Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi Perilaku Menyimpang Pasien Anak

I Putu Arya Ramadhan on 1 June 2012 2 Comments

Tipe tipe perilaku anak dikategorikan menjadi 4 : I. The Emotionally Compromised Child Anak-anak yang termasuk dalam kategori ini mengalami kesulitan dalam menghadapi

prosedur dental maupun tantangan-tantangan lain dalam kehidupan, yang disebabkan oleh kelainan psikologis dan emosional yang dideritanya. Temuan paling sering pada pasien ini adalah anxiety atau rasa cemas yang berlebihan.

Rasa cemas yang meledak-meledak / perilaku histeris bisa timbul ketika rasa cemas yang disebabkan oleh kelainan emosional bercampur aduk dengan rasa cemas yang berhubungan dengan dental appointment. Masalah utama dari perilaku ini adalah bahwa pasien umumnya tidak didiagnosa dengan pasti mengenai kelainan emosionalnya, bahkan orangtuanya pun kadang tidak menyadari bahwa anaknya mengalami kelainan. Hal ini disebabkan oleh karena orangtuanya telah terbiasa dengan kondisi perilaku anak mereka , sehingga kelainan tersebut tidak tampak bagi mereka dan mereka memiliki penjelasan rasional sendiri mengenai perilaku anaknya. Padahal sebenarnya kelainan emosional ini dapat didiagnosa dan ditangani dengan efektif jika dilakukan sesegera mungkin. Kelainan emosional ini bisa dialami oleh anak anak broken home dan situasi rumah

tangga yang tidak mengenakkan, dari keluarga miskin, dan terutama pada anak anak yang mengalami abuse dan ditelantarkan (jika dicurigai adanya hal ini, dokter gigi wajib melaporkannya ke pihak yang berwenang). II. The Shy, Introverted Child Anak anak yang takut akan tantangan tantangan sosial, termasuk pergi ke dokter

gigi. Teknik penanganan yang tepat adalah dengan menghilangkan rasa malu anak (yang merupakan suatu penghalang) dengan menawarkan persahabatan. Pengalaman ke dokter gigi akan membuat si anak yang introvert mengalami stress,

karena dalam kunjungannya ke dokter gigi dibutuhkan suatu hubungan dan komunikasi antara dokter gigi dengan si pasien anak. Hal ini dapat menyebabkan si anak memperlihatkan perilaku menghindar dengan cara menangis/merintih. Sangat jarang memperlihatkan perilaku menghindar agresif seperti tantrum (rasa marah dan frustrasi yang meledak-ledak). Dokter gigi sudah lama menyadari bahwa anak-anak pemalu akan membutuhkan waktu lama untuk memperlihatkan perilaku yang diharapkan pada dental appointment, sehingga dibutuhkan ekstra kesabaran dalam membangun hubungan, kepercayaan, dan komunikasi.

Beragam pendekatan untuk berbicara dengan anak-anak pada tingkat pengertian

mereka sendiri, menggunakan pujian dan teknik tell-show-do, memungkinkan clinician untuk memasuki tembok kepribadian mereka sampai akhirnya mau membuka diri. Ketika hal ini terjadi, maka pasien ini akan menjadi pasien yang sangat

menyenangkan dan kunjungan ke dokter gigi berubah menjadi suatu event social dimana ada orang yang mengetahui nama mereka, tertarik pada mereka, dan mau serta siap mengobrol dengan mereka. III. The Frightened Child Rasa ketakutan ini berkisar dari ketakutannya pada jarum sampai rasa takut akan

sesuatu yang mengancam tubuhnya sampai perasaan takut yang umum akan sesuatu yang tidak diketahui/dikenalnya.

Beberapa penyebab umum rasa takut : Si anak secara intelektual tidak mampu meredam rasa takutnya meskipun telah diberikan pengetahuan oleh orangtuanya. Hal ini bisa disebabkan oleh usia kronologisnya (umumnya umur 36-40 bulan anak normal mampu secara intelektual meredam rasa takutnya setelah diberikan informasi mengenai apa yang akan terjadi) atau dikarenakan perkembangan psikologis yang lamban (mental retardasi)

Si anak menunjukkan rasa takut dengan reaksi berlebihan dikarenakan adanya hal dalam kehidupan yang membuat emosinya tidak stabil. Kategori ini meliputi anakanak yang berasal dari rumahtangga yang kacau karena perselisihan orangtua/perceraian, abused children, anak yang sedang meratapi kematian kerabat atau temannya, dan anak yang mengalami masalah kesehatan. Namun biasanya si anak akan mampu membatasi diri dan emosinya akan kembali stabil seperti semula

Anak yang telah ditanamkan sejumlah rasa takut (mungkin melalui cerita2) oleh teman-temannya, saudaranya, atau orangtuanya disebut acquired fears. Anak yang sebelumnya telah mengalami pengalaman tidak mengenakkan di dental office atau rumah sakit disebut sebagai learned fears. Anak mengalami kelainan emosional (emotional ill) Jika si anak sangat ketakutan terhadap dokter gigi dan tidak memungkinkan

dibangunnya perilaku yang positif, orangtua dan dokter gigi wajib melakukan apa saja untuk menghindari semakin parahnya kecemasan si anak dengan cara menunda prosedur dental, menggunakan drugs atau anastesi sebelum melakukan prosedur dental. Jika dicurigai adanya kelainan emosional pada si anak (tidak ada yang bisa

menjelaskan mengapa anak tsb sangat ketakutan), dokter gigi dituntut untuk bertindak professional dengan merujuk si pasien ke psikiatris, psikolog, atau counselor lainnya. IV. The Child Who Is Averse To Authority

Tipe anak anak yang tidak menyukai otoritas. Ketidaksukaan mereka didasari oleh

rasa ingin menentang arahan orang dewasa. Anak anak ini dicap sebagaispoiled, incorrigible, overindulged, dan defiant. Tipe anak seperti ini mudah dikenali sekalipun oleh orang awam. Perilaku ini tampak ketika di dental office; dimana sangat terlihat bahwa seorang dokter gigi merupakan figure berkuasa dalam ruangan prakteknya sendiri sehingga menjadikannya kandidat utama dalam memicu munculnya sikap buruk anak anak ini. Dr. Alfred Adler dan Dr. Rudolph Dreikurs menunjukkan bahwa ada 4 misdirected goal dalam kehidupan si anak yang kemudian mempengaruhi kepribadian yang menonjol pada si anak. Anak yang mengadopsi gaya perilaku tertentu terhadap orangtuanya akan terbawa-bawa ketika menghadapi figure berkuasa lainnya, seperti dokter gigi. : 1. Undue attention menuntut perhatian yang lebih dari sewajarnya untuk memenuhi kebutuhan si anak agar merasa aman dan superior. Karakteristik perilaku : Menyebalkan, mengesalkan, memperdaya, perusak 2. Struggle for power melakukan power struggle dengan orangtuanya untuk mendapat perhatian.Karakteristik : berdebat dan mengkontradiksi, melakukan hal berkebalikan dari yang diinstruksikan, membuat orang kesal, temperamen tinggi/amarah meledakledak 3. Retaliation and revenge : untuk merasa superior, si anak akan ingin membalas orangtuanya jika tidak mendapatkan perhatian yang diharapkannya.Karakteristik : menunjukkan temperamen yang meledak-ledak (violent), mengatakan hal-hal yang menyakitkan, membalas dendam agar impas. 4. Inadequacy : meyakinkan dirinya bahwa dirinya istimewa dalam cara yang begitu buruk, sehingga dirinya bisa merasa superior. Meyakini bahwa dirinya tidak mampu menjadi dewasa, tidak mampu berprestasi, dan berencana untuk tidak melakukan apapun untuk dirinya, orangtua, dan seisi dunia. Karakteristik : mudah menyerah tidak mencoba berpartisipasi sama sekali, menunjukkan seolah-olah dirinya tidak bisa apa-apa, Keprihatinan dokter gigi dalam merawat anak-anak masa kini adalah adanya fenomena learned helplessness. Karena orangtua masa kini sangat sibuk, si anak menemukan bahwa strategi ketidakberdayaan ini merupakan cara ampuh untuk memperoleh perhatian orangtuanya (helpless child-parents come to rescue) perilaku macam ini salah satunya ditemukan ketika anak sedang berada di dokter gigi. Perilaku seperti ini seringkali menjerumuskan anak-anak ke banyak masalah di sekolah maupun lingkungan social. Untungnya, sebagian besar anak dapat menghilangkan perilaku ini seiring waktu. Summary Berdasarkan frekuensinya, perilaku pasien yang dihadapi dokter gigi : Berikut keempat misdirected goal dan maknanya bagi anak anak yang bersangkutan

Emotionally disturbed < introverted chidren < frightened children < do not comply with authoritive adults umumnya banyak anak yang memiliki perilaku gabungan dari keempatnya Clinician yang telah berpengalaman mengemukakan bahwa perilaku menyimpang ini hanya sedikit berhubungan dengan dentistry. Mereka menyadari bahwa anak-anak ini tidak mampu menghadapi jenis tekanan apapun dan tidak menyukai bekerjasama dengan orang dewasa yang menuntut mereka melakukan sesuatu. Sesungguhnya bukanlah dentistry yang mereka takuti, melainkan otoritas. Anak yang benar-benar takut terhadap dentistry penanganannya harus melibatkan kerjasama orangtua dan dokter gigi. Intinya, pengalaman dental merupakan sebuah arena kompleks social/psikologi untuk ketiga partisipan utama, yakni : tim dental, orangtua/wali, dan si anak.

Anda mungkin juga menyukai