Anda di halaman 1dari 3

PELAYANAN GERIATRI TERPADU - Melalui Upaya Pelayanan Paripurna, Kami Berusaha Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Geriatri-

Pendahuluan Pasien geriatri adalah orang tua berusia 60 tahun ke atas yang memiliki penyakit majemuk (multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah. Pasien geriatri memiliki karakteristik khusus, yaitu umumnya telah terjadi berbagai penyakit kronis, fungsi organ yang menurun, dan penurunan status fungsional (disabilities). Akibatnya, pasien geriatri sering mendapatkan banyak obat dari banyak dokter. Hal ini justru membahayakan tubuh mereka karena fungsi-fungsi organ yang sudah menurun. Berbeda dari pasien muda, stres fisis atau psikososial yang relatif ringan dapat memicu timbulnya penyakit akut pada pasien geriatri. Oleh karena itu, kualitas perawatan yang baik sangat diperlukan dalam pengelolaan pasien.

Siapakah yang perlu mendapatkan pelayanan Geriatri? - Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau tanpa disertai penyakit akut - Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability), mengalami jatuh (falls), atau imobilisasi (bedridden) - Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care) seperti kesulitan makan atau berpakaian - Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku (behavior) dini - Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit Parkinson, arthritis, gangguan berkemih (inkontinensia urine), atau gangguan buang air besar

Tim Terpadu Geriatri Dalam menangani pasien geriatri diperlukan pendekatan yang paripurna (holistik), yang tidak berorientasi hanya pada organ tertentu (superspesialistik) semata. Pengkajian paripurna dilakukan oleh tim geriatri interdisiplin yang minimalnya terdiri atas dokter ahli penyakit dalam (konsultan geriatri), dokter ahli rehabilitasi medik, dokter ahli jiwa, perawat geriatri, tim rehabilitasi medik (pekerja sosial, okupasi terapis, fisioterapis, terapis wicara, psikolog), serta ahli gizi. Tim ini tentu saja dapat menikutsertakan para ahli dari berbagai disiplin ilmu lain disesuaikan dengan masalah yang ada pada pasien, seperti dokter spesialis saraf, mata, telinga hidung tenggorok, kulit kelamin, bedah orthopedi, dan bedah urologi.

Pengkajian yang paripurna harus dilakukan agar tidak terjadi polifarmasi beserta efek sampingnya yang amat berbahaya bagi organ tubuh yang sudah menurun fungsinya,

Fasilitas Pelayanan Geriatri Terpadu - Poliklinik Geriatri Terpadu - Ruang Rawat Akut Geriatri Terpadu - Klinik Asuhan Siang (day hospital) - Kunjungan rawat rumah (home care) - Penyuluhan berkala Ada banyak sekali teori mengenai penuaan. Intinya, menerangkan terjadinya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan (polusi, gaya hidup dan radiasi). Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu setiap organisme pasti mengalami perubahan. Hal itu disampaikan DR.Dr. CZ. Heriawan Soejoeno, SpD,KGer,MEpid dari PERGEMI (Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia) dan Unit Geriartri Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSCM/FKUI dalam sebuah lokakarya lansia beberapa waktu lalu.

Teori pertama adalah Teori Mutasi Somatik. Akibat pajanan radiasi DNA tidak lagi membentuk protein sel yang semrstinya. Mitokondria sebagai pusat pembangkit energi sel apabila DNA terjadi mutasi tidak mampu lagi membentuk energi untuk sel. Akibatnya sel akan mati, jaringan akan rusak dan organ akan terganggu fungsinya.

Teori kedua adalah Teori Error yakni menyangkut kesalahan pembentukan protein. Kesalahan itu terjadi akibat berbagai macam sebab termasuk radiasi elektromagnetik. Apabila protein salah maka fungsi organ yang diemban akan terganggu. Hal itu kemudian diakumulasikan dari generasi ke generasi.

Teori ketiga adalah Teori Glikosilasi non-enzimatik yang mengkibatkan pembentukan protein abnormal. Kondisi itu mengganggu fungsi sel, mengganggu fungsi organ, mengganggu faal jaringan yang kemudian mengakibatkan organisme mati. Sampai sekarang belum ditemukan pencetus proses non enzimatis tersebut.

Teori keempat berupa Teori Neuro Endokrin yang menyangkut pernanan hormon dalam proses kehidupan. Menyangkut hipotalamus, hipofisis dan kelenjar anak ginjal.

Teori kelima adalah Teori Apoptosis. Menurut teori ini radiasi, toksin, HIV dan TNF menyebabkan transkripsi gen. Terjadilah perubahan kode genetik yang mengatur usia sel dan terjadi pula pembentukan beberapa enzim yang mengubah struktur cairan sel sehingga sel menyusut dan akhirnya mati. Akibatnya terjadi kematian sel yang terprogram dan perubahan tersebut terjadi secara turun menurun.

Teori keenam adalah Teori Imunologis. Proses menua seiring dengan penurunan kadar antibodi, peningkatan kadar natural killer cell serta penurunan faal sel limfosit-T.

Teori ketujuh adalah Teori Radikal Bebas. Teori ini cukup populer menyangkut kadar lemak tinggi. Akibatnya banyak ikatan atom yang mudah teroksidasi secara berlebihan. Kemudian terbentuk atom atau molekul yang susunannya tidak lengkap. Karena pengaruh medan magnet bumi kondisi atom menjadi sangat labil, reaktif dan mencari electron pelengkap . Kondisi itu merusakan struktur dinding organel di dalam sel (mitokondria) sehingga mengakibatkan kerusakan sel. Radikal bebas dapat dinetralisir dengan antioksidan alamiah. Namun, apabila radikal bebas terlalu banyak dan antioksidan kurang maka kerusakan sel tetap terjadi.

Teori kedelapan adalah Teori Telomer. Berdasarkan teori ini menyangkut ketidakmampuan melakukan replikasi ujung akhir kromosom membuat kromosom memendek yang berakibat pada kematian sel. Kondisi itu terjadi akibat sel kekurangan enzim telomerase yang berfungsi memperpanjang telomere (ujung akhir kromosom agar sel tidak mati).

Kesimpulannya, apapun teori yang dianut selalu ada unsur pengaruh atau peran genetik atau peran lingkungan (polusi, gaya hidup dan radiasi). Selain itu, ada pula upaya untuk memperbaiki faktor eksternal seperti upaya untuk menjadi tua dan sehat serta upaya mencegah penyakit degeneratif.

Anda mungkin juga menyukai