Anda di halaman 1dari 5

Selama ini fenomena penurunan nilai aktiva diabaikan oleh historical cost accounting yang beranggapan bahwa nilai

aktiva akan selalu dicatat berdasarkan harga peolehan, tanpa ada penyesuaian akibat penurunan nilai aktiva. Akibatnya, banyak nilai aktiva yang disajikan pada neraca tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Pengabaian tersebut, sebenarnya juga terjadi karena keengganan manajemen melakukan penurunan nilai aktiva, sebab akan mengurangi laba dan nilai aktiva. Hal ini kemudian disadari oleh para penyusun standar akuntansi keuangan sehingga muncullah Akuntansi Penurunan Nilai Aktiva. Secara teoritis, penurunan nilai aktiva dilakukan dengan membandingkan antara nilai yang dapat diperoleh kembali dengan nilai buku suatu aktiva yang digolongkan dalam suatu unit penghasil kas (untuk seterusnya akan disingkat dengan UPK) atau sekelompok UPK. Jika nilai yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dari harga perolehan aktiva, maka selisih lebi kecil tersebut diakui sebagai rugi penurunan nilai aktiva, dan jika nilai yang dapat diperoleh kembali lebih tinggi dari nilai buku aktiva, maka penurunan nilai aktiva dianggap tidak terjadi.

Rugi penurunan nilai didefinisikan dalam PSAK 48 (revisi 2009) sebagai, jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Aset dikelompokkan ke dalam unit penghasil kas jika aset tersebut tidak menghasilkan aliran kas secara independen. Jika keadaan berubah (pada umumnya kebalikan indikasi rugi penurunan nilai), rugi penurunan nilai untuk aset selain goodwill dapat dibalik (reversed). Tujuannya untuk mencerminkan peningkatan kembali daya dari aset. Paragraf 2 dari PSAK 48 (revisi 2009) menjelaskan mengenai ruang lingkup pengaturan. Penurunan nilai diterapkan atas semua aset kecuali persediaan, aset kontrak konstruksi, aset imbalan kerja, aset keuangan dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti investasi metode revaluasi, biaya tangguhan dan aset takberwujud dalam kontrak asuransi, serta aset tidak lancar dimiliki untuk dijual.

01. Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dikatakan melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tercatat aset melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan Pernyataan ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. Pernyataan ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.

Ruang Lingkup 02. Pernyataan ini diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai terhadap semua aset, kecuali : (a) Persediaan (lihat PSAK 14: Persediaan); (b) aset yang timbul dari kontrak konstruksi (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi);

(c) aset pajak tangguhan (lihat PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan); (d) aset yang timbul dari imbalan kerja (lihat PSAK 24: Imbalan Kerja); (e) aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; (f) Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (lihat PSAK 13: Properti Investasi); (g) biaya akuisisi tangguhan, dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual penanggung berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Kontrak Asuransi; dan (h) aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan. Penentuan apakah suatu aset revaluasian mengalami penurunan nilai tergantung pada dasar yang digunakan dalam menentukan nilai wajar: (a) jika nilai wajar aset ditentukan berdasarkan nilai pasarnya, satu-satunya perbedaan antara nilai wajar aset dengan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual adalah biaya tambahan langsung untuk pelepasan aset tersebut: (i) jika biaya pelepasan dapat diabaikan, jumlah terpulihkan aset revaluasian mendekati atau lebih besar dari jumlah revaluasiannya (yaitu nilai wajar). Dalam kasus ini, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, kemungkinan kecil aset revaluasian mengalami penurunan nilai dan jumlah terpulihkan tidak perlu diestimasi.

(ii) jika biaya pelepasan tidak dapat diabaikan, nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset revaluasian lebih kecil dari nilai wajarnya. Oleh karena itu, aset revaluasian akan mengalami penurunan nilai jika nilai pakainya kurang dari jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar). Dalam kasus ini, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, entitas menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai. (b) jika nilai wajar aset ditentukan dengan dasar selain nilai pasarnya, maka jumlah revaluasiannya (yaitu nilai wajar) dapat lebih besar atau lebih rendah dari jumlah terpulihkan. Oleh karena itu, setelah ketentuan revaluasi diterapkan, entitas menerapkan Pernyataan ini untuk menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai.

Uji penurunan nilai dilakukan jika terdapat indikasi penurunan nilai. Berikut ini beberapa pertimbangan dalam menilai adanya indikasi penurunan nilai berdasarkan PSAK 48 (revisi 2009) paragraf 12 , Informasi dari sumber eksternal:
(a) selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifi kan lebih dari yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal. (b) perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat (c) suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat

diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara material. (d) jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi internal yaitu: (e) terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fi sik aset. (f) telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. Perubahan-perubahan ini termasuk dalam hal aset menjadi tidak digunakan, rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di dalamnya suatu aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum tanggal yang diharapkan sebelumnya, dan penilaian ulang masa manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.2 (g) terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan Bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai mencakup adanya: (a) arus kas untuk memperoleh suatu aset, atau kebutuhan kas selanjutnya untuk pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut, yang secara signifi kan lebih tinggi dari yang dianggarkan sebelumnya; (b) arus kas neto aktual atau laba rugi operasi dari suatu aset yang lebih buruk dari yang dianggarkan; (c) penurunan signifi kan arus kas neto atau laba operasi yang

dianggarkan, atau kenaikan signifi kan kerugian yang dianggarkan, yang berasal dari aset tersebut; atau (d) kerugian operasi atau arus kas keluar neto aset, ketika jumlah periode berjalan diagregasi dengan jumlah yang dianggarkan untuk masa mendatang

pENGUJIAN PENURUNAN NILAI AKTIVA Untuk memastikan apakah telah terjadi penurunan nilai aktiva atau tidak, manajemen harus terlebih dahulu melakukan pengujian atas UPK-UPK yang ada pada suatu entitas bisnis. Pengujian harus dilakukan secara netral dan objektif atas UPK dan goodwill yang terkait dnegannya sehingga bebas dari salah saji yang material. Pengujian sebaiknya dilakukan oleh manajemen perusahaan sebagai pihak yang paling mengetahui kondisi perusahaan. Manajemen juga dapat melakukan pengujian berdasarkan rekomendasi auditor eksternal.
Berdasarkan IAS 36 paragraf 96, pengujian atas UPK dimana suatu goodwill dialokasikan, dapat dilakukan setiap waktu dalam satu periode akuntansi. Pengujian dilakukan secara berjenjang dengan mengacu kepada pola alokasi goodwill. Sama halnya dengan IAS 36, SFAS 144 pada paragraph 8 menegaskan bahwa apabila terdapat indikasi adanya penurunan nilai aktiva tetap, maka pengujian penurunan aktiva tetap harus segera dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai