Anda di halaman 1dari 42

KALENDER PINTAR: SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB Diusulkan oleh: Ketua : Anggota : Maulia

Afidah Cahyani Qorinatus Zahroh Wahyu Wulandari

UNIVERSITAS JEMBER JEMBER 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: Kalender Pintar : Solusi Inovatif Pengingat Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB

Ketua Tim a. Nama Lengkap b. NIM c. Institusi d. Alamat Rumah e.Telepon/Faximili f. e-mail Anggota Tim Dosen Pembimbing a. Nama Lengkap dan Gelar : Andrei Ramani, S.KM., M.Kes b. NIP c. Alamat Rumah d. No Telepon / Hp : 19800825 200604 1 005 : Jl. Sumatra 128 Jember : 081326240264 : Maulia Afidah Cahyani : 102110101007 : Fakultas Kesehatan Masyarakat : Jl. Kalimantan no.46 Jember, Jawa Timur : 085746628559 : just_vida@ymail.com : 2 orang

Jember, 11 Maret 2013 Dosen Pembimbing Ketua Tim

(Andrei Ramani, S.KM., M.Kes) NIP. 19800825 200604 1 005

(Maulia Afidah Cahyani) NIM. 102110101007

Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

(Drs. Husni Abdul Gani, M.S.) NIP. 19560810 198303 1 003

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa yang berjudul Kalender Pintar : Solusi Inovatif Pengingat Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang tegak di atas agama-Nya hingga akhir zaman. Penulisan karya tulis mahasiswa ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Husni Abdul Gani, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember; 2. Andrei Ramani, S.KM, M.Kes., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ini; 3. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya; 4. Teman-teman, atas segala bentuk bantuannya. Penulis berharap semoga karya tulis mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bermanfaat dalam mencegah ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia.

Jember, 11 Maret 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang...... ....................................................................................... 1 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3 Tujuan........................................................................................................... 3 Manfaat ......................................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5 Penyakit Tuberculosis (TB) ......................................................................... 5 Media Promosi Kesehatan ............................................................................ 14 Kalender ....................................................................................................... 17 METODE PENULISAN ....................................................................................... 17 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 18 Gambaran Permasalahan Pengendalian TB di Indonesia ............................. 18 Implementasi Kalender Pintar dalam Mencegah Ketidakpatuhan

Meminum Obat pada Penderita TB ............................................................. 20 PENUTUP ............................................................................................................... 25 Kesimpulan................................................................................................... 25 Saran ............................................................................................................. 25 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis OAT, Sifat, dan Dosis yang Direkomendasikan............................. 14

iv

Tabel 2. Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk Mencegah Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB............................... 23

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB .................................................................... 10 Gambar 2. Pihak-pihak yang Akan Mengimplementasikan Program ...................... 24

KALENDER PINTAR: SOLUSI INOVATIF PENGINGAT KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB

Maulia Afidah C, Qorinatus Zahroh, Wahyu Wulandari Dosen Pembimbing: Andrei Ramani, S.KM., M.Kes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Jember

Abstrak Di Indonesia, TB merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita TB pada tahun 2008 mencapai 253 per 100.000 penduduk, dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak dilakukan suatu penanganan khusus. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Pemerintah dalam upaya mengendalikan jumlah penderita TB di Indonesia mengeluarkan kebijakan pengobatan melalui program DOTS sejak tahun 1995 yang didopsi dari program pengendalian TB oleh WHO. Salah satu program DOTS adalah meminum obat secara intensif selama enam bulan. Pemerintah juga membentuk PMO (Pengawas Minum Obat) sebagai upaya dalam mengawasi dan mengontrol serta memberikan penyuluhan terhadap penderita TB dan keluarganya. Namun, jumlah dan peran PMO khususnya yang berasal dari anggota keluarga tidak masih rendah baik dalam kuantitas dan kualitas. Oleh karena itu, penulis menawarkan sebuah media Kalender Pintar dalam upaya mencegah ketidakpatuhan penderita TB dalam meminum obat dengan mengurangi beban kerja dari PMO dan membantu pengawasan dari dokter. Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka dengan menganalisi teori dari berbagai literatur sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dari hasil telaah kritis. Dengan adanya kalender pintar ini diharapakan ketidakpatuhan penderita dapat dihindari sehingga pengobatan TB dapat dilaksanakan dengan baik. keberhasilan pengobatan TB akan meningkatkan tingkatan kesembuhan TB di Indonesia dan mencegahan peningkatan jumlah penderita TB di Indonesia. Kata Kunci: ketidakpatuhan meminum obat, kalender pintar, penderita TB Abstrac In Indosesia, TB is one of the major public health problem. The number of TB cases in 2008 reached 253 per 100,000 population, it will increase if no treatment is done. Indonesia is now ranked fifth in the country with the highest TB burden in the world. Government do some efforts to control the number of TB patients in Indonesia like as DOTS program since 1995 that is adopted from TB control programs by the WHO. One of the DOTS program is taking drugs intensively for six months. The government also set up a PMO (Drugs Drink

vi

Supervisory) as an effort to monitor and control as well as provide counseling for TB patients and their families. However, the number and role of the PMO particularly from family members were still low both in quantity and quality. Therefore, the authors offer a Smart Calendar media as an effort to prevent TB patient compliance in taking medication, reduce the workload of the PMO and assist supervision of a physician. Methode of the paper writing use theoretical literature review of the literature to produce a conclusion from the results of a critical study. By using the smart calendar, it is expected to avoid disobedience patient so that the treatment of TB can be successfully implemented. The success of TB treatment will increase the levels of cure TB in Indonesia and prevent the increasing the number of TB patients in Indonesia. Keyword: disobedience patient in drugs drinking, smart calendar, patient TB

vii

viii

PENDAHULUAN Latar Belakang TB atau TB merupakan salah satu jenis penyakit infeksi akibat Mycobacterium TB yang menyerang masyarakat hampir seluruh dunia. TB menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia. Jumlah kasus TB dan kematian akibat TB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta penderita TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Di Indosesia, TB merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah penderita TB pada tahun 2008 mencapai 253 per 100.000 penduduk, dan diperkirakan akan terus meningkat jika tidak dilakukan suatu penanganan khusus. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+. Akan tetapi, penemuan kasus dan tingkat kesembuhan di Indonesia masih mengalami disparitas di beberapa propinsi di Indonesia. hal ini terbukti dengan adanya 28 propinsi dengan angka penemuan kasus (CDR) yang masih dibawah 70% termasuk propinsi Jawa timur (Kementerian Kesehatan Repulik Indonsia, 2011). Angka kesembuhan TB di Jawa Timur

mencapai 84,18%, sedangkan tingkat kesembuhan di Jember mencapai 86,87% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012) Permasalahan TB semakin serius dengan adanya dampak pandemik infeksi HIV. Di Indonesia diperkirakan sekitar 3% penderita TB dengan status HIV positif (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Hasil penelitian menyebutkan bahwa HIV berpengaruh secara signifikan terhadapat peningkatan kasus TB di Indonesia. Selain itu, kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, kegagalan program TB, serta perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan merupakan faktor lain yang menyebabkan peningkatan jumlah kasus TB di Indonesia. Oleh karena itu, pengendalian terhadap TB harus ditingkatkan dan dikembangkan. Hal ini mengingat dampak yang dapat ditimbulkan yang tidak hanya menyangkut kesehatan penderita, tetapi juga keluarga dan risiko penularan terhadap orang lain. Apabila dikaitkan dengan pengaruh terhadap keadaan ekonomi, TB akan mempengaruhi ekonomi rumah tangga, masyarakat dan bangsa, karena TB sebagian besar (75%) menyerang usia produktif (15-59 tahuan). Seorang penderita penderita diperkirakan akan mengalami kerugian ekonomi secara langsung untuk berobat dan biaya tidak langsung untuk transportasi serta kerugian 3 sampai 4 bulan waktu kerja yang sebanding dengan kehilangan pendapatan rata-rata selama 15 tahun (WHO, 2003). Berdasarkan Millenium Development Goals (MDGs), pengendalian TB merupakan salah satu program kesehatan di negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan target 6C MDGs yaitu mengedalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria dan penyakit utama lainnya (TB) hingga tahun 2015 (BAPPENAS, 2010). Salah satu strategi dan kebijakan yang dicanangkan pemerintah Indonesia adalah peningkatan cakupan DOTS serta peningkatan kapasitas dan kualitas penanganan TB. DOTS merupakan kebijakan nasional sejak tahun 1995 yang diadopsi dari penanganan TB WHO.

Salah satu program dalam DOTS adalah pemberian pengobatan intensif gratis selama enam bulan. Akan tetapi, program ini masih memiliki beberapa tantangan diantaranya adalah penderita tidak meminum obat lagi selama masa enam bulan intensif jika mereka merasa sudah baikan. Penderita terkadang sering berganti-ganti dokter sehingga pengobatan enam bulan intensif terganggu, pengawasan dan evaluasi tenaga kesehatan masih kurang terhadap pengobatan insentif enam bulan pada penderita, serta yang paling banyak terjadi adalah penderita terlambat meminum obat dan melakukan pemeriksaan rutin selama masa pengobatan enam bulan insentif. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merekomendasikan sebuah media kesehatan berupa Kalender Pintar sebagai suatu upaya untuk mencegah ketidakpatuhan jadwal minum obat dan cek kesehatan ke dokter oleh penderita. Selain itu, media ini juga dapat digunakan dokter dan tenaga kesehatan dalam mengontrol dan mengevaluasi proses pengobatan pada penderita. Dengan adanya media ini diharapkan tingkat kesembuhan penderita TB akan meningkat serta dapat menurunkan penderita TB di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran dan permasalahan TB di Indonesia? 2. Bagaimana Implementasi Kalender Pintar dalam menghindari risiko ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB? Tujuan Tujuan umum: Meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia sebagai upaya dalam menurunkan jumlah penderita TB di Indonesia serta memperbaiki kualitas hidup penderita TB.

Tujuan Khusus 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran penderita tentang kepatuhan pengobatan TB serta pencegahan penularan oleh penderita terhadap orang lain khususnya keluarga 2. Menghindari risiko ketidakpatuhan minum obat dan pemeriksaan kesehatan penderita sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh tenaga kesehatan. 3. Meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB 4. Menurunkan jumlah kasus TB serta memperbaiki kualitas hidup penderita TB Manfaat Media kesehatan ini sangat berguna khususnya bagi penderita TB, keluarga, tenaga kesehatan, masayarakat sekitar, dan pemerintah. 1. Penderita Media pengingat penderita terhadap jadwal pengobatan TB dan pemeriksaan kesehatan 2. Keluarga a. Media pengontrol keluarga terhadap kepatuhan anggota keluarga yang penderita TB terhadap kepatuhan pengobatan dan pemerikasaan kesehatan b. Mencegah penularan diantara anggota keluarga yang mempunyai risiko tinggi tertular TB oleh penderita 3. Masyarakat Mencegah rantai penularan khususnya masyarakat dengan jarak rumah yang ckup dekat serta masyarakat yang sering berinteraksi dengan penderita 4. Tenaga Kesehatan a. Media pengawasan dan evaluasi terhadap kepatuhan penderita dalam pengobatan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan b. Mengurangi beban tenaga kesehatan dalam hal pendampingan dan peningkatan tingkat kesembuhan penderita penderita TB 5. Pemerintah

a. Media penunjang dalam pelaksanaan program pengendalian TB di Indonesia b. Mengurangi beban pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian TB di Indonesia c. Sebagai landasan kebijakan terkait dengan program pencegahan dan pengendalian TB di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Tuberkulosis (TB) Definisi TB dan Kondisi TB di Indonesia Penyakit TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch (suarni, 2009). Mycobacterium TB adalah aerob obligat yang pertumbuhannya dibantu oleh tekanan CO2 5-10%, tetapi dihambat oleh Ph dibawah 6,5 dan asam lemak rantai panjang. Basili tuberkel tumbah hanya pada suhu 35-370 C, yang sesuai dengan kemampuannya menginfeksi organ dalam terutama paru. Mikroorganisme itu tidak membentuk spora, basilus tidak bergerak, berukuran sekitar 0,4x0,4m, yang dinding selnya amat banyak lipid, basilus tuberkel tumbuh sangat lambat, waktu gandanya adalah 12-20 jam, bila dibandingkan dengan kebanyakan bakteri pathogen lainnya yang kurang dari 1 jam. Penyakit TB menyerang masyarakat hampir di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terjamin bebas dari penyakit ini terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah kasus TB di Indonesia mengalami peningkatan. Saat ini, Indonesia menduduki peringkat lima di dunia dengan

jumlah kasus TB terbanyak (kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Saat ini penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 299.000 orang namun jumlah ini menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, telah

menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Tiongkok. Laporan WHO pada tahun 2009 mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TB sebesar 429 ribu orang. Determinan dan Faktor Risiko TB Terdapat beberapa faktor risiko yang saling berkaitan yang menyebabkan terjadinya TB. Faktor risiko yang berperan dalam kejadian penyakit TB adalah faktor karakteristik individu dan faktor risiko lingkungan. 1. Faktor Karakteristik Individu Beberapa faktor karakteristik individu yang menjadi faktor risiko terhadap kejadian TB a. Faktor umur Berdasarkan hasil penelitian di Singapura tahun 1987 menyatakan bahwa sebanyak 31,11% penderita TB paru berada pada usis 60 tahun atau lebih dan 19,17% berada pada usia antara 40-49 tahun. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun b. Faktor jenis kelamin Prevalensi TB paru tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan usia. Angka pad apria selalu cukup tinggi pada semua usia tetapi angka pada wanita senderung menurun tajam sesudah melampaui usia subur. Wanita sering mendapat TB paru sesudah bersalin c. Tingkat Pendidikan

Tingkat

pendidikan

seseorang

akan

mempengaruhi

terhadap

pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat pendidikan akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaan.

d. Pekerjaan Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TB. Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara minum makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (konstruksi rumah). Rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat akan mudah terserang mikrooganisme termasuk penyebab TB. e. Kebiasaan merokok Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, pemyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan risiko untuk terkena TB sebanyak 2,2 kali. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB. f. Status gizi Status gizi merupakan variabel yang sangat berperan dalam timbulnya kejadian TB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita TB berat dibandingkan dengan ornag yang status gizinya cukup atau lebih.

Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon imunologik terhadap penyakit (Lina dkk, Tanpa Tahun) g. Kondisi sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi minum makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB

h. Perilaku Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderta TB yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagi orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi sumber penular bagi orang do sekelilingnya. 2. Faktor Risiko Lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang menjadi faktor risiko terhadap kejadian TB adalah (Ayomi, 2012) : a. Kepadatan hunian Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya minum oksigen juga bila slah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggoata keluarga yang lain. b. Pencahayaan Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga meruakan

medai atau teempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. c. Ventilasi Yang dimaksud ventilasi adalah peroses dimana udara bersih ddari luar ruag sengaja dialirkan ke dalam ruang dan udara yang buruk dari dalam ruang dikeluarkan. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanan minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidnetil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. d. Kondisi rumah Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor risiko penularan penayakit TB. Atap, dinding dan lantai dapt menjadi tempat

perkembangbiakan kuman. Lanatai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga kan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbakanya kuman Mycobacterium TB. e. Kelembaban udara Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana kelembaban berkisar 40%-60% dengan suhu udara yang nyaman 180300 C. Kuman TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetappi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab f. Suhu Suhu dalam ruangan harus dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh sampai kepanasan. Suhu ruangan dalam rumah yang ideal adalaerkisar 18 300 C dan suhu tersebut dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara dan kelembaban udara dalam ruangan.

10

g. Ketinggian wilayah Menurut Olander, ketinggian secara umum memperngaruhi

kelembaban dan suhu lingkungan. setiap kenaikan 100 meter selisih suhu udara denga permukaan air laut sebesar 0,5 0C. Selain itu berkaitan juga dengan kerapatan oksigen, Mycobakterium TB sangat aerob, sehingga diperkirakan kerapatan pegunungan a kan mempengaruhi viabilitas kuman TB.

Gambar 1. Faktor Risiko Kejadian TB Penularan TB Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Cara penularan 1. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. 2. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

11

3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. 4. Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. 5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Patogenesis TB Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang

12

nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB. Gejala Klinis TB Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. 1. Gejala Sistemik/Umum a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. b. Penurunan nafsu makan dan berat badan. c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah. 2. Gejala Khusus a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. c. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada penderita anak yang tidak menimbulkan gejala, TB dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan penderita TB dewasa. Kira-

13

kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TB dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah. Upaya Penanggulangan TB Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB. Bank dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan penderita, prioritas diberikan kepada penderita TB tipe menular. Strategi DOTS terdiri dari lima komponen kunci: 1. Komitmen politis 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua TB dengan tatalaksana kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan penderita dan kinerja program secara keseluruhan

Dalam perkembangannya upaya ekspansi penanggulangan TB, kemitraan global dalam penanggulangan TB (stop TB partnership) mengembangkan strategi sebagai berikut: 1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS 2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya 3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan 4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta 5. Melaksanakan dan mengembangkan riset

14

Pengobatan TB Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut: a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. b. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. 1. Tahap Awal (Intensif) a. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. b. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. c. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 2. Tahap Lanjutan a. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Tabel 1. Jenis OAT, Sifat, dan Dosis yang Direkomendasikan Jenis OAT Isonazid (H) Rifampicin (R) Sifat Bakterisid Bakterisid Dosis yang direkomendasikan (mg/kg) Harian 3x seminggu 5 10 (4-6) (8-12) 10 10

15

Pyrazinamide (Z) Streptomycin (S) Ethambutol (E)

Bakterisid Bakterisid Bakteriostatik

(8-12) 25 (20-30) 15 (12-18) 15 (15-20)

(8-12) 35 (30-40) 15 (12-18) 30 (20-35)

Media Promosi Kesehatan Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut (D.J. Maulana, 2009). Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi

(Departemen Kesehatan RI, 2004). Media Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan (Departemen Kesehatan RI, 2008): 1. Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan dapat dihindari. 2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap. 3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan. 4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian. 5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan. Jenis-Jenis Media Media dapat dibagi dalam 4 kelompok besar (Departemen Kesehatan RI, 2008):

16

1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. 2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain. 3. Gambar/Media grafis Media grafis adalah penyajian visual (menekankan persepsi indera penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Dalam media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis misalnya Poster, Leaflet, Reklame, billboard, Spanduk, dll 4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll Pesan dalam Media Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran (Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2012). Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008): a. Command attention Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut. b. Clarify the massage Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau

17

pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal. c. Create trust Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat tinggalnya. d. Communicate a benefit Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya e. Consistency Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama. f. Cater to the heart and head Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. g. Call to action Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk bertindak sesuatu. Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan. Kalender Sebuah kalender adalah sebuah sistem untuk memberi nama pada sebuah periode waktu (seperti hari sebagai contohnya). Nama-nama ini dikenal sebagai tanggal kalender. Tanggal ini bisa didasarkan dari gerakan-gerakan benda angkasa seperti matahari dan bulan. Kalender juga dapat mengacu kepada alat yang mengilustrasikan sistem tersebut (sebagai contoh, sebuah kalender dinding).

18

METODE PENULISAN Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka. Metode telaah pustaka adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis oleh para peneliti atau ilmuwan di dalam berbagai sumber. Sumber informasi bisa berupa buku, jurnal, ataupun artikel ilmiah. Langkah-langkah penulisan yang telah ditempuh pada karya ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data dan atau Informasi Pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai sumber data baik dari buku, jurnal ilmiah, berita, dan google search. Tujuannya yaitu untuk menambah referensi tentang materi yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Sehingga bisa merumuskan pertanyaan pada karya ilmiah ini. 2. Pengolahan Data dan atau Informasi Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder. 3. Analisis-Sintesis Data Analisis data dilakukan sebagai suatu proses pengklasifikasian dan pengelompokan data yang selalu didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai pada suatu penelitian. 4. Simpulan Hasil analisis, sintesis, dan alternatif solusi ditarik kesimpulan mengenai gagasan yanga akan diimplementasikan. 5. Saran dan Rekomendasi Hasil analisis, sintesis, alternatif solusi, dan kesimpulan

membutuhkan saran dan rekomendasi dengan pihak-pihak yang terkait agar gagasan dapat diimplementasikan dengan baik.

19

PEMBAHASAN Gambaran Permasalahan Pengendalian TB di Indonesia Penanggulangan TB terutama di negara berkembang seperti Indonesia masih belum memuaskan TB yang sekarang terjadi, terkonsentrasi pada penderita yang sulit diobati, yaitu penderita di pedesaan tanpa akses untuk ke pusat kesehatan dan yang tinggal di tempat yang padat penduduk, penderita yang terlambat minum obat, dan penderita dengan kekebalan tubuh yang rendah sehingga tidak dapat terhindar dari penyakit ini (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Penyebab utama kegagalan dalam pengobatan TB disebabkan oleh ketidakpatuhan penderita dalam meminum obat. Kurangnya kesadaran dari penderita tersebut merupakan sebab utama gagalnya pengobatan bagi 5% dari jumalah penderita (Ayuningtyas, 2008). Berdasarkan penelitian Jarbose (2002) menunjukkan bahwa penderita TB yang tidak patuh pada akhirnya akan diikuti dengan berhentinya penderita dalam meminum obat. Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dengan dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan periode minum obat yang tidak sesuai dengan aturan (Lailatushifah, 2012). Dampak yang disebabkan ketidakpatuhan penderita dalam meminum obat secara teratur, selain menjadi penghambat dalam proses penyembuhan dirinya, juga akan mengakibatkan beberapa hal sebagai berikut (Asmirini, 2013): 1. Penyakit tidak akan sembuh bahkan basil TB menjadi lebih kuat, 2. Penderita tetap dapat menularkan penyakitnya pada orang lain, 3. Penyakit menjadi semakin sukar diobati karena ada kemungkinan bakteri TB menjadi kebal sehingga diperlukan obat yang lebih kuat dan lebih mahal. 4. Perlu waktu lebih lama untuk sembuh, 5. Penderita dapat juga menularkan kuman yang sudah kebal obat pada orang lain.

20

Solusi yang Pernah Diterapkan dalam Mencegah Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB Pengobatan merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit TB. Tujuan dari pengobatan TB ini adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Namun dalam proses pengobatan ini terdapat kendala berupa ketidakpatuhan penderita dalam minum obat secara teratur. Oleh karena, pemerintah menerapkan strategi DOTS untuk mengatasi masalah tersebut. Di dalam strategi DOTS terdapat panduan pengobatan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pemberian panduan OAT didasarkan klasifikasi TB (Kementerian Kesehatan RI). Dalam upaya memperkuat strategi pengendalian TB, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan Stop TB melalui Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No 565/Menkes/Per/III/2011 tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2011-2014. Penanggulangan penyakit TB dengan strategi DOTS ini sudah efektif dalam meningkatkan angka kesembuhan TB yang tinggi, mencegah putus berobat, mengatasi efek samping obat jika timbul dan mencegah resistensi ganda terhadap obat TB yang disebut Multiple Drug Resistance / MDR (Asmarini, 2013). Namun masih perlu adanya suatu pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah penderita TB sendiri maupun kelurganya dalam suatu pengawasan minum obat dan pemberian motivasi untuk selalu menjaga keteraturan minum obat. Menurut teori Force field Analysis dari Lewis Kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh perilaku penderita (Ratnasari, 2012). Ketidakpatuhan penderita dalam berobat dapat meningkatkan risiko berkembangnya penyakit TB yang diderita atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang dideritanya. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% jumlah opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidaktaatan penderita terhadap aturan pengobatan (Asmarini, 2012).

21

Cara terbaik mengubah perilaku tersebut adalah dengan memberikan informasi serta diskusi dan partisipasi dari penderita. Agar perilaku penderita lebih patuh, penguatan driving force dibutuhkan dengan menggalakkan persuasi dan memberi informasi (Hutapea, 2010). Oleh karena diperlukan sebuah inovasi baru kalender pintar dalam upaya mencegah ketidakpatuhan meminum obat dan pemeriksaan kesehatan oleh penderita TB. Kalender pintar ini adalah suatu inovasi pengingat kepatuhan dalam meminum obat dan pemberian motivasi internal dalam bentuk sebuah kalender dinding yang mudah dilakukan, fleksibel, dan efektif. Implementasi Kalender Pintar dalam Mencegah Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB TB adalah salah satu penyakit yang membutuhkan perhatian khusus. Pengobatannya berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan (Kartika, 2009). Hal ini seringkali membuat penderita putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur sehingga pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal atau disebut juga sebagai multi drugs resistance (MRD). Kasus MRD memerlukan biaya yang lebih besar dan pengobatan yang lebih sulit (Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008). Keberhasilan pengobatan TB merupakan salah satu tindakan dalam upaya pengendalian TB. Keberhasilan pengobatan TB dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan tubuh, serta faktor sosial ekonomi penderita (Ayuningtyas, 2008). Salah satu faktor yang cukup sulit dikendalikan oleh tenaga kesehatan adalah kepatuhan penderita untuk meminum obat. Hal ini terjadi karena tenaga kesehatan tidak dapat melakukan pengawasan selama 24 jam pada penderita. Oleh karena itu, media kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan penderita TB untuk meminum obat. Kalender Pintar adalah suatu media yang dapat digunakan sebagai pengingat meminum obat untuk penderita TB. Kalender Pintar merupakan media yang unik dan ringkas. Ringkas karena berbentuk seperti kalender sobek yang

22

didalamnya terdapat 180 lembar sesuai dengan masa pengobatan penderita TB dalam hitungan hari. Kalender Pintar yang berbentuk seperti kalender sobek ini bukanlah sebuah penanda hari, tanggal, ataupun bulan. Akan tetapi, media tersebut merupakan penanda hari seorang penderita TB sudah menjalani masa pengobatan dengan kata lain media ini dapat memberikan informasi penting mengenai hari yang sudah terlewati untuk masa pengobatan. Unik karena tiap lembar yang menandakan hari yang telah terlewati tidak dibuang begitu saja tapi ditempelkan di alat penancap kertas yang diciptakan sebagai pelengkap media. Lembaran penanda hari yang sudah terlewat dapat digunakan sebagai bukti bahwa penderita telah meminum obat tepat waktu ketika penderita datang ke dokter untuk check up. Media ini seperti kompas yang menunjukkan bahwa masa pengobatan masih berlangsung dan selalu menjadi pengingat bagi penderita TB untuk rutin meminum obat karena dalam media ini juga terdapat kotak Check list yang dapat diisi setelah penderita TB selesai meminum obat. Ketika penderita datang ke dokter untuk check up dan melakukan pengobatan selanjutnya dokter dapat

mengetahui apakah selama masa pengobatan penderita TB tersebut rajin meminum obat. Hal tersebut dapat ditemukan dalam lembaran media yang terkumpul di alat penancap kertas. Media ini juga dapat digunakan sebagai alat bagi keluarga untuk secara teratur mengontrol pengobatan penderita TB. Kedisiplinan penderita dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk meminum obat. Selain itu media ini dapat juga dapat memberikan peringatan bagi keluarga bahwa penderita TB tersebut masih berada dalam masa penularan dan memerlukan perawatan dan dukungan untuk membantu pengobatannya. media ini juga dilengkapi kata-kata motivasi yang diharapkan mampu membuat penderita termotivasi untuk sembuh dan bersemangat menjalani masa pengobatan. Kalender Pintar ini sangat tepat bila dikolaborasikan dengan strategi DOTS. Media ini dapat meringankan kinerja PMO. Selain itu, media ini juga dapat memberdayakan keluarga penderita TB untuk berperan aktif memberikan

23

perawatan dan dukungan dalam rangka upaya penyembuhan penderita TB. Kekurangan sistem DOTS diharap dapat disempurnakan dengan adanya media ini. Sehingga Strategi DOTS yang telah gencar dilakukan oleh pemerintah dan menunjukkan angka kesembuhan penderita TB menjadi 85% (Pare,dkk, 2013) akan meningkat menjadi > 85% dengan adanya media kesehatan kalender pintar pengingat kepatuhan bagi penderita TB. Strategi dalam Implementasi Kalender Pintar Strategi berdasarkan fakta empiris yang ada dan solusi yang pernah ditawarkan, maka upaya terobosan untuk mencegah ketidakpatuhan meminum obat pada penderita TB dalam upaya meningkatkan tingkat kesembuhan penyakit TB adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Strategi Terobosan Implementasi Kalender Pintar untuk Mencegah Ketidakpatuhan Meminum Obat pada Penderita TB
Aspek Strategi Menjelaskan efektifitas dan efisiensi penggunaan kalender sobek untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan

meminum obat pada penderita TB dalam meminum obat secara teratur Dukungan dan persetujuan oleh Puskesmas/Rumah Sakit Penguatan Internal dan Kemenkes terhadap gagasan yang disampaikan Pemerintah menggandeng seluruh Rumah sakit/puskesmas yang ada di daerah untuk menyelenggarakan Kalender Pintar Implementasi kalender sobek Penerapan kebijakan pemerintah yang menunjang program internal Pengembangan Eksternal Penguatan Strategi Nasional Pengendalian TB mengenai solusi untuk mencegah ketidakpatuhan minum obat pada penderita TB Penguatan Undang-undang mengenai peran serta masyrakat

24

Aspek

Strategi dalam proses penyembuhan penderita TB dan atau pembuatan undang-undang baru yang mendukung pembangunan kesehatan nasional dalam hal

perlindungan masyarakat terhadap TB

Strategi ini merupakan solusi yang mampu menjawab permasalahan yang terjadi. Strategi ini menanggulangi persoalan terobosan untuk mencegah ketidakpatuhan meminum obat penderita TB dalam berobat. Gagasan ini dapat terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak yang digambarkan melalui bagan di bawah ini sebagai berikut :

Puskesmas Rumah Sakit/

Kemenke s

PMO Kalender Sobek Dukungan Masyarakat

Gambar 2. Pihak-pihak yang Akan Mengimplementasikan Program Keterangan :

Penderita : pihak yang mendukung langsung pelaksanaan


program TB : bekerja sama dalam penyelenggaraan program : secara tidak langsung mendukung pelaksanaan program

Gagasan Kalender Pintar sebagai suatu usaha untuk meningkatkan kepatuhan penderita TB dalam meminum obat dan memeriksakan dirinya ke rumah sakit dapat diimplementaskan dengan baik apabila didukung oleh hal-hal sebagai berikut :

25

1. Adanya riset tentang angka kejadian TB di Indonesia oleh Perguruan Tinggi. 2. Rumah Sakit bersama Kemenkes mendukung dan menyetujui program Kalender Pintar 3. Membentuk PMO pada tiap rumah sakit sebagai pelaksana program 4. Penegasan kembali aturan dalam UU RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan Strategi Republik Nasional Indonesia No

565/Menkes/Per/III/2011

tentang

Pengendalian

Tuberkulosis 2011-2014. Pemerintah membuat kebijakan yang lebih mampu memberikan dukungan dalam proses kesembuhan bagi penderita TB. 5. Komitmen antara pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk menurunkan tingkt kejadian TB. 6. Pelaksanaan program Kalender Pintar untuk mencegah ketidakpatuhan meminum obat penderita TB 7. Diperlukan riset atau cost and benefit analysis untuk memperjelas tujuan, biaya, manfaat, dan dampak dari program Kalender sobek bagi penderita TB di Indonesia agar dapat meyakinkan para stakeholder yang melihat peluang ini dalam upaya meningkatkan tingkat kesembuhan penderita TB di Indonesia.

PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Keadaan terkini pengendalian TB di Indonesia mengalami kendala terkait ketidakpatuhan penderita TB dalam meminum obat sehingga berakibat pada kegagalan penderita TB untuk sembuh dari penyakitnya. 2. Gagasan media kesehatan Kalender Pintar dapat digunakan dalam mencegah ketidakpatuhan meminum obat dengan media pengingat berupa penanda hari selama masa pengobatan, checklist setelah penderita meminum obat, dan katakata motivasi dalam memotivasi penderita selama masa penyembuhan

26

3. Implementasi Kalender Pintar ini dapat bekerja bersama PMO dalam upaya pengendalian TB di Indonesia Saran Mengingat pentingnya Media Kesehatan Pengingat Penderita TB dalam Meminum Obat melaui Kalender sobek sebagai salah satu upaya meningkatkan angka kesembuhan bagi penderita TB, maka perlu adanya sinergisitas dari pihakpihak yang terkait yaitu pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga pemerintah seperti Kemenkes, Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan baik negeri maupun swasta serta partisipasi masyarakat Indonesia. Pemerintah daerah sebagai pemegang kekuasaan hendaknya memberikan perhatian lebih dalam bentuk kebijakan otonomi daerah. Selain itu, kebijakan ini perlu adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat dan pihakpihak yang berhubungan dengan penderita TB.

DAFTAR PUSTAKA Asmarini, Siti. 2013. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ketidakpatuhan Penderita TB Paru Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Kecamatan Tembilahan Kota Kabupaten Indragiri Hilir. [serial online] repository.unri.ac.id [28 Februari 2013] Ayomi, andreas christian dkk. 2012. Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Jurnal kesehatan Lingkugan Indonesia. vol 11 (1): hal 1-8 Ayuningtyas, Nurilla. 2008. Pengaruh Konseling terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita TBC Paru pada Terapi Obat di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. [serial online] www.digilib.ui.ac.id [26 Februari 2013] Bappenas. 2010. Ringkasan Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Jakarta: Bappenas D. J. Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. 2004. Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI. 2008. Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008. Pedoman Penanggulangan TB di Tempat Kerja (Workplace). Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. 2012. Media Promosi Kesehatan. [serial online] http://dinkes.slemankab.go.id [27 Februari 2013] Hutapea, Tahan P. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis. [serial online] jurnalrespirologi.org [8 Maret 2013] Kartika. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Default Penderita TB Paru di RSUD Budhi Asih Jakarta Tahun. 2008. [serial online] lontar.ui.ac.id [8 Maret 2013] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Pengendalian TB di Indonesia mendekati Target MDG. [serial online] depkes.go.id [1 Maret 2013] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia tahun 2010-2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Data/Informasi Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lailatushifah, Siti. 2012, Kepatuhan Pasien yang Menderita Penyakit Kronis Dalam Mengkonsumsi Obat Harian. [serial online] fpsi.mercubuanayogya.ac.id [1 Maret 2013] Lina, Nur dkk. Tanpa Tahun. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Tuberkulosis pada Anak di Kota Tasikmalaya. Semarang: Universitas Dipenogoro Pare, Amelda L, dkk. 2013. Hubungan Antara Pekerjaan, PMO, Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga Dan Diskriminasi Dengan Perilaku Berobat Pasien TB Paru. [serial online] repository.unhas.ac.id [1 Maret 2013] Ratnasari, Nita Y. 2012. Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Tuberkulosis Paru (TB Paru) Di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Yogyakarta Unit Minggiran. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol. 8 Suarni, Helda. 2009. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Penderita Penyakit TB Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Bulan Oktober tahun 2008- April 2009. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Lampiran Gambar Kalender Pintar

KALENDER PINTAR

D a y

1
Minum Penyakit TBC

Saya Sudah

Obat Awali Langkah Anda, Bebaskan Diri Dari

Sketsa dari Kalender Pintar

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ketua Kelompok Nama NIM Jurusan / Fakultas : Maulia Afidah Cahyani : 102210101007 : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Masyarakat

Tempat, tanggal lahir : Lumajang, 29 November 1992 Universitas HP Alamat Email Riwayat pendidikan :
No. 1 2 Sekolah SD Islam Tompokersan SMPN 1 Lumajang SMA 2 Lumajang Tempat Lumajang Lumajang Lumajang tahun 2005 2008 2010

: Universitas Jember : 085746628559 : Jl. Kalimantan no.46 Jember, Jawa Timur : just_vida@ymail.com

Karya ilmiah yang pernah dibuat


No. 1 Judul

:
Kategori PKM GT Tahun 2011

Pemanfaatan ekstrak daun kemangi sebagai Hand Sanitizer Alami Nudget BONJAY (Boneka Jamur Ayam) sebagai jajanan bergizi bagi Anak

PMW

2012

Anggota Anggota Kelompok I Nama NIM Jurusan / Fakultas : Qorinatus Zahroh : 102210101170 : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kesehatan Masyarakat

Tempat, tanggal lahir : Pamekasan, 29 Maret 1992 Universitas : Universitas Jember

HP Alamat Email

: 085731767535 : Jl. Kalimantan no.50 Jember, Jawa Timur : qorinatus@gmail.com

Riwayat pendidikan :
No. 1 2 Sekolah SDN Dempok Timur I SMPN 1 Waru Tempat Pamekasan Pamekasan tahun 2004 2007

SMA 1 Pamekasan

Pamekasan

2010

Karya ilmiah yang pernah dibuat


No. Judul

:
Kategori PKM Penunjang 2011 Tahun

K Upaya Peningkatan Kualitas Udara 1 dengan Penanaman Casuarina

Equisetifolia untuk Kawasan Wisata Pantai yang Sehat. CSC-HIV/AIDS Sebagai Upaya Pengendalian HIV/AIDS Di Wilayah Wisata Pantai Untuk Menciptakan Indonesia Bebas HIV/AIDS Menuju MDGS 2015

Kemaritiman bidang Sosbud

Kesehatan

2012

Prestasi yang diraih :


No. Judul Kategori PKM KTI Peningkatan Kualitas 1 Udara Upaya Penun jang Kema ritima n bidan g Sosbu d 2011 UNHAS Nasional Tahun Penyelenggara Tingkat

dengan Penanaman Casuarina Equisetifolia untuk Kawasan Wisata

Pantai yang Sehat.

No.

Judul CSC-HIV/AIDS Sebagai Upaya Pengendalian HIV/AIDS Di Wilayah Wisata Pantai Untuk Menciptakan Indonesia Bebas HIV/AIDS Menuju MDGS 2015

Kategori

Tahun

Penyelenggara

Tingkat

Kesehatan

2012

UI

Nasional

Anggota kelompok II Nama NIM Jurusan / Fakultas : Wahyu Wulandari : 102110101172 : Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kesehatan Masyarakat

Tempat, tanggal lahir : Jombang, 1 Desember 1990 Universitas HP Alamat Email Riwayat pendidikan :
No. 1 2 3 Sekolah SDN Tampingmojo 1 SMPN 1 Tembelang SMAN 2 Jombang Tempat Jombang Jombang Jombang tahun 2003 2006 2009

: Universitas Jember : 085655929129 : Jl Kalimantan 4 no 57 Blok C Jember : andara.hyunca@gmail.com

Karya ilmiah yang pernah dibuat


No. Judul Advocacy Programs Meningkatkan Kesehatan The Corner

:
Kategori Of Tahun

Reproductive Health And HIV/AIDS 1 Sebagai Upaya KTI 2012

Pengetahuan Reproduksi Dan

HIV/AIDS Pada Anak Jalanan

No.

Judul Self-Defence Implementasi For Bela Children Diri Dalam

Kategori

Tahun

Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Sebagai Suatu Upaya Mencegah Pelecehan Seksual Terhadap Anak The Big Five Magical Of Kelud Sebagai

KTI

2012

Suatu Upaya Peningkatan Devisa Negara

PKM-GT

2011

SRIKANDI (Sushi Tradisional Makanan Indonesia) Sebagai Wujud PKMK Pelestarian Kuliner Nusantara yang Dikemas Modern dan Trendi

2013

Prestasi yang diraih :


N o Judul . Self-Defence Children Implementasi Bela For Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat

Diri Dalam Pendidikan 1 Jasmani Kesehatan Suatu Mencegah Seksual Anak The Big Five Magical Of 2 Kelud Sebagai Suatu Upaya Peningkatan PKMGT 2011 Dikti Nasiona l Dan Sebagai Upaya Pelecehan Terhadap KTI 2012 Universitas Jambi Nasiona l

Devisa Negara 3 SRIKANDI Tradisional Indonesia) (Sushi Makanan PKMK Sebagai 2013 Dikti Nasiona l

N o Judul . Wujud Pelestarian Kuliner Nusantara yang Dikemas Modern dan Trendi Kategori Tahun Penyelenggara Tingkat

Anda mungkin juga menyukai