Diajukan Untuk Memenuhi Tugas KMB II Semester III Disusun Oleh : 1. Hendri Imam D 2. Heni Setyaningsih 3. Ida Faridha 4. Ilawati 5. Ilham Prasetyoadi 6. Iis Dewantari 7. Indah Larasati 8. Indri Wulandari 9. Inne Rachmadini 10. Intan Yulianti 11. Isna Ambarwati 12. Juang Gayuh Gemilang 13. Kartika Indah 14. Kurniawan Dwi Caksono 15. Lidhia Oktalina 16. Melisa Wahyuning Tyas 17. Melyana Cherynasari 18. Meryta Novia Risti 19. Michelle Nova Natalia 20. Mita Irani
-Daging dan ikan goreng atau panggang -Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring) Makanan yang harus dikonsumsi: -Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts ) -Butir padi yang utuh -Cairan yang cukup terutama air Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma, faktor utama yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous. Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma, hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna, villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna. Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30 tahun. Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohns juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
D.
Insiden dan Faktor Risiko Kanker yang ditemukan pada kolon dan rektum 16 % di antaranya menyerang Recti terutama terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi pada laki-laki daripada wanita. Beberapa faktor risiko telah diidentifikasi sebagai berikut: E. F. G. H. Kebiasaan diet rendah serat. Polyposis familial Ulcerasi colitis Deversi colitis
I.
Patofisiologi Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak yang bisa menyebabkan kanker kolorektal. Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya.Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena. Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita umumnya merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang berobat dalam stadium lanjut.
J.
Gambaran Klinis Semua karsinoma kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses dalam peritoneum. Keluhan dan gejala sangat tergantung dari besarnya tumor. Tumor pada Recti dan kolon asendens dapat tumbuh sampai besar sebelum menimbulkan tanda-tanda obstruksi karena lumennya lebih besar daripada kolon desendens dan juga karena dindingnya lebih mudah melebar. Perdarahan biasanya sedikit atau tersamar. Bila karsinoma Recti menembus ke daerah ileum akan terjadi obstruksi usus halus dengan pelebaran bagian proksimal dan timbul nausea atau vomitus. Harus dibedakan dengan karsinoma pada kolon desendens yang lebih cepat menimbulkan obstruksi sehingga terjadi obstipasi.
K. Komplikasi 1. Kolitis ulserosa 2. Penyakit Chron 3. Kolitis karena amuba atau shigella 4. Kolitis iskemik pada lansia 5. Divertikel kolon L. Pemeriksaan Diagnostik Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan: M. Anamnesis yang teliti, meliputi: Perubahan pola atau kebiasaan defekasi baik berupa diare maupun konstipasi (change of bowel habit) Perdarahan per anum Penurunan berat badan Faktor predisposisi: o Riwayat kanker dalam keluarga
o Riwayat polip usus o Riwayat kolitis ulserosa o Riwayat kanker pada organ lain (payudara/ovarium) o Uretero-sigmoidostomi o Kebiasaan makan (tinggi lemak rendah serat) N. Pemeriksaan fisik dengan perhatian pada: I. Status gizi II. Anemia III. IV. VI. VII. O. P. Q. R. Benjolan/massa di abdomen Nyeri tekan Pembesaran hati/limpa Colok rektum(rectal toucher)
Uraian tentang prosedur diagostik dijelaskan lebih lanjut dalam fokus pengkajian keperawatan. S. Penalaksanaan Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik. 6. 7. Pilihan utama adalah pembedahan Radiasi pasca bedah diberikan jika: sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria ada metastasis ke kelenjar limfe regional masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh. (Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum). 8. Obat sitostatika diberikan bila:
Inoperabel Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah. Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.
operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali. Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah: Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
I.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN T. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah: 9. Gejala: Kelemahan, kelelahan/keletihan Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi. Aktivitas/istirahat:
10. Gejala:
Sirkulasi: - Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas Tanda: darah. Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan Integritas ego: Gejala: Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual) Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan) Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi. Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah. Eliminasi: Gejala: Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah Makanan/cairan: Gejala: Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet) Anoreksia, mual, muntah Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
11.
12.
13.
Tanda: 14. Gejala: 15. Gejala: Tanda: 16. Gejala: lingkungan) 17. sitostatika. U. Tes Diagnostik
Intoleransi makanan Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot Nyeri/ketidaknyamanan: Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit Keamanan: Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika. Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia Interaksi sosial Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Penyuluhan/pembelajaran: Riwayat kanker dalam keluarga Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut: Jenis Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium: Tinja Untuk mengetahui adanya darah dalam Tujuan/Interpretasi Hasil
tinja (makroskopis/mikroskopis). CEA (Carcino-embryonic anti-gen) Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi bermanfaat atau metastase. 2. Pemeriksaan radiologis Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast) untuk melihat gambaran lesi secara radiologis. 3. Endoskopi dan biopsi Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis. 4. Ultrasonografi Diperlukan untuk mengetahui adanya metastasis ke hati. dalam mengevaluasi dampak terapi dan kemungkinan residif
V. Prioritas Keperawatan 18. 19. 20. 21. 22. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian Meningkatkan kenyamanan Mempertahankan fungsi fisiologis optimal Mencegah komplikasi Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan
kebutuhan terapi.
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 23. Diare b.d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus. Ditandai dengan: Peningkatan bunyi usus/peristaltik Peningkatan defekasi cair Perubahan warna feses Nyeri/kram abdomen
24. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus. Ditandai dengan: Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk Peningkatan bunyi usus Konjungtiva dan membran mukosa pucat Mual, muntah, diare
25. Ansietas (uraikan tingkatannya) b.d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma) Ditandai dengan: Eksaserbasi penyakit tahap akut Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan Iritabel Fokus perhatian menyempit
26. Koping individu tak efektif b.d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat) Ditandai dengan: Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas
27. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi. Ditandai dengan: Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep Tidak akurat mengikuti instruksi Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
II. INTERVENSI KEPERAWATAN 28. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1. Bantu kebutuhan defekasi (bila Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tirah baring siapkan alat yang tanda sehingga perlu diantisipasi diperlukan dekat tempat tidur, dengan menyiapkan keperluan klien. pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi). 2. Tingkatkan/pertahankan cairan per oral. asupan Mencegah timbulnya maslah
kekurangan cairan.
3. Ajarkan tentang makanan-minuman Membantu klien menghindari agen yang dapat pencetus diare. memperburuk/mencetus-kan diare. 4. Observasi feses. dan catat frekuensi
takikardia, penurunan Mengantisipasi tanda-tanda bahaya dan perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.
ansietas
6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, Antibiotika antikolinergik, kortikosteroid). membunuh/menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi. 29. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus. INTERVENSI RASIONAL untuk
1. Pertahankan tirah baring selama Menurunkan kebutuhan metabolik fase akut/pasca terapi untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi. 2. Bantu perawatan kebersihan rongga Meningkatkan mulut (oral hygiene). selera makan. kenyamanan dan
3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam Asupan kalori dan protein tinggi bentuk yang sesuai perkembangan perlu nasi biasa) diberikan untuk status kesehatan klien (lunak, bubur kasar, mengimbangi
4. Kolaborasi pemberian obat-obatan Pemberian preparat zat besi dan sesuai indikasi (roborantia) vitamin anemia; B12 dapat mencegah asam folat pemberian
mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi. 5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral. 6. nutrisi parenteral. Pemberian dihentikan peroral sementara mungkin untuk
psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma). INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Orientasikan klien dan orang Informasi yang tepat tentang situasi terdekat terhadap prosedur rutin yang dan aktivitas yang diharapkan. terhadap dihadapi lingkungan klien sekitar dapat dan menurunkan kecemasan/rasa asing membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi. 2. Eksplorasi kecemasan klien dan Mengidentifikasi berikan umpan balik. menawarkan faktor pencetus/ dapat
3. Tekankan adalah
bahwa
bahwa
kecemasan dengan
masalah
sistem
pendukung,
(significant others) selama fase mencegah perasaan terisolasi dan pertahankan menurunkan kecemsan. ketenangan lingkungan. 5. Kolaborasi sedatif. pemberian obat Menurunkan memudahkan istirahat. perkembangan masalah kecemasan,
6. Pantau dan catat respon verbal Menilai dan non verbal klien yang klien. menunjukan kecemasan. 3. Koping individu tak
efektif
(koping
menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak adekuat). INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Bantu klien RASIONAL
strategi pemecahan masalah yang hidup survive dengan mengikuti sesuai didasarkan pada kekuatan program terapi yang tepat dan pribadi dan pengalamannya. dengan pengaturan diet dan aktivitas yang sesuai 2. Mobilisasi dukungan emosional Dukungan SO dapat membantu
dari orang lain (keluarga, teman, meningkatkan spirit klien untuk tokoh agama, penderita kanker mengikuti program terapi. lainnya)
terapi Terapi psikiatri mungkin diperlukan depresi/agresi berat dan lama sehingga dapat memperburuk klien. keadaan kesehatan
4. Kaji fase penolakan-penerimaan Menilai klien terhadap penyakitnya (sesuai klien. teori Kubler-Ross) 5.
perkembangan
masalah
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kaji tingkat RASIONAL pembelajaran sangat
klien/orang klien.
kemampuan/kesiapan
2. Jelaskan tentang proses penyakit, Meningkatkan penyebab/faktor dampak risiko, penyakit terhadap
pengetahuan
klien
perubahan status kesehatan-sosioekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien. 3. Jelaskan pembedahan, tentang radiasi terapi Meningkatkan partisipasi dan
yang dapat terjadi 4. Tekankan pentingnya Penderita kanker yang mengikuti status gizi yang adekuat
mempertahan-kan asupan nutrisi program terapi yang tepat dengan dan cairan yang adekuat. meningkatkan kualitas hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA Carpenito.(2000). Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis , Ed.6. Jakarta : EGC Doenges.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta : EGC Price & Wilson.(1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4. Jakarta : EGC Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.