena adanya kelompok yang mendukung dan kelompok yang menentang. Akibat dari euphoria reformasi dan kebebasan informasi, media banyak mengeksplorasi dan mengekspolitasi kejadian-kejadian yang dapat mendagradasi semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi Pancasila yang mempersatukan bangsa sebagai common platform, tereduksi pelan-pelan oleh pemberitaan isuisu internasional yang mengeliminasi persatuan bangsa diatas kepentingan golongan dan kelompok. Hal ini menyebabkan degradasi ketahan sosial, yang kita tahu sebagai salah satu unsur penting ketahanan nasional selain unsur lainnya seperti ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan militer. Ada pendapat menyebutkan bahwa ketahanan sosial merupakan kemampuan komunitas (local/ grassroot community) dalam memprediksi, mengantisipasi, dan mengatasi perubahan sosial yang terjadi, sehingga masyarakat tetap dapat koeksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ketahanan sosial sebagai subsistem ketahanan nasional berkaitan erat dengan Kewaspadaan Nasional. Sedangkan kewaspadaan nasional itu sendiri adalah tanggung jawab setiap warga negara dalam menjaga kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan negara dari suatu potensi ancaman. Menurut Alex Dinuth, sikap waspada suatu bangsa adalah kualitas kesiapan dan kesiagaan yang harus dimiliki oleh bangsa itu agar mampu mendeteksi, mengidentifikasi, mengantisipasi sejak dini dan melakukan aksi pencegahan awal terhadap berbagai bentuk dan sifat potensi ancaman. Hal ini merupakan manifestasi kepedulian serta rasa tanggungjawab seluruh masyarakat terhadap keselamatan dan keutuhan bangsa dan negaranya. Sebagai warga Indonesia yang mempunyai wawasan nusantara, hendaknya kita memandang jauh ke depan. Bila melegalkan suatu undang-undang yang masih kontroversial di Indonesia, tentunya akan menimbulkan kekecewaan banyak pihak, menimbulkan kegiatan anarkis karena rasa ketidakterimaan mereka yang berujung pada pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa. Sikap kita sebagai warga Indonesia yang berwawasan nusantara adalah menyeleksi hal-hal yang akan masuk ke negara Indonesia, karena walaupun di negara lain yang lebih maju dari Indonesia melegalkan undang-undang tersebut, bukan berarti kita harus ikutikutan melegalkan, karena negara kita mempunyai dasar, nilai dan norma yang berdiri sendiri dan sudah kita yakini dan taati sebagai pemersatu bangsa. Dengan cara pandang dan sikap wawasan nusantara ini, diharapkan nantinya bisa meningkatkan kewaspadaan nasional kita, sehingga tidak mudah terpecah karena isu-isu internasional yang tidak sesuai dengan nilai-nilai negara Indonesia dan bisa mewujudkan cita-cita nasional negara Indonesia sebagai satu

kesatuan bangsa Indonesia yang utuh yang berpegang teguh pada nilai-nilai negara Indonesia itu sendiri.

Daftar pustaka: http://internasional.kompas.com/read/2012/05/10/09323017/Obama.Dukung.Perkawinan.Sesama.Jeni s http://arrahmah.com/read/2012/09/13/23163-kammi-aceh-tolak-gay-menjadi-komisioner-komnasham.html http://www.beritasatu.com/destinasi/47535-10-negara-yang-mengakui-pernikahan-sesama-jenis.html http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/08/31/m9lwqx-penanganan-kasus-ham-diindonesia-stagnan http://www.dakta.com/catatan-akhir-pekan/31068/tokoh-homo-jadi-calon-komisioner-komnas-ham2.html/ http://ryanbunny.wordpress.com/2010/04/13/ham-dan-undang-undang-di-indonesia/ http://redgallon.blogspot.com/2012/03/wawasan-nusantara.html http://politik.kompasiana.com/2011/08/05/orientasi-kewaspadaan-nasional-apa-dan-mengapa/

Anda mungkin juga menyukai