Anda di halaman 1dari 18

3 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gizi Masyarakat 2.1.1 Pengertian

Istilah gizi dan ilmu gizi di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 19521955 sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai nutrisi. Terjemahan ini terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994. WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi (DEPKES RI, 2002). Menurut Depkes (2002), zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh. 2.1.2. Fungsi Gizi Menurut Depkes (2002), berdasarkan kegunaannya, zat gizi dapat digolongkan atas 3 (tiga) fungsi utama, yaitu; 1. Zat Tenaga (Karbohidrat dan Lemak)

Setiap 1 gr karbohidrat menghasilkan 4 kalori, dan setiap 1 gr lemak menghasilkan 9 kalori. Sumbernya adalah makanan pokok dan makanan berlemak. 2. Zat Pembangun (Protein) Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori. Sumbernya adalah lauk pauk yang berasal dari nabati (kacang-kacangan dan olahannya, seperti tempe, tahu) dan hewani (daging, telur, unggas, dan lain-lain) 3. Zat Pengatur Sumber utama zat pengatur berasal dari sayuran dan buah-buahan. 2.1.3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. Konsep kecukupan energi kelompok penduduk adalah nilai ratarata kebutuhan, sedangkan pada kecukupan protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan di tambah dengan 2 kali simpangan baku. Kegunaan angka kecukupan gizi yang di anjurkan adalah (Proverawati dan Kusumawati, 2010) : a. Untuk menilai kecukupan gizi yang telah di capai melalui konsumsi b. Untuk merencanakan pemberian makanan tambahan balita maupun untuk perencanaan institusi c. Untukmerenncanakan penyediaan pangan tinggkat regional maupun nasional d. Untuk patokan label gizi makanan yang di kemas apabila perbandingan dengan angka kecukupan gizi diperlukan e. Untuk bahan pendidikan gizi (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Di samping kegunaan kecukupan gizi tersebut yang mempunyai beberapa keterbatasan. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh

b. Ukuran dan komposisi tubuh c. Jenis kelamin d. Keadaan kesehatan tubuh e. Keadaan fisiologis tubuh f. Kegiatan fisik g. Lingkungan h. Mutu makanan i. Gaya hidup (Proverawati dan Kusumawati, 2010). AKG yang sudah di tetapkan untuk orang indonesia melipuli energi,protein, vitamin A, vitamin D,vitamin E,vitamin K, vitamin C, tiamin, riboflavin, niacin, piridoksiin, vitamin B 12, asam folat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, iodium,mangan, selenium, dan fluor. Angka kecukupan energi tingkat nasional yang pada taraf konsumsi 2000 kkal dan taraf persediaan 2200 kkal. Sedangkan angka kecukupan protein tingkat nasional pada taraf konsumsi 52 gram dan taraf persediaan 57 gram. Untuk menghitung kecukupan energi individu dapat di lakukan dengan menghitung jumlah pengeluaran energi total selama sehari. Pengeluaran energi total terdiri dari pengeluaran energi saat istirahat (REE) atau Basal Metabolic Rate (BMR). BMR merupakan jumlah energi minimum yang di butuhkan untuk melakukan proses-proses tubuh vital, tanpa berlangsungnya kegiatan tersebut tidak mungkin terjadi kehidupan (Proverawati dan Kusumawati, 2010). 2.1.4 Klasifikasi Status Gizi 2.1.4.1 Gizi Baik Sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan zat cair dan makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh dan menghasilkan energi. Ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor

yang

menentukan

kebutuhan

penyerapan

dan

penggunaan

zat

gizi

tersebut (Sajogyo, dkk. 1994). Ciri-ciri gizi baik (Depkes RI, 2008) : Bertambah umur, bertambah berat, bertambah tinggi. Berdasarkan ukuran antropometri, pertumbuhan usia, berat dan tinggi anak yang sehat terkait dengan kecukupan asupan makronutrein, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium dan seng. Postur tubuh tegap dan otot padat. Pertumbuhan dan perkembangan rangka tubuh serta otot, dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrein, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium dan seng. Rambut Berkilau dan Kuat. Anak yang sehat mempunyai rambut berkilau dan kuat, terkait dengan kecukupan asupan makronutrien, seng, vitamin C, dan vitamin E. Kulit dan kuku bersih serta tidak pucat. Kulit lembab dan tidak bersisik, terkait dengan kecukupan asupan vitamin A, C, dan E. Kuku berkilau dan kemerahan dikaitkan dengan kecukupan asupan zat besi, vitamin C dan E, kalsium, magnesium, fosfor, dan seng. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Kejiwaan anak ditandai dengan sifatnya yang ceria, aktif berkomunikasi dan mudah berteman. Sikap ini terkait dengan kecukupan asupan baik makro dan mikronutrein. Wajah anak yang ceria dan kulit wajah yang lembut, terkait dengan kecukupan asupan vitamin C dan E. Mata anak yang jernih bersinar dan kemampuan melihat dengan baik, sangat terkait dengan kecukupan asupan vitamin A dan vitamin C. Bibir yang lembab dan segar, tergantung dengan kecukupan vitamin E dan zat besi. Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi anak yang utuh berkilat, gusi merah muda berkilat dan lidah bersih, tergantung pada kecukupan asupan niasin, asam folat, riboflavin dan vitamin B12. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Diharapkan dengan kecukupan asupan zat gizi dan serat dari makanan, BAB si kecil menjadi lancar dan nafsu makan baik.

Bergerak

aktif

dan

berbicara

lancar

sesuai

umur.

Motorik anak yang sehat, adalah yang dapat bergerak aktif, lincah bermain dan berbicara lancar sesuai usia. Ini dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrien, zat besi, seng, vitamin B dan yodium. Penuh perhatian dan bereaksi aktif. Seorang anak yang cerdas, mampu bersikap penuh perhatian, rasa ingin tahu, bereaksi aktif dan berprestasi. Semua terkait dengan kecukupan asupan makro dan mikronutrein terutama yodium, zat besi, seng, asam lemak omega-3 dan omega-6. Tidur yang nyenyak. Dengan berpedoman pada pola makan 4 sehat 5 sempurna, kebutuhan zat gizi dan serat anak akan tercukupi sehingga tidurnya nyenyak. 2.1.4.2 Gizi Buruk Gizi buruk dibedakan menjadi 3 macam, yaitu marasmus, kwashiorkor, dan dan gabungan dari keduanya yaitu marasmus kwashiorkor. a. Marasmus Menurut Depkes (2002), marasmus lebih cenderung kekurangan energi terlebih dahulu kemudian diikuti dengan kekurangan protein. Cirricirinya sebagai berikut: Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit. Wajah seperti orang tua. Cengeng, rewel. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit bahkan sampai tidak ada. Sering disertai diare kronik atau konstipasi (susah buang air besar), serta penyakit kronik. Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang.

b. Kwashiorkor

Menurut Depkes (2002), kwasiorkor merupakan penyakit akibat kekurangan protein sebagai penyusun utama sel dan terlibat dalam metabolism tubuh. Ciri-ciranya sebagai berikut: Oedem umumnya di seluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis). Wajah membulat dan sembab. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila dipertiksa pada posisi berdiri dan duduk, anak berbaring terus menerus. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatisAnak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia). Pembesaran hati. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas (crazy pavement dermatosis). Pandangan mata anak tampak sayu

c. Marasmus-Kwashiorkor Tanda-tanda marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari tandatanda yang ada pada marasmus dan kwashiorkor. Dalam menjaga kesehatan serta pertumbuhan yang baik kita harus mengonsumsi makanan dengan asupan gizi yang seimbang. Untuk mempertahankan agar gizi seimbang susunan hidangan sehari-hari harus terdiri atas berbagau ragam bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan proporsi yang sesuai. Dengan demikian akan dapat memenuhi kebutuhan gizi guna pemeliharaan dan perbaikan sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan (fisik) dan perkembangan (mental dan psikologis) secara optimal (Adiningsih, 2010).

Ukuran berat dan panjang tubuh dapat dijadikan sebagai indikasi balita Anda mengalami salah gizi atau tidak dalam kondisi gizi salah atau tidak. a. Gizi Lebih Seseorang yang dikatakan memperoleh gizi lebih disebabkan oleh konsumsi makanan yang melebihi dari kebutuhan, terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni. Kondisi seperti ini banyak dijumpai pada anak yang kegemukan (Adiningsih, 2010).

b. Gizi Kurang Seseorang yang kekurangan gizi disebabkan oleh konsumsi gizi yang tidak mencukupi kebutuhannya dalam waktu tertentu. Tubuh akan memecah cadangan makanan di dalam lapisan lemak yang berada di bawah lapisan kulit dan lapisan organ tubuh, yaitu usus dan jantung (Adiningsih, 2010) c. Gizi Buruk Bila kondisi kurang gizi berlangsung lama, hal ini akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pemecahan lemak yang berlangsung secara terus-menerus sehingga tubuh terlihat seperti tinggal kulit saja atau biasa disebut dengan istilah marasmus (Adiningsih, 2010) Selain itu, pemecahan lemak dan protein juga akan berlangsung terusmenerus sehingga menyebabkan lemak kulit dan cairan tubuh keluar dari sel tubuh yang ditandai dengan adanya oederma atau bengek di bagian perut (perut membesar). Keadaan seperti inilah yang biasa disebut kwashiorkor. Marasmus dan kwashiorkor ini biasanya disertai penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit percernaan, infeksi saluran pernapasan bagian atas, anemia, dan lain-lain (Adiningsih, 2010).

10

a. Penyebab Gizi Buruk Penyebab langsung Makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang penyakit, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan dan akhirnya dapat menderita kurang gizi (Elmina, 2009).

Penyebab tidak langsung Ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga (household food security) adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluargany dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan sebaikbaiknya secara fisik, mental dan sosial (Elmina, 2009). Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dan demikian juga sebaliknya (Elmina, 2009).

11

b. Dampak Gizi Buruk Kondisi gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi buruk ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah sekali terkena infeksi (Syamsianah, 2010). Secara garis besar, dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi (mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Jika fase akut tertangani dan namun tidak di follow up dengan baik akibatnya anak tidak dapat catch up dan mengejar ketinggalannya maka dalam jangka panjang kondisi ini berdampak buruk terhadap pertumbuhan maupun perkembangannya (Syamsianah, 2010). Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak, akibat kondisi stunting (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan perkembangan anak pun terganggu. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif,, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak (Syamsianah, 2010). 2.1.5. Indikator gizi seimbang 2.1.5.1 Indikator Kesehatan

12

Untuk mengetahui status gizi seseorang, maka diperlukan indikator derajat kesehatan yakni variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu (Kepmenkes, 2004). 2.1.5.2 Genetika Genetika adalah kromosom pembawa sifat keturunan. Faktor genetika sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keturunan tidak hanya mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan tetapi juga mengenai kecepatan untuk mencapai pertumbuhan. Hal ini juga menunjukkan adanya komponen genetika yang kuat dalam menentukan bentuk tubuh sehingga dengan demikian kita dapat mengetahui berapa banyak jumlah gizi yang diperlukan tubuh (Proverawati dan Kusumawati, 2010). 2.1.5.3 Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi. Masyarakat yang dimaksudkan ini lebih difokuskan kepada keluarga. (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Salah satu bidang kesehatan yang dapat berperan aktif dalam menangani kesehatan masyarakat adalah puskesmas. Dimana tugas pokok dari puskesmas adalah melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional Dinas Kesehatan di bidang pembinaan, pelayanan dan pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Selain memberikan informasi tentang kesehatan, petugas kesehatan pada puskesmas juga harus mampu menguasai tentang masalah kesehatan apa yang sebenarnya dialami masyarakat khususnya yang berhubungan dengan gizi. Kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Untuk mendapatkan status gizi yang baik pada anak maka harus dilakukan imunisasi sejak lahir dan dapat juga dilakukan penimbangan berat

13

badan anak setiap bulan serta dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dimana KMS yang sekarang digunakan di Indonesia telah berdasarkan standar baku rujukan WHO (Proverawati dan Kusumawati, 2010). Selain itu akses pelayanan kesehatan juga sangat penting. Aksesibilitas layanan dapat dilihat dari bagaimana upaya pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang murah, mudah, merata, dan terjangkau yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai serta jumlah petugas kesehatan yang sesuai. Masyarakat tidak hanya mendapatkan layanan kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal mereka, tetapi juga terdapat keadilan (tidak pandang bulu) dalam pemberian layanan kesehatan (Proverawati dan Kusumawati, 2010). 2.2 Puskesmas 2.2.1 Pengertian Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Puskesmas adalah UPTD kesehatan kab/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes, 2004). Depkes RI 1991 Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Kepmenkes, 2004). 2.2.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas 2.2.2.1 Tugas Puskesmas Melakukan sebagian tugas dinas dalam rangka penyiapan bahan perumusan kebijksanaan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian pelayanan teknis operasional dinas sesuai dengan lingkup dan wilayah kerjanya (Kepmenkes, 2004).

14

2.2.2.2 Fungsi Puskesmas a. Pusat Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan (Kepmenkes, 2004) b. Pusat Pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar masyarakat dan keluarga terutama pemuka masyarakat memiliki kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiaayaan, serta ikut mentapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan progam kesehatan (Kepmenkes, 2004) c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi : Pelayanan Kesehatan Perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yg bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap (Kepmenkes, 2004) Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yg bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai progam kesehatan masyarakat lainnya (Kepmenkes, 2004)

15

2.2.3

Tujuan Puskesmas Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

2.2.3.1 Tujuan umum menurut PERMENKES no.128/2004 adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni: Meningkatkan kesadaran hidup sehat Meningkatkan kemauan dan kemampuan hidup sehat (Ngaliyan, 2009).

2.2.3.2 Tujuan khusus Meningkatkan imunisasi dasar. Meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan. Meningkatkan status gizi masyarakat, balita dan ibu hamil melalui pelayanan gizi. Menurunkan angka kesakitan karena penyakit degeneratif pada kelompok usia lanjut. Meningkatkan mutu lingkungan melalui peningkatan sarana dan prasarana. Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular langsung. Meningkatkan masyarakat. Menurunkan Angka kematian bayi dan Anak serta kematian ibu Maternal. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada status kesehatan bayi melalui peleyanan

16

Meningkatkan pelayanan pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan melalui pelayanan diruang bersalin.
Meningkatkan pelayanan (BP, Umum, BP Gigi, KIA, Laborat,

R. Inap, R. Bersalin) dengan menggandeng semua pihak baik swasta ataupun penyelenggara asuransi kesehatan (Ngaliyan,
2009)

2.2.4

Program Kesehatan Puskesmas

2.2.4.1 KMS
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai rapor kesehatan dan gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI, 1996 ).

Fungsi KMS antara lain: Media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita . Sebagai media edukasi bagi orangtua balita. Sebagai saran komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi. Isi KMS antara lain: Grafik pertumbuhan anak usia 0-24 bulan. Umur anak. Bilan penimbangan. Catatan berat badan anak. Kenaikan berat badan minimum. Status naik atau tidak naik. Catatan pemberian ASI kesklusif. Penjelasan istilah naik atau tidak naik. Catatan pemberian kapsul vitamin A. Catatan imunisasi.

17

2.2.4.2 PMT-AS PMT-AS (Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah) adalah program perbaikan asupan gizi peserta didik di jenjang TK (taman kanak-kanak)/SD (sekolah dasar) dan RA (raudhatul atfal)/MI (madrasah ibtidayah) bagi daerahdaerah tertinggal. Selain meningkatkan gizi, program ini pun berguna untuk mengenalkan anak-anak dengan makanan yang sehat dan bergizi ( Depkes RI, 1996 ). 2.2.4.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah : a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya (Nasir, 2008) b. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK (Nasir, 2008) c. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki (Nasir, 2008) d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita (Nasir, 2008) e. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,

18

anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya (Nasir, 2008) 2.2.4.4 Pelayanan Penanggulangan Kesehatan Masyarakat Pelayanan penanggulangan kesehatan masyarakat ini meliputi kegiatan upaya upaya antara lain menurut Dinas Sosial Daerah Istimewa Aceh tahun 1995: a. Upaya Promotif Menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan adalah : Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar. Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial. Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seper merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan mental. masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagaipenunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain

19

Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

b. Upaya preventif Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan : Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia lanjut Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa c. Upaya kuratif Upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan: Pelayanan kesehatan dasar Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan d. Upaya rehabilitatif Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Yang dapat berupa kegiatan: Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.

20

Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas di dalam maupun diluar rumah. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita. Perawatan fisio terapi.

Kegiatan kegiatan yang dilakukan diantaranya: Pemeriksaan status mental Pemeriksaan status gizi Pengukuran tekanan darah Pemeriksaan Hb Pemeriksaan adanya gula dalam urine Pemeriksaan protein dalam urine Penyuluhan Kunjungan rumah ( public helath nursing ) Kegiatan olahraga: senam, gerak jalan ( Makmun,1998 ).

Anda mungkin juga menyukai