PENDAHULUAN
Elemen adalah unsur, materi atau bahan dasar (fundamental kinds of matter) yangmenyusun seluruh benda di alam semesta (Menahan, 2001). Elemen ini tersusun dari atom-atom yang berasal dari elemen yang sama secara kimiawi dan memiliki sifat yang identik.Hingga saat ini telah dikenal sekitar 116 elemen atau unsur. Secara garis besar, elemen dapat dibagi menjadi 2, yaitu : elemen organik daninorganik. Miessler dan Tarr (2000) menyatakan bahwa elemen organik berkaitan dengansenyawa hidrokarbon dan derivatnya yang sebagian besar menjadi elemen utama yangmenyusun makhluk hidup. Asam amino, protein dan lemak yang menyusun organism hidupumumnya tersusun dari elemen organik (unsur atau senyawa yang terdiri dari C , H dan O). Sedangkan elemen inorganik mencakup keseluruhan elemen yang terdapat dalam tabel periodik unsur termasuk Hidrogen dan Karbon itu sendiri. Riley dan Chester (1971), menyatakan bahwa unsur N, P dan Si adalah merupakan mikro elemen esensial terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut. Ketiga elemen tersebut berperan penting dalam metabolisme, proses fisiologis dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Namun, menurut Manahan (2001),elemen, bahan atau materi organik adalah semua senyawa yang mengandung karbontermasuk substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol), minyak bumi, gasalam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik. Sedangkan elemen atau bahaninorganik adalah semua substansi yang tidak mengandung Karbon seperti logam, batuan,garam, air, pasir dan beton. Elemen inorganik ada yang bersifat terlarut (dissolved) dan adayang padat (solid atau insoluble).
ISI
Millero dan Sohn (1992) menyatakan bahwa perairan laut memiliki konsentrasi senyawa organik yang sangat rendah dibandingkan konsentrasi senyawa inorganik. Senyawa organik terdiri dari kelompok hewan yang telah hidup dan telah mati. Serasah atau detritus hasil degradasi bahan organik dan pengaruh antropogenik. Berdasarkan komposisi kimianya, bahan organik terdiri atas karbohidrat, protein, asam amino, lemak, hidrokarbon, asam karbosiklik, humus, dan kerogen serta komponen-komponen mikro lainnya seperti steroid, aldehid, alkohol dan komponen organo-sulfur. Riley dan Chester (1971), menyatakan bahwa unsur N, P dan Si adalah merupakan elemen esensial terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut. Ketiga elemen tersebut berperan penting dalam metabolisme, proses fisiologis dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Nitrogen penting untuk membangun jaringan tubuh. Sedangkan fosfor dan silica penting dalam pembentukan cangkang terutama bagi kelompok Diatom, Coccolithofor dan Pteropod. Besi, Mangan, Tembaga, Seng, Kobal dan Molybdenum adalah mikro elemen esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagaimana ditemukan pada enzim. Meskipun memiliki konsentrasi yang sedikit dalam air laut, namun mikro elemen esensial tidak pernah menjadi faktor pembatas yang mengontrol populasi biota laut. Kadang-kadang konsentrasi mikro elemen esensial ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam air laut, namun hal tersebut belum menjamin pemenuhan kebutuhan mikro elemen esensial bagi organisme laut. Hal ini karena mikro elemen esensial tersebut berada dalam bentuk yang tidak dapat diabsorbsi langsung oleh biota laut yang ada.
Millero (2006) membagi elemen (organik dan inorganik) menjadi 3 kelompok berdasarkan ratarata konsentrasinya di alam, yaitu: 1. Elemen makro (Mayor) 2. 3.
(0,05 750 mM) (Na, Cl, Mg) Elemen mikro (Minor) (0,05 50 M) (P dan N) Elemen trace atau kelumit (0,05 -50 nM) (Pb, Hg, Cd)
1. Elemen Makro (Mayor) Elemen mayor disuatu perairan jumlahnya sangat banyak (unlimited elements) dimana untuk rata rata RT > 106 year. Elemen mayor bersifat sangat konservatif atau keberadaanya dilaut sangat tetap, dan konsentrasi tidak berkurang ataupun tidak bertambah dengan semakin dalam suatu perairain. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gasgas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut.untuk elemen mayor sendiri tergolong dalam beberapa logam logam, yang termasuk dalam elemen mayor adalah : B, Br, Cl, Cs, F, K, Lr, Mg, Mo, Na, Rb, S, Ti, dan U. Mengingat tingginya kandungan kation, air laut dapat digunakan sebagai salah satu sumber hara bagi tanaman termasuk tanaman yang sensitive terhadap kadar garam yang tinggi.Untuk elemen mayor atau mayor elemen yang mempunyai ukuran > 1 ppm yaitu diantaranya adalah : Na, Mg, Ca, K, Cl, SO4 dan HCO3. Sedangkan untuk keberadaan perbandingan elemen mayor yang terdapat pada suatu perairan sangat stabil, kestabilan dari ratio mayor elemen disuatu perairan tergantung pada kondisi disuatu perairan.berikut ini merupakan contoh dari karakteristik komposisi ratrio dengan antar elemen : SO4 : Cl ; HCO3 : Cl ; K : Na Berkaitan dengan tingginya salinitas air laut, tantangan yang dihadapi adalah upaya untuk memanfaatkan unsur-unsur hara tersebut dengan menurunkan kandungan Na dan ClMg : Na dan Ca : Mg dimana kondisi suatu perairan disungai lebih tinggi dibandingkan dilaut. Selain proses di atas, proses-proses biogeokimia seperti reaksi redoks, kompleksasi solidifikasi, mineralisasi-remineralisasi dan faktor lingkungan seperti pH, suhu, salinitas, arus dan aktifitas hidrothermal juga berperan penting terhadap distribusi mikro elemen di laut. Kelompok Elemen Kimia Utama (major elements) Karena elemen kimia ini terdapat dilaut dalam kadar yang besar, yaitu terdapat dalam jumlah lebih dari 31,67 miligram elemen dalam 1 liter air laut. Atau 21,5 g/l. Nama-nama elemen Kimia Utama Yaitu: Khlor (Cl) 89.500.000 ton/mil air laut Natrium (Na) 49.500.000 ton/mil air laut Magnesium (Mg) 6.400.000 ton/mil air laut Belerang (S) 4.200.000 ton/mil air laut Kalsium (Ca) 1.900.000 ton/mil air laut Kalium (Br) 1.800.000 ton/mil air laut Brom (Br) 306.000 ton/mil air laut Karbon (C1) 32.000 ton/mil air laut
2. Elemen Mikro (Minor) Minor elemen atau elemen mayor memiliki suatu ukuran 1 ppb 4 ppm (< 1ppm) yang termasuk dalam elemen minor disuatu lautan yaitu diantaranya : O, H, Cl, Na, Mg, C, Ca, K, Dr, C, Sr, B, dan F. dari elemen elemen tersebut terdapat ada 14 unsur yang termasuk dalam elemen minor.elemen minor memiliki pola distribusi yang luas atau dengan kata lain pola penyebaran yang luas dari suatu perairan tropis sampai sub tropis.dari 14 jenis ion pada air laut.Dari jumlah itu, konsentrasi klorida dan natrium terdapat dalam jumlah yang sangattinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut. . Di samping itu unsure Na juga dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara untuk jenis-jenis tanaman tertentu yang membutuhkannya baik sebagai unsure tambahan/menguntungkan maupun sebagai pengganti sebagian dari kebutuhan akan unsur K. Kelompok ini terdapat dalam kadar yang lebih kecil dibandingkan dengankelompok elemen kimia utama, sehingga elemen-elemen ini dimasukan kedalamkelompok elemen kimia tambahan atau minor elemen. Kadarnya di laut mempunyainilai kisaran antara 5,52 mg sampai 0,079 mg yang terdapat dalam satu liter air laut.Karena kadarnya relatip lebih kecil, maka kelompok jenis elemen ini mudah lenyapdari perairan laut oleh sebab itu prose absorbsi atau penyerapan oleh partikel-partikelmaupun organisme organisme yang ada dan hidup dilaut. Berbeda dengan kelompok elemen kimia utama , maka untuk menentukan kadar dari kelompok elemen kimiatambahan yang ada dilaut diperlukan contoh yang banyak. Yang tergolong ke dalam minor elemen antara lain : Boron (B), Silikon (Si), Flour (F), Argon (Ar), Nitrogen(N), Liitium (Li), Rubidium (Rb), dan Fosfor (P). Kelompok Elemen Kimia Tambahan (minor elements) Kelompok ini terdapat dalam kadar yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok elemen kimia utama, sehingga elemen-elemen ini dimasukan kedalam kelompok elemen kimia tambahan atau minor elemen. Nama-nama elemen Tambahan Utama Yaitu: Boron (B) 23.000 ton/mil air laut Silikon (Si) 14.000 ton/mil air laut Flour (F) 6.100 ton/mil air laut Argon (Ar) 2.800 ton/mil air laut Nitrogen (N) 2.400 ton/mil air laut Liitium (Li) 800 ton/mil air laut Rubidium (Rb) 570 ton/mil air laut Fosfor (P) 330 ton/mil air laut 3. Trace Element Trace Elemen merupakan unsure unsure atau senyawa senyawa kimia dilaut yang kelarutanya kurang dari 1 ppb atau dapat diartikan sang kecil.tetapi untuk keberadaanya sang diperlukan dalam pengaturan keseimbangan kelarutan elemen elemen dilaut dan proses biologi organism bahari. rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadap elemen yang berkaitan dengan
khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapa elemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Logam-logam Cu, Mn, Fe dan Zn jika terjadi defisiensi menyebabkan penyakit baik pada hewan maupun tumbuhan. Cu, Cr, Se dan I untuk hewan dan B dan Mo untuk tanaman. Hampir semua mikronutrien memiliki peran sebagai penyusun enzym dan protein-protein penting lain yang terlibat dalam pathway/siklus metabolik. Ketiadaan mikronutrien akan menyebabkan disfungsi metabolik yang mengakibatkan penyakit. Elemen-elemen yang tidak mempunyai kepentingan secara biokimiawi disebut "non essensial element". Contohnya non -essential element adalah As, Cd, Hg, Pb, Po, Sb, Ti dan U yang menyebabkan toksisitas pada konsentrasi yang melebihi ambang batas tetapi tidak menyebabkan "deficiency disorder" pada konsentrasi rendah seperti mikronutrien. Kelompok Elemen Kimia Jarang (Trace Element) Di laut terdapat pula kelompok elemen yang disebut kelompok elemen jarang atau Trace Element. Elemen ini terdapat di laut dalam kadar yang sanagt kecil sekali dibandingkan dengan kadar-kadar dari elemen- elemen dari kelompok yang lain. Kadar elemen jarang yang terdapat di laut mempunyai nilai kisaran antara 67.18g sampai 0,024 g dalam 1 liter air laut. Nama-nama elemen Jarang Utama Yaitu: Yod (I) 280 ton/mil air laut Barium (Ba) 140 ton/mil air laut Besi (Fe) 47 ton/mil air laut Molibden(Mo) 47 ton/mil air laut Seng (Zn) 47 ton/mil air laut Selen (Se) 29 ton/mil air laut Argon (Ar) 14 ton/mil air laut Tembaga (Cu) 14 ton/mil air laut Timah (Sn) 14 ton/mil air laut Uranium (U) 14 ton/mil air laut Mangan (Mn) 9 ton/mil air laut Nikel (Ni) 9 ton/mil air laut Vanadium (V) 9 ton/mil air laut Factor factor yang mempengaruhi atau mengurangi kelarutan trace elemen dari suatu perairan: 1. Melalui proses pengendapan sedimen, mengikat senyawa senyawa terlarut disuatu perairan. 2. Diserap atau dimanfaatkan oleh oraganisme bahari terlepas ke atmosfir melalui permukaan perairan. 3. Trace elemen terlarut juga terkait denga gas dalam senyawa didalam jaringan tubuh suatu organism bahari, yang mempunyai konsentarasi yang sangat tinggi (berikatan dengan ion oksigen dan hydrogen).
Riley dan Chester (1971), menyatakan bahwa unsur N, P dan Si adalah merupakanelemen esensial terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut. Ketiga elemen tersebut berperan penting dalam metabolisme, proses fisiologis dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Nitrogen
penting untuk membangun jaringan tubuh. Sedangkan fosfor dan silicapenting dalam pembentukan cangkang terutama bagi kelompok Diatom, Coccolithofor danPteropod. Besi, Mangan, Tembaga, Seng, Kobal dan Molybdenum adalah mikro elemenesensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagaimana ditemukan pada enzim.Meskipun memiliki konsentrasi yang sedikit dalam air laut, namun mikro elemen esensialtidak pernah menjadi faktor pembatas yang mengontrol populasi biota laut. Kadang-kadangkonsentrasi mikro elemen esensial ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam air laut,namun hal tersebut belum menjamin pemenuhan kebutuhan mikro elemen esensial bagiorganisme laut. Hal ini karena mikro elemen esensial tersebut berada dalam bentuk yang tidak dapat diabsorbsi langsung oleh biota laut yang ada. 4. Bahan Organik Terlarut Berdasarkan strukturnya senyawa organik dapat dibagi menjadi : 1. materi organik terlarut (DOM) yang berukuran < 0,45 m termasuk koloid 2. materi organik partikulat (POM) yang terdiri atas materi berbentuk partikulat (> 2,0m) dan materi tersuspensi (0,45 2,0 m)
Bahan Dasar Bahan Organik Karbon merupakan bahan dasar dari semua bahan organik. Selain itu, karbon ditemukan sebagai gas karbondioksida dan sebagai karbonat. Karbon juga terdapat pada bahan bakar fosil (batu bara, gas alam, dan minyak). Tumbuhan hijau menangkap karbondioksida (CO2) dan mereduksinya menjadi senyawa organik: Jumlah oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolok ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan. Kriteria ini dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi maupun melalui proses kimiawi. Walaupun ada yang menterjemahkan BOD sebagai Biological Oxygen Demand akan tetapi sebenarnya proses yang terjadi bukan hanya proses biologi tapi juga proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya bahan organik. Bila air memiliki BOD rendah secara umum berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah limbah yang degradable . Daur Bahan Organik Daur bahan organik atau disingkat daur organik di laut sama dengan daur organik di lingkungan air tawar dan di darat. Karbon (C) bersama-sama dengan unsur hara lainnya seperti posfor (P) dan nitrogen (N) melalui proses fotosintesis menghasilkan jaringan tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan. Keduanya akan menghasilkan zat organik dan jika mereka mati dan membusuk maka akan dihasilkan bahan mentah untuk memulai daur bahan organik lagi (Romimohtarto dan Juwana, 2001). Unsur hara nitrogen (N) tidak mempunyai hubungan tetap dengan unsurk hara posfor (P), tetapi bersama-sama dengan karbon (C), N dan P, merupakan unsur-unsur utama dalam produksi zat organik. Walaupun hara C terdapat dalam jumlah yang banyak, tetapi kedua unsur hara N dan P menjadi faktor pembatas dalam daur bahan organik di laut.
Sumber Bahan organik Aloton ( eksternal) 1. Sungai Bahan organik terlarut dari daratan diangkut ke laut melalui angin dan sungai. Bahan organik terlarut yang berasal dari air sungai, bisa mencapai 20 mgC/l, terutama berasal dari
pelepasan humic material dan hasil penguraian dari buah buahan yang jatuh di tanah. Penambahan bahan organik secara perantara alami dalam bentuk sewage (kotoran) dan buangan industri. Sebagian besar sudah siap dioksidasi dan segera membusuk karena bakteri dalam air laut. Namun dalam batasan badan air, seperti estuarin, kebutuhan oksigen secara biologi terpenuhi dikarenakan kondisi anoksik tersedia. Berupa hasil dekomposisi tanaman, penggelontoran substansi humus, masukan antropogenik. Sekitar 40 -80% DOC (Substansi Humus, berupa Asam Fulvic) Bahan Organik Karbon Terlarut (DOC) Mencapai ~ 20 mg/l, Bahan Organik Karbon Partikulat Berkisar ~ 1 -~ 2,5 mg/l 2. Atmosfer Terdiri POM (POC) & Vapourphase Organic Matter/VOM (VOC) POC : Viable : Bakteri, Pollen, Algae,yeast, Moulds, Mycoplasma, Virus, Protozoa, & Nematoda Non Viable : Kelompok Senyawa Lipid VOM Gas Methane (Senyawa Hidrokarbon) 3. Sedimen Sangat Beragam : Hidrokarbon, As Lemak, As-As Amino, Peptida, Karbohidrat, Polimer Alami, Kerogen & Materi Humus Bahan Organik yang Terendapkan di Sedimen: Terlarut : Makromolekul biogenik (Protein, Karbohidrat & Lemak) Tidak Terlarut : Humic, Fulvic, Humin. Autoton (Internal) 1. Produktivitas Primer Fitoplankton sumber utama penghasil bahan organic melalui proses fotosintesis Menghasilkan karbon, karbohidrat yang dapat dikonversi menjadi protein, lipid, dan senyawa lainnya melalui proses metabolisme dan penambahan beberapa substansi lainnya 2. Aktivitas Biologi Makro dan Mikro Organisme Ekresi ekstraseluler alga, Hasil metabolisme alga terutama fitoplankton. Hasil fotosintesis alga akan melepaskan sejumlah bahan ke dalam badan perairan. Produksi ini penting sebagai sumber energi untuk organisme laut lainnya dan juga berperan dalam kontrol ekologi. Asam amino dan karbohidrat merupakan bahan yang dikeluarkan secara dominan oleh spesies khusus seperti Olisthodiscus sp (Hellebust, 1965 dalam Riley dan Chester 1971). Ekresi hewan laut, Eksresi zooplanton dan binatang laut lainnya.Eksresi zooplankton dan binatang laut lainnya menjadi sumber penting bahan organik terlarut di laut. Bahan-Bahan yang dikenal secara prinsip adalah Nitrogenous seperti urea, purines (allantoin dan asam uric), trimethyl amine oxide dan asam amin, trimethyl amine oxide dan asam amino (glycine, taurine dan alanine). Pengelompokkan Bahan Organik di Laut BAHAN ORGANIK TERLARUT DALAM AIR LAUT. Bahan organik terlarut yang berukuran < 0.5 m.
Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak terlarut. Hanya berkisar 1/5 bahan organik tidak terlarut terdiri dari sel hidup. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan Bahan organik karbon berukuran 0,3 3 mgC/ l pada perairan pantai, ditemukan sebagai hasil peningkatan aktivitas fitoplankton dan polusi dari daratan. BAHAN ORGANIK TIDAK TERLARUT DALAM AIR LAUT Bahan organik tidak terlarut dalam air laut berukuran lebih besar dari 0,5 m. Pada lapisan permukaan air laut material organik tak terlarut ini berupa detritus dan fitoplankton. Pada zona eufotik konsentrasinya lebih tinggi dari lapoisan di bawahnya. Bahan organik tak terlarut ini berfungsi menyediakan makanan untuk organisme pada beberapa tingkatan tropik. Sumber Bahan Organik Tidak Terlarut dalam Air Laut Di bawah air sungai (4,2 109 gC/ l) berukuran lebih kecil dari rata-rata produksi primer di laut ( 4 1016 gC/ l). Sebagian besar particulate organic matter dilaut dihasilkan oleh beberapa organisme penghasil utama seperti fitoplankton, makroalga dan bakteri kemoautotrofik. Produksi utama ini dihasilkan oleh fotoautotrofik nanoplankton (berdiameter 2,0 20 m). Sekitar 10 % dihasilkan dari tanaman dalam bentuk senyawa, berat molekulnya ringan seperti asam amino, asam trikarboksilik. Hasil ini dengan cepat dikonsumsi oleh bakteri. Hasil agregasi dan pengendapan dissolved organic matter dari laut. Pada subsurface dalam waktu tertentu butir-butir fecal zooplankton merupakan komponen yang terbesar dari bahan organik tak terlarut. Perbedaan Secara Ekologi dan Sifat Bahan Organik Partikulat. Daerah eufotik. Bahan organik partikulat di daerah eufotik terdiri dari fitoplankton dan bakteri bersama dengan detritus. Pertumbuhan lebih baik diperoleh dengan percampuran dari dua atau lebih spesies dibandingkan satu spesies. Pada kondisi biasa, diatom mungkin dapat digunakan sebagai makanan pokok kopepoda (Beklemistur, 1954 dalam Riley dan Chester, 1971), tetapi cocolithophores dan dinoflagellata juga dapat digunakan (Marshall dan Orr, 1952 dalam Riley dan Chester, 1975).
Daerah Perairan Dalam. Meskipun banyak detritus di daerah eufotik berukuran relatif besar karena diuraikan oleh bakteri sehingga sangat sedikit yang mencapai kedalaman 200 300 meter (Fox, 1950 dalam Riley dan Chester, 1971). Sebagian besar dikonsumsi oleh filter feeder perairan dalam yang memiliki nilai gizi (Harvey, 1955 dalam Riley dan Chester, 1971) dan tenggelam sampai dasar lautan bergabung menjadi sedimen yang rata-rata mengandung Ca 0,3% organik karbon. Oleh sebab itu perlu mencari alternatif sumber makanan bagi binatang laut tersebut. Sumber makanan kemungkinan dipenuhi oleh marine aggregates yang kaya protein dan nutrisi.
Peranan Bahan Organik dalam Ekologi Laut Adapun peranan bahan organik di dalam ekologi laut adalah sebagai berikut : Sumber energi (makanan) Sumber bahan keperluan bakteri, tumbuhan maupun hewan
Sumber vitamin memiliki peranan penting dalam mengatur kehidupan fitoplankton di laut. Mengontrol Proses-Proses Geokimia, Memberi Pengaruh Transpor & Degradasi Polutan, serta berperan dalam Reaksi-Reaksi Disolusi, Prespitasi Mineral Jumlah bahan organik terlarut dalam air laut biasanya melebihi rata-rata bahan organik tidak terlarut. Semua bahan organik ini dihasilkan oleh organisme hidup melalui proses metabolisme dan hasil pembusukan. Ekresi dari mikroorganisme seperti protozoa merupakan sumber yang penting dari bahan organik karbon. Proses pelepasan nitrogen dan fospor dari organisme mati dalam air laut terjadi dengan cepat. Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung pada keseimbangan antara rata-rata organik karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan, eksresi dan rata-rata hasil penguraian atau pemanfaatannya. 1. Sumber Berdasarkan asalnya, sumber elemen mikro yang masuk ke laut secara garisbesar dapat dibagi menjadi 2 : b. Allotochnous (external sources) : Aktifitas gunung berapi (erupsi) Pelapukan batuan Gurun Pasir Aktifitas Manusia (antropogenik) c. Autotochnous (internal sources) : Aktifitas gunung berapi bawah laut (Submarine Eruption) Pergeseran kerak bumi d. Aktifitas BiologiMekanisme transport elemen yang bersumber dari daratan dapat dibagi 3 Melalui sungai (fluvial transport) Melalui udara (atmospheric transport) dan angin (Aeolian transport) Melalui pencairan es (glacial transport)Elemen yang masuk ke laut akan mengalami proses-proses : Fisika : advection, mixing, adsorption, deposition Kimia : redox, hydrolysis, complexation, solidification, dissolution Biologi : absorption, decomposition 2. Distribusi Chester (1990) menyatakan bahwa ada tiga proses yang berperan dalamdistribusi elemen di laut : Saturasi dan presipitasi (Ca, Sr, Ba) Adsorbdi oleh partikel tersuspensi (Mn, Zn, Cd, Pb) Absorbsi oleh biologi (Co, Mo, Ni, Zn).
Selain proses diatas, proses-proses biogeokimia seperti reaksi redoks,kompleksasi solidifikasi, mineralisasi-remineralisasi dan faktor lingkungan sepertipH, suhu, salinitas, arus dan aktifitas hidrothermal juga berperan penting terhadapdistribusi mikro elemen di laut. 3. Tipe Distribusi Elemen. Elemen mikro memiliki konsentrasi yang sangat rendah di laut karenaelemen mikro memiliki sifat yang sangat reaktif sehingga dengan cepat akansegera berikatan dengan senyawa kimia yang lain saat mencapai laut danmengendap di dasar perairan dalam bentuk sedimen. Selain itu, ada pula elemenmikro yang memang memiliki konsentrasi sangat kecil dari sumbernya. Misalnya:batuan kristal dan gas yang berasal dari dalam perut bumi. Profil distribusi elemen mikro dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: 1. Conservative Profile: rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadapelemen yang berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapaelemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. 2. Nutrient Type Profile: penurunan konsentrasi elemen di permukaanperairan dan pengayaan di kedalaman perairan. Senyawa dipindahkan dari bagian ataspermukaan oleh plankton atau senyawa partikulat yang dihasilkan oleh produsen melaluiaktifitas biologi. Di perairan yang dalam senyawa partikulat akan mengalamiregenerasi melalui proses oksidasi oleh bakteri. 3. Surface enrichment and depletion at depth: Elemen yang termasuk kelompok ini mudah bereaksi dan secara cepat berpindah dari air laut karenaberikatan dengan partikulat yang berada di kolom air untuk selanjutnya mengendapdalam sedimen. Waktu tinggal (residence times) dari elemen kelompok ini tergolongsangat pendek. Logam timbal (Pb) merupakan elemen yang inputnya berasal dariatmosfir (berasal dari asap kendaraan dan industri di darat yang menggunakanbahan bakar fosil). Mn2+ merupakan contoh yang baik untuk elemen yang memasuki permukaan air melalui sungai atau berasal dari endapan sedimen di perairanyang dangkal. 4. Mid-depth minima: Kondisi mid-depth minimum dapat terjadi jika terdapatinput dari permukaan yang kemudian mengalami regenerasi di dekat dasar ataumengalami scavenging di keseluruhan kolom air. Logam seperti Cu2+, Sn dan Al3+tergolong dalam kelompok ini. Input dari permukaan laut berasal dari daratan yangterbang ke udara membentuk debu atmosfer yang kemudian jatuh ke permukaan laut. Al dengan cepat akan mengalami penyerapan oleh partikel tersuspensi dari permukaanair melalui proses adsorbs atau mengalami penyerapan oleh plankton. Partikel yangterserap kemudian jatuh dan mengendap di laut dalam membentuk sedimen. Resustensidan flux Al dalam sedimen akan semakin meningkat saat mendekati dasar perairan. 5. Mid-depth maxima: profil dari tipe ini terbentuk dari input hidrotermalyang dikeluarkan oleh sistem mid-ocean ridge. Elemen Mn2+ ,3He adalah contoh yangbaik dari Mid-depth maxima ini. 6. Mid-depth maxima or minima in the sub-oxic layer: sebuah lapisan sub-oxicyang besar dapat ditemukan di beberapa wilayah di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Proses reduksi dan oksidasi dalam kolom air atau di sekitar slope sedimenmenghasilkan Fe2+ dan
Mn2+(maxima) yang tereduksi dan Cr3+ (minima) dalambentuk tereduksi yang bersifat insoluble atau mengendap di dasar perairan dalambentuk solid. 7. Maxima and minima in Anoxic Waters: pada suatu daerah dengansirkulasi terbatas seperti di Laut Hitam, Trench Cariaco dan fjords, air dapat menjadianoxic (tidak memiliki kandungan Oksigen) dan memproduksi H2S. Di batas antara 2 perairan dapat terjadi proses reduksi oksidasi yang menyebabkan maxima atauminima dari perubahan solubilitas dari species yang berbeda. Fe2+ dan Mn2+tergolong maxima karena memiliki solubilitas yang meningkat dalam bentuk tereduksi.Kondisi maxima ini terjadi akibat proses reduksi oksidasi Besi dan Mangan dekat bataslapisan antara dari oksik-anoksik. PENUTUP Elemen adalah unsur, materi atau bahan dasar (fundamental kinds of matter) yangmenyusun seluruh benda di alam semesta. Secara garis besar elemen terbagi atas elemenorganik yang berkaitan dengan senyawa hidrokarbon dan derivatnya yang menyusun makhluk hidup dan elemen inorganik yang mencakup keseluruhan elemen yang terdapat dalam tabelperiodik unsur termasuk Hidrogen dan Karbon. Berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam, elemen terbagi atas elemen makro yaituelemen kimia yang terdapat dilaut dalam kadar yang besar, elemen mikro atau minor elemenyaitu kadarnya yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok elemen kimia utama, dan traceelemen dalam kadar yang sangat kecil sekali dibandingkan dengan kadar-kadar dari elemen-elemen dari kelompok yang lain.
TRACE ELEMEN
Elemen adalah unsur/materi/bahan dasar (fundamental kinds of matter) yang menyusun seluruh benda di alam semesta (Manahan, 2001). Elemen tersusun dari atom-atom. Semua atom yang berasal dari elemen yang sama secara kimiawi memiliki sifat yang identik. Hingga saat ini telah dikenal sekitar 116 elemen atau unsur. Secara garis besar, elemen dapat dibagi menjadi 2, yaitu : elemen organik dan inorganik. Menurut Miessler dan Tarr (2000) menyatakan bahwa elemen organik berkaitan dengan senyawa hidrokarbon dan derivatnya yang sebagian besar menjadi elemen utama yang menyusun makhluk hidup. Sedangkan elemen inorganik mencakup keseluruhan elemen yang terdapat dalam tabel periodik unsur termasuk Hidrogen dan Karbon itu sendiri. Menurut Millero (2006) membagi elemen (organik dan inorganik) menjadi 3 kelompok berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam, yaitu: Elemen makro (0,05 750 mM) Elemen mikro (0,05 50 M) Elemen trace atau kelumit (0,05 -50 nM)
Trace Elemen Trace Elemen merupakan unsurunsur atau senyawa senyawa kimia di laut yang kelarutanya kurang dari 1 ppb atau dapat diartikan sangat kecil. Tetapi untuk keberadaanya sangat diperlukan dalam pengaturan
keseimbangan kelarutan elemen-elemen dilaut dan proses biologi organism bahari. Rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadap elemen yang berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapa elemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Logam-logam Cu, Mn, Fe dan Zn jika terjadi defisiensi menyebabkan penyakit baik pada hewan maupun tumbuhan Kadar elemen yang terdapat di laut mempunyai nilai kisaran antara 67.18g sampai 0,024 g dalam 1 liter air laut. Yang tergolong trace element antara lain: Yod (I) 280 ton/mil air laut Barium (Ba) 140 ton/mil air laut Besi (Fe) 47 ton/mil air laut Molibden(Mo) 47 ton/mil air laut Seng (Zn) 47 ton/mil air laut Selen (Se) 29 ton/mil air laut Argon (Ar) 14 ton/mil air laut Tembaga (Cu) 14 ton/mil air laut Timah (Sn) 14 ton/mil air laut Uranium (U) 14 ton/mil air laut Mangan (Mn) 9 ton/mil air laut Nikel (Ni) 9 ton/mil air laut Vanadium (V) 9 ton/mil air laut Titan (Ti) 5 ton/mil air laut Sesium (Ce) 2 ton/mil air laut Kobal (Co) 2 ton/mil air laut Serium (Ce) 2 ton/mil air laut Litrium (Y) 1 ton/mil air laut Lantan (La) 1 ton/mil air laut Perak (Ag) 1 ton/mil air laut Khrom (Cr) 0,2 ton/mil air laut Timah (Pb) 0,1 ton/mil air laut Galium (Ga) 0,1 ton/mil air laut Peranan trace elemen dalam suatu perairan: 1. Proses prose metabolisme biologi oraganisme 2. Pelepasan mineral dilaut 3. Pengaturan pH perairan 4. Pengaturan potensial redox diperairan Distribusi atau penyebarab trace elemen dilaut biasanya ditentukan melalui: 1. Prose hidrodinamika perairan(pergerakan air dan transport massa air) 2. Aktivitas organisme didasar perairan Untuk sumber sumber trace elemen disuatu perairan sendiri berasal dari: 1. Melalui proses presipitasi dari udara 2. Masukan dari aliran air sungai 3. Pelepasan dari batuan atau kerak bumi 4. Pelepasan kembali oleh sediman dari dasar perairan Faktor faktor yang mempengaruhi atau mengurangi kelarutan trace elemen dari suatu perairan: 1. Melalui proses pengendapan sedimen, mengikat senyawa senyawa terlarut disuatu perairan 2. Diserap atau dimanfaatkan oleh oraganisme bahari terlepas ke atmosfir melalui permukaan perairan.
Interaksi Trace Elemen dengan Organisme Bahari Perbandingan konsentrasi trace elemen diperairan > kendungan didalam jaringan tubuh suatu organism bahari. Trace elemen dalam kondisi stabil, susunan dari jasad hidup seluruh suatu oraganisme. Senyawa ferredoxin yang terdiri dari Fe berperan dalam proses asimilasi.Mn merupakan salah satu elemen penting dari ko-faktor enzim yang berperan dalam reaksi fotositesis N ,Mo dan Cu membentuk kofaktor enzim yang berperan dalam siklus reduksi oksidasi.Si dan P digunakan sebagai bahan untuk membuat cangkang dan rangka eksternal. Keberadaan ion Cl , factor yang sangat menentukan dalam perkataan elemen- elemen kalium (K) magnesium(Mg), Bromida(Br) dan Flour(F) yang terdapat dalam senyawa proses osmoregulasi. Trace elemen terlarut juga terkait denga gas dalam senyawa didalam jaringan tubuh suatu organism bahari, yang mempunyai konsentarasi yang sangat tinggi9(berikatan dengan ion oksigen dan hydrogen). Tingkat kelarutan ion trace elemen dalam jaringan tubuh suatu organism laut (berdasarkan tingkat reaktifitas dan golongan yang ada pada SPU): 1. Pada jaringa tubuh plankton: - Fe > Al > Lr > Cr - Si > Ga - Zn > Pb > Cu > Cn > Co 2. Pada jaringan hidup alga coklat: - Fe > Cr > Ga > Tr > Al > Sr - Pb > Mn > Zn - Ca > Co > Ni 3. Pada oraganisme bentik seperti moluska, arthopoda dan echinodermata - Cu > Zn > Cd Ion phospat, yang menentukan adanya kelarutan thorium dan cerium : Ion yang kelarutanya oksida menentukan adanya dari mineral mangan, ferum dan aluminium. Senyawa kompleks dengan atom Cl menentukan adanya mineral Ag, Pb, Hg menentukan AgCl, PbC, dan lain. Elemen tersebut memiliki sifat yang sangat reaktif sehingga cepat akan mengalami remove dan mengendap di dalam sedimen Konsentrasi elemen tersebut di daerah sumbernya memang sudah rendah. Proses lain yang menentukan keberadaan dari trace elemen: Proses volkanologi yang dapat mensuplai mineral Cobalt, Nikel, Argentum, Barium. Porses presipitasi secara alami dapat mensuplai mineral ferum, Mn, Cr, Cu, Nr, dan Pb, proses dari geochemical dari atmosfer.
-
Interaksi Presipitasi dari Dasar Perairan Interaksi presipitasi erat hubungan dengan prose penyerapan dan pengendapan trace elemen diperairan oleh partikel terlarut dan akhirnya diendapkan didasar perairan sebagai sedimen.pada waktu perairan Ph rendah( asam), elemen elemen terlepas dari senyawa kompleks, yang akan membentuk ion bebas diperairan, yang akhirnya akan membentuk ikatan dengan materi padatan yang tersuspensi dan terendap dai dasar perairan. Reaksi Oksidasi: diperairan akan mengakibatkan ion mangan(Mn) dan besi(Fe) berikatan dengan fraksi tanah liat membentuk senyawa dalam mangan nadule dan diendapkan dilingkungan laut dalam. Pada Kondisi Reduksi : trace elemen berikjtan dengan oksigen yang terpakai dalam proses fotosintesis, turut menentukan nilai dari produktifitas suatu perairan yang tinggi. Proses Presipitasi di Estuaria
Terjadinya proses pengikatan trace elemen oleh material padatan tersuspensi yang dipengaruhi oleh adanya ion ion pembentuk dari salinitas Interaksi Trace Elemen pada Lingkungan Tanpa Oksigen Di suatu palung laut atau suatu dasar perairan yang paling dalam merupakan kondisi yang miskin akan oksigen, sehingga oraganisme yang hidup dalam kedalaman tersebut seperti: bakteri pereduksi sulfida yang dapat memanfaatkan keberadaan sulfida disuatu perairan dalam dan akan membentuk senyawa sulfat bersama trace elemen yang ada diperairan, dengan melalui proses diagenesis metabolism anaerob. Peranan manusia terhadap penyebaran trace elemen dilaut Sebagaian besar trace elemen berupa logam berat yaitu, yang pada kelarutan yang sangat kecil sangat dibutuhkan dalam pengaturan keseimbangan proses metabolism organism bahari, namun apabila kelarutan di perairan sudah melalui atau melampaui batas ambang yang ditentukan merupakan bahan pencemar yang berbahaya dalam perairan.
Air laut tidak tinggal di dalam satu posisi. Arus pasang surut dan kelautan memindahkan massa besar dari itu seluruh dunia, dan sementara arus laut dalam bergerak secara horizontal di sepanjang lapisan salinitas kepadatan yang sama, akhirnya dan sangat lambat, air dalam naik ke atas dan akan digantikan oleh air hangat atas. Ini adalah apa yang mendorong pola cuaca dan iklim kita. Sementara banyak trace elemen dan mineral lainnya dapat ditemukan dalam air laut, jumlah mereka tidak konstan dan tergantung pada faktor-faktor lain seperti polusi, aktivitas vulkanik dan lokasi geografis. Pencairan gletser membuang banyak air tawar ke laut, dan ini mempengaruhi salinitas di daerah itu. Air laut beku mengandung garam sangat sedikit karena proses pembekuan mendorong sebagian besar garam keluar. Lain kali Anda mandi di air laut, cadang berpikir untuk jutaan tahun evolusi planet yang Planet Bumipergi melalui untuk menyediakan Anda dengan asin laut hari ini, dan mengingat manfaat kesehatan Anda akan berasal dari mandi di air laut.
ElemenMinor ElemenTrace
Mayor Elemen atau Elemen Mayor .Elemen mayor disuatu perairan jumlahnya sangat banyak(unlimited elements) dimana untuk rata rata RT > 106 year. Elemen mayor bersifat sangat konservatif atau keberadaanya dilaut sangat tetap, dan konsentrasi tidak berkurang ataupun tidak bertambah dengan semakin dalam suatu perairain.. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gasgas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut.untuk elemen mayor sendiri tergolong dalam beberapa logam logam, yang termasuk dalam elemen mayor adalah : B, Br, Cl, Cs, F, K, Lr, Mg, Mo, Na, Rb, S, Ti, dan U. Mengingat tingginya kandungan kation, air laut dapat digunakan sebagai salah satu sumber hara bagi tanaman termasuk tanaman yang sensitive terhadap kadar garam yang tinggi.Untuk elemen mayor atau mayor elemen yang mempunyai ukuran > Ippm yaitu diantaranya adalah : Na, Mg, Ca, K, Cl, SO4 dan HCO3. Sedangkan untuk keberadaan perbandingan elemen mayor yang terdapat pada suatu perairan sangat stabil, kestabilan dari ratio mayor elemen disuatu perairan tergantung pada kondisi disuatu perairan.berikut ini merupakan contoh dari karakteristik komposisi ratrio dengan antar elemen : SO4 : Cl ; HCO3 : Cl ; K : Na . Berkaitan dengan tingginya salinitas air laut, tantangan yang dihadapi adalah upaya untuk memanfaatkan unsur-unsur hara tersebut dengan menurunkan kandungan Na dan ClMg : Na dan Ca : Mg dimana kondisi suatu perairan disungai lebih tinggi dibandingkan dilaut. Selain proses di atas, proses-proses biogeokimia seperti reaksi redoks, kompleksasi solidifikasi, mineralisasi-remineralisasi dan faktor lingkungan seperti pH, suhu, salinitas, arus dan aktifitas hidrothermal juga berperan penting terhadap distribusi mikro elemen di laut
Elemen Minor atau Minor Elemen .Minor elemen atau elemen mayor memiliki suatu ukuran 1 ppb 4 ppm (< 1ppm) yang termasuk dalam elemen minor disuatu lautan yaitu diantaranya : O, H, Cl, Na, Mg, C, Ca, K, Dr, C, Sr, B, dan F. dari elemen elemen tersebut terdapat ada 14 unsur yang termasuk dalam elemen minor.elemen minor memiliki pola distribusi yang luas atau dengan kata lain pola
penyebaran yang luas dari suatu perairan tropis sampai sub tropis.dari 14 jenis ion pada air laut.Dari jumlah itu, konsentrasi klorida dan natrium terdapat dalam jumlah yang sangattinggi. Hal inilah yang menyebabkan tingginya salinitas air laut. . Di samping itu unsure Na juga dapat dimanfaatkan sebagai unsur hara untuk jenis-jenis tanaman tertentu yang membutuhkannya baik sebagai unsure tambahan/menguntungkan maupun sebagai pengganti sebagian dari kebutuhan akan unsur K. Trace Elemen Trace Elemen merupakan unsure unsure atau senyawa senyawa kimia dilaut yang kelarutanya kurang dari 1 ppb atau dapat diartikan sang kecil.tetapi untuk keberadaanya sang diperlukan dalam pengaturan keseimbangan kelarutan elemen elemen dilaut dan proses biologi organism bahari. rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadap elemen yang berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapa elemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Logam-logam Cu, Mn, Fe dan Zn jika terjadi defisiensi menyebabkan penyakit baik pada hewan maupun tumbuhan. Cu, Cr, Se dan I untuk hewan dan B dan Mo untuk tanaman. Hampir semua mikronutrien memiliki peran sebagai penyusun enzym dan protein-protein penting lain yang terlibat dalam pathway/siklus metabolik. Ketiadaan mikronutrien akan menyebabkan disfungsi metabolik yang mengakibatkan penyakit. Elemen-elemen yang tidak mempunyai kepentingan secara biokimiawi disebut "non essensial element".Contohnya non-essential element adalah As, Cd, Hg, Pb, Po, Sb, Ti dan U yang menyebabkan toksisitas pada konsentrasi yang melebihi ambang batas tetapi tidak menyebabkan "deficiency disorder" pada konsentrasi rendah seperti mikronutrien.Peranan trace elemen dalam suatu perairan: 1. Proses prose metabolisme biologi oraganisme 2. Pelepasan mineral dilaut 3. Pengaturan pH perairan 4. Pengaturan potensial redox diperairan Distribusi atau penyebarab trace elemen dilaut biasanya ditentukan melalui: 1. Prose hidrodinamika perairan(pergerakan air dan transport massa air) 2. Aktivitas organism didasar perairan Untuk sumber sumber trace elemen disuatu perairan sendiri berasal dari: 1. Melalui proses presipitasi dari udara 2. Masukan dari aliran air sungai 3. Pelepasan dari batuan atau kerak bumi
4. Pelepasan kembali oleh sediman dari dasar perairan Factor factor yang mempengaruhi atau mengurangi kelarutan trace elemen dari suatu perairan: 1. Melalui proses pengendapan sedimen, mengikat senyawa senyawa terlarut disuatu perairan 2. Diserap atau dimanfaatkan oleh oraganisme bahari terlepas ke atmosfir melalui permukaan perairan. Interaksi trace elemen denga organism bahari:
Perbandingan konsentrasi trace elemen diperairan > kendungan didalam jaringan tubuh suatu organism bahari. Trace elemen dalam kondisi stabil, susunan dari jasad hidup seluruh suatu oraganisme. Senyawa ferredoxin yang terdiri dari Fe berperan dalam proses asimilasi.Mn merupakan salah satu elemen penting dari ko-faktor enzim yang berperan dalam reaksi fotositesis N ,Mo dan Cu membentuk kofaktor enzim yang berperan dalam siklus reduksi oksidasi.Si dan P digunakan sebagai bahan untuk membuat cangkang dan rangka eksternal.
Keberadaan ion Cl- , factor yang sangat menentukan dalam perkataan elemen- elemen kalium (K) magnesium(Mg), Bromida(Br) dan Flour(F) yang terdapat dalam senyawa proses osmoregulasi. Trace elemen terlarut juga terkait denga gas dalam senyawa didalam jaringan tubuh suatu organism bahari, yang mempunyai konsentarasi yang sangat tinggi9(berikatan dengan ion oksigen dan hydrogen).
Tingkat kelarutan ion TE dalam jaringan tubuh suatu organism laut(berdasarkan tingkat reaktifitas dan golongan yang ada pada SPU:
1. Pada jaringa tubuh plankton: - Fe > Al > Lr > Cr - Si > Ga - Zn > Pb > Cu > Cn > Co . 2. Pada jaringan hidup alga coklat: - Fe > Cr > Ga > Tr > Al > Sr - Pb > Mn > Zn - Ca > Co > Ni 3. Pada oraganisme bentik seperti moluska, arthopoda dan echinodermata - Cu > Zn > Cd Ion phospat, yang menentukan adanya kelarutan thorium dan cerium Ion yang kelarutanya oksida menentukan adanya dari mineral mangan, ferum dan aluminium. Senyawa kompleks dengan atom Cl menentukan adanya mineral Ag, Pb, Hg menentukan AgCl, PbC, dan lain.
Elemen tersebut memiliki sifat yang sangat reaktif sehingga cepat akan mengalami remove dan mengendap di dalam sedimen Konsentrasi elemen tersebut di daerah sumbernya memang sudah rendah Proses lain yang menentukan keberadaan dari trace elemen: Prose volkanologi yang dapat mensuplai mineral Cobalt, Nikel, Argentum, Barium. Porses presipitasi secara alami dapat mensuplai mineral ferum, Mn, Cr, Cu, Nr, dan Pb, proses dari geochemical dari atmosfer. Interaksi Presipitasi dari dasar perairan Interaksi presipitasi erat hubungan dengan prose penyerapan dan pengendapan trace elemen diperairan oleh partikel terlarut dan akhirnya diendapkan didasar perairan sebagai sedimen.pada waktu perairan Ph rendah( asam), elemen elemen terlepas dari senyawa kompleks, yang akan membentuk ion bebas diperairan, yang akhirnya akan membentuk ikatan dengan materi padatan yang tersuspensi dan terendap dai dasar perairan. Reaksi Oksidasi: diperairan akan mengakibatkan ion mangan(Mn) dan besi(Fe) berikatan dengan fraksi tanah liat membentuk senyawa dalam mangan nadule dan diendapkan dilingkungan laut dalam. Pada Kondisi Reduksi : trace elemen berikjtan dengan oksigen yang terpakai dalam proses fotosintesis, turut menentukan nilai dari produktifitas suatu perairan yang tinggi. Proses Presipitasi di Estuaria Terjadinya proses pengikatan trace elemen oleh material padatan tersuspensi yang dipengaruhi oleh adanya ion ion pembentuk dari salinitas Interaksi Trace Elemen pada Lingkungan Tanpa Oksigen Disuatu palung laut atau suatu dasar perairan yang paling dalam merupakan kondisi yang miskin akan oksigen, sehingga oraganisme yang hidup dalam kedalaman tersebut seperti: bakteri pereduksi sulfida yang dapat memanfaatkan keberadaan sulfida disuatu perairan dalam dan akan membentuk senyawa sulfat bersama trace elemen yang ada diperairan, dengan melalui proses diagenesis metabolism anaerob. Peranan manusia terhadap penyebaran trace elemen dilaut Sebagaian besar trace elemen berupa logam berat yaitu, yang pada kelarutan yang sangat kecil sangat dibutuhkan dalam pengaturan keseimbangan proses metabolism organism bahari, namun apabila kelarutan di perairan sudah melalui atau melampaui batas ambang yang ditentukan merupakan bahan pencemar yang berbahaya dalam perairan.
please, after reading an article or would leave this page,leave a comment .>.>. . . (^_^)
1. Pendahuluan Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang di dalamnya terdapat interaksi yang kuat antara faktor biotik dan abiotik. Interaksi yang terjadi bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Lingkungan menyediakan tempat hidup bagi organisme-organisme yang menempatinya sebaliknya makluk hidup dapat mengembalikan energi yang dimanfaatkkannya ke dalam lingkungan. Suatu daur energi memberikan contoh nyata akan keberadaan interaksi tersebut. Di laut terjadi transfer energi antar organisme pada tingkatan tropis yang berbeda dengan demikian terjadi proses produksi. Hirarki proses produksi membentuk sebuah rantai yang dikenal dengan rantai makanan (Nontji, 2002). Plankton berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti mengapung, Plankton biasanya mengalir bersama arus laut. Plankton juga biasanya disebut biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung, menghanyutkan atau bere-nang sangat lincah, artinya mereka tidak dapat melawan arus. Ukuran Plankton sangat beranekaragam dari yang terkecil yang disebut Ultraplankton dengan uku-ran <0,005 mikro, Nanoplankton yang berukuran 60-70 mikro, dan Netplankton yang dapat berukuran beberapa millimeter dan dapat dikumpulkan dengan jaring plankton. Makro plankton berukuran besar baik berupa tumbuhan ataupun hewan (Romimohtarto dan Sri Juana, 2005). Dalam bidang biologi oceanografi terdapat sistem pelagik terdiri dari hewan dan turnbuhturnbuhan yang hidupnya berenang dan melayang-layang di lautan terbuka, salah satunya adalah plankton. Plankton terdiri dari organisrne-oraganisrne yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Banyak di antara kelompok hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan. Kelompok ini terdiri dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan (fitoplankton) (Hutabarat, 1985). Plankton dapat didefinisikan sebagai suatu komunitas timbuhan dan hewan yang kekuatan geraknya tidak mencukupi untuk mencegah mereka ditransporta-sikan secara pasif oleh arus laut (Ornori dan Ikeda, 1984). Organisme planktonik merupakan tumbuhan dan hewan yang merniliki daya gerak terbatas sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh pergerakan (arus) air (Nybakken, 1988). 2. Klasifikasi Plankton dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis, ukuran dan daur hidupnya 2.1 Jenis Plankton Berdasarkan jenisnya, plankton dapat dibagi dua, yaitu : a. Zooplankton : Plankton berupa hewan. Zooplankton merupakan suatu kelom-pok yang terdiri dari berjenisjenis hewan yang sangat banyak macamnya ter-masuk protozoa, coelenterata, moluska, annelids, crustacea. Kelompok ini me-wakili hampir seluruh phylum yang terdapat di Animal Kingdom. Beberapa dari organisme ini ada yang bersifat sebagai plankton untuk seluruh massa hidupnya, tetapi ada juga hewan yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian dari masa hidupnya. Zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik, oleh karena itu mereka harus mendapat tam-bahan bahanbahan organik dari makanannya. Hal ini dapatdiperoleh mereka baik secara langsung maupun tidak langsung dari tumbuh-tumbuhan. Zoo-plankton yang bersifat herbivora akan memakan fitoplankton secara lang-sung; sedangkan
golongan karnivora memanfaatkan mereka dengan cara tidak langsung dengan memakan golongan herbivora atau karnivora yang lain ( Hutabarat, 1985). b. Phytoplankton : Plankton berupa tumbuhan. Phytoplankton merupakan tum-buh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari seiumlah besar kelas yang berbeda. Mereka mempunyai peranan yang sama pentingnya baik di sistem pelagik maupun seperti yang diperankan oleh tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatnya diekosistem daratan; mereka adalah pro-dusen utama (primary producer) zat-zat organik. Phytoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan laut saja. Mereka juga akan lebih banyak dijumpai pada tempat-tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah-daerah ini bia-sanya merupakan suatu daerah yang kaya akan bahanbahan organik (Hu-tabarat, 1985). 2.2 Klasifikasi plankton berdasarkan ukuran Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibagi menjadi : a. Megaplankton (>20cm) b. Macroplankton (2-20cm) c. Mesoplankton (0,2-20mm) d. Microplankton (20-200pm) e. Nanoplankton (2-20pm) f. Picoplankton (0,2-2pm), terutama terdiri atas bakteri (Nybakken, 1998). 2..3 Daur Hidup Plankton Berdasarkan daur hidupnya, plankton dibagi menjadi 2 yaitu : a. Holoplankton, yaitu plankton yang hidup sebagai plankton sepanjang hidupnya. Contoh copepoda ; baik larva maupun bentuk yang dewasa dari crustacea kecil ini sangat banyak dijumpai dalam zooplankton (Hutabarat, 1985). b. Meroplankton, yaitu plankton yang sebagian dari masa hidupnya dihabis-kan sebagai plankton (Castro and Huber, 2003). Sebagai contoh, cacing palolo yang bertempat tinggal di liang-liang di dasar laut untuk hampir seluruh masa hidupnya. Mereka akan bergerak dan berenang secara bergerombol ke atas permukaan laut ketika memijah. Pada saat memijah mereka sering bersifat sangat menakjubkan karena begitu banyak jum-lahnya yang dapat dijumpai pada waktu yang bersamaan (Hutabarat, 1985). 3. Distribusi Persebaran Plankton 3.1. Ditribusi Horizontal Distribusi fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa pergerakan masa air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih banyak terjadi pada daerah neritik terutama yang dipengaruhi estuaria dibandingkan dengan oseanik. Faktorfaktor fisik yang menyebabkan distribusi fitoplankton yang tidak merata antara lain arus pasang surut, morfo-geografi setempat, dan proses fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air kepantai akibat adanya hembusan angin. Selain itu keter-sediaan nutrien pada setiap perairan yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fito-plankton pada daerah-daerah tersebut.(Gambar 1). Pada daerah dimana terjadi upwelling atau turbulensi, kelimpahan plankton juga lebih besar dibanding daerah lain yang tidak ada.
Gambar 1. Salah satu citra satelit yang menggambarkan distribusi fitoplankton di laut
(Sumber: www.cnrsfr/presse/communique/564.htm) 3.2. Distribusi Vertikal Distribusi vertikal plankton sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitasnya, selain kemampuan pergerakan atau faktor ling-kungan yang mendukung plankton mampu bermigrasi secara ver-tikal. Menurut Seele dan Yentch (1960)
dalam Parsons dkk (1984), distribusi fitoplankton di laut secara umum menunjukkan densitas maksimum dekat lapisan permukaan (lapisan fotik) dan pada waktu lain berada dibawahnya. Hal ini menunjukan bahwa distribusi vertikal sangat berhubungan dengan dimensi waktu (temporal). Selain faktor cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya secara vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk tidak tenggelam. Perpindahan seca-ra vertikal ini juga dipengaruhi oleh kemampuannya ber-gerak atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis sehingga terus melayang pada kolom air. Perpaduan kondisi fisika air dan mekanisme mengapung me-nyebabkan plank-ton mampu bermigrasi secara vertikal sehingga distribusinya berbeda secara vertikal dari waktu ke waktu. Menurut Nybakken (1988) ada beberapa mekanisme mengapung yang dilakukan plankton untuk dapat mempertahankan diri tetap melayang dalam kolom air yaitu antara lain: Mengubah komposisi cairan-cairan tubuh sehingga densitasnya menjadi lebih kecil dibandingkan densitas air laut. Mekanisme ini biasa dilakukan oleh Noctiluca dengan memasukkan amonium klorida (NH4Cl) kedalam cairan tubuhnya. Membentuk pelampung berisi gas, sehingga densitasnya menjadi lebih kecil dari densitas air. Contoh untuk jenis ini adalah ubur ubur Menghasilkan cairan yang densitasnya lebih rendah dari air laut. Cairan terse-but biasanya berupa minyak dan lemak. Mekanisme ini banyak dilakukan oleh diatom maupun zoolankton dari jenis copepoda Memperbesar hambatan permukaan. Mekanisme ini dilakukan dengan mengu-bah bentuk tubuh atau membentuk semacam tonjolan/duri pada permukaan tubuhnya. 3.3. Distribusi harian dan musiman Distribusi plankton dari waktu ke waktu lebih banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Distribusi temporal banyak dipengaruhi oleh pergerakan matahari atau dengan kata lain cahaya sangat mendominasi pola distribusinya. Distribusi harian plankton, terutama pada daerah tropis, mengikuti perubahan intensitas cahaya sebagai akibat pergerakan semu matahari. Pada pagi hari dimana intensitas cahaya masih rendah dan suhu permukaan air masih relatif dingin plankton berada tidak jauh dengan permukaan. Pada siang hari plankton berada cukup jauh dari pemukaan karena menghindari cahaya yang terlalu kuat. Pada sore hingga malam hari plankton begerak mendekati bahkan berada pada daerah permukaan (Gross,1988) pada gambar. 2.
Gambar 2. Pola pergerakan harian plankton
Sumber : (Gross,1988) Seperti dijelaskan tentang migrasi vertikal, setidaknya ada dua teori yang dapat menjelaskan mengapa plankton dapat bergerak secara vertikal. Pertama plankton terangkat oleh mekanisme pergerakan air yang disebabkan oleh perbe-daan densitas. Pada siang hari dimana air pada lapisan yang lebih dalam memiliki suhu yang relatif dingin dibandingkan pada daerah lebih atas. Dalam kondisi demikian maka plankton akan terapung diatas lapisan tersebut. Pada malam hari lapisan bagian atas mulai mendingin sehingga plankton terangkat pada lapisan tersebut karena densitas plankton yang lebih rendah dari densitas air. Alasan kedua adalah karena adanya mekanisme pergerakan yang dilakukan oleh plankton. Dengan pola migrasi tersebut maka plankton baik fitoplankton maupun zooplankton akan terdistribusi secara tidak merata di perairan. Pola distribusi fitoplankton dan zooplankton baik siang maupun malam di daerah tropis Sa-mudera Pasifik digambarkan oleh Longhurst dan Pauly (1987) pada gambar 3.
Gambar 3. Pola distribusi organisme laut di Samudera Pasifik pada siang dan malam hari
(Longhurst dan Pauly, 1987) Distribusi secara musiman pada beberapa daerah tropis pada bujur yang berbeda menunjukkan bahwa produksi fitoplankton berlansung periodik dari waktu ke waktu (Gambar 4).
Gambar 4. Produktivitas fitoplankton musiman pada daerah tropis
(Longhurst dan Pauly, 1987) 3.4 Reproduksi dan Siklus Hidup Plankton Menurut Kennish (1990) dan Nybakken (1988) sebagian besar diatom melakukan reproduksi melalui pembelahan sel vegetatif. Hasil pembelahan sel menjadi dua bagian yaitu bagian atas (epiteka) dan bagian bawah (hipoteka). Selanjutnya masing-masing belahan akan membentuk pasangannya yang baru berupa pasangan penutupnya. Bagian epiteka akan membuat hipoteka dan ba-gian hipoteka akan membuat epiteka. Pembuatan bagian-bagian tersebut disekresi atau diperoleh dari sel masing-masing sehingga semakin lama semakin kecil ukuran selnya. Dengan demikian ukuran individu-individu dari spesies yang sama tetapi dari generasi yang berlainan akan berbeda. Reproduksi asek-sual seperti ini menghasilkan sejumlah ukuran yang bervariasi dari suatu po-pulasi diatom pada suatu spesies. Ukuran terkecil dapat mencapai 30 kali lebih kecil dari ukuran terbesarnya (Kennish, 1990). Tetapi proses pengurangan ukuran ini terbatas sampai suatu generasi tert entu. Apabila generasi itu telah tercapai di atom akan meninggalkan kedua katupnya dan terbentuklah apa yang disebut auxospore (Gambar 5)
Gambar 5. Proses pengecilan ukuran diatom dan pembentukan Auxospore
(sumber: Nybakken, 1988) Proses seperti diatas digambar kan pula oleh Parsons dkk (1984 ) menya-takan bahwa reproduksi seksual dan pembentukan spora mungkin juga terjadi pada diatom(Gambar 6). Dari gambar tersebut terlihat pengurangan ukuran sel selama pembelahan aseksual (1s.d2), reproduksi seksual dengan susunan gamet-gamet berflagel (2s.d.3), pembentukan auxospore (4). Pembentukan spora non aktif (resting spore) mungkin juga terjadi (5) secara langsung dari sel vegetatif. Reproduksi diantara zooplankton crustacea pada umumnya uni sexual melibatkan baik hewan jantan maupun betina, meskipun terjadi partenogenesis diantara Cladocera dan Ostraco da. Menurut Parsons (1984) siklus hidup co-pepoda Calanus dari telur hingga dewasa melewati 6 fase naupli dan 6 fase copepodit (Gambar 7). Perubahan bentuk pada beberapa fase naupli pertama terjadi kira-kira beberapa hari dan mungkin tidak makan. Enam pase kope-podit dapat diselesaikan kurang dari 30 hari (bergantung suplai makan dan temperatur) dan beberapa generasi dari spesies yang sma mungkin terjadi dalam tahun yang sama (yang disebut siklus hidup ephemeral). Laju peng-gandaan sel diatom berlangsung sekitar 0.5 sampai 6 sel/hari.
Gambar 6. Siklus hidup diatom laut, Chaetoceros didymum Gambar 7. Garis besar siklus hidup copepoda
(Sumber : Nybakken, 1988) 4. Faktor yang mempengaruhi distribusi dan persebaran plankton a. Suhu Migrasi vertikal paling umum terlihat di wilayah-wilayah perairan bahari dimana kolom air menunjukkan adanya stratifikasi termal yang jelas sedangkan di perairan bahari dimana kolom air mendekati kondisi isotermal, migrasi vertikal tidak jelas atau bahkan tidak berlangsung soma sekali. Migrasi vertikal juga tidak berlangsung di wilayahwilayah perairan bahari sepanjang musim dingin. Tujuan migrasi vertikal adalah untuk menhindari pemangsaan oleh para predator yang mendeteksi mangsa secara visual dan untuk mengubah posisi dalam kolom air, serta sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan menghemat energi (Nybakken, 1988). Berdasarkan gradien suhu secara vertikal di dalam kolom perairan, Wyrtki (1961) membagi perairan menjadi 3 (tiga) lapisan, yaitu:
a. lapisan homogen pada permukaan perairan atau disebut juga lapisan permukaan tercampur; b. lapisan diskontinuitas atau biasa disebut lapisan termoklin; c. lapisan di bawah termoklin dengan kondisi yang hampir homogen, dimana suhu berkurang secara perlahan-lahan ke arah dasar perairan. Menurut Lukas and Lindstrom (1991), kedalaman setiap lapisan di dalam kolom perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari per-mukaan sampai lapisan dalam. Lapisan permukaan tercampur merupakan lapisan dengan gradien suhu tidak lebih dari 0,03 C/m (Wyrtki, 1961), Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1C pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12C pada kedalaman 10 75 m. b. Cahaya Dewasa ini, disepakati bahwa rangsangan utama yang mengakibatkan dimulainya gerak migrasi vertikal harian adalah cahaya. Cahaya mengakibatkan respons negatif bagi para migran, mereka bergerak menjauhi permukaan laut bila intensitas cahaya di permukaan meningkat, sebaliknya mereka akan bergerak ke permukaan laut apabila intensitas cahaya di permukaan menurun. Pola yang umum tampak adalah bahwa zooplankton terdapat di dekat permukaan laut pada malam hari, sedangkan menjelang dini hari dan datangnya cahaya mereka bergerak lebih ke dalam. Dengan meningkatnya intensitas cahaya sepanjang pagi hari, zooplankton bergerak lebih ke dalam menjauhi permukaan laut dan biasanya kemudian mempertahankan posisinya pada kedalaman dengan intensitas cahaya tertentu. Di tengah hari atau ketika intensitas cahaya matahari maksimum, zooplankton berada pada kedalaman yang paling jauh, kemudian tatkala intensitas cahaya matahari sepanjang sore hari menurun, zooplankton mulai bergerak ke arah permukaan laut dan sampai di permukaan sesudah matahari terbenam dan masih tinggal di permukaan selama fajar belum tiba. (http//:www.scribd.com) c. Nutrien Nutrien adalah semua unsur dan senjawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan-tumbuhan dan berada dalam bentuk material organik (misalnya amonia, nitrat) dan anorganik terlarut (asam amino). Elemen-elemen nutrien utama yang dibutuh-kan dalam jumlah besar adalah karbon, nitrogen, fosfor, oksigen, silikon, magne-sium, potassium, dan kalsium, sedangkan nutrien trace element dibutuhkan dalam konsentrasi sangat kecil, yakni besi, copper, dam vanadium (Levinton, 1982). Menurut Parsons et al. (1984), alga membutuhkan elemen nutrien untuk partum-buhan. Beberapa elemen seperti C, H, O, N, Si, P, Mg, K, dan Ca dibutuhkan dalam jumlah besar dan disebut makronutrien, sedangkan elemen-elemen lain di-butuhkan dalam jumlah sangat sedikit dan biasanya disebut mikronutrien atau trace element. Sebaran klorofil-a di dalam kolom perairan sangat tergantung pada konsentrasi nutrien. Konsentrasi nutrien di lapisan permukaan sangat sedikit dan akan meningkat pada lapisan termoklin dan lapisan di bawahnya. Hal mana juga dikemukakan oleh Brown et al. (1989), nutrien memiliki konsentrasi rendah dan berubah-ubah pada permukaan laut dan konsentrasinya akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman serta akan mencapai konsentrsi maksimum pada kedalaman antara 5001500 m.
d. Kadar Zat Hara Distribusi klorofil bervariasi tergantung dari asal pasokan zat hara atau nutrien dan intensitas cahaya matahari. Nutrien dapat dipasok dari air sungai yang masuk ke laut juga bisa karena adanya arus naik (upwelling). Nutrien yang banyak ditemukan di pinggir laut adalah nutrien yang dibawa oleh sungai. Apabila ditemukan di laut yang jauh dari daratan, maka konsentrasi nutrien tersebut akibat dari proses arus naik (http//:www.scribd.com). e. Arus Akibat pengaruh gelombang dan gerakan massa air, Fitoplankton terdistribusi baik secara vertikal maupun horisintal. Distribusi secara horisontal lebih banyak dipengaruhi oleh arus permukaan. Arus permukaan adalah gerakan massa air permukaan yang ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air. Di laut, air permukaan menjadi panas saat siang hari dan menjadi dingin saat malam hari. Silih bergantinya pemanasan dan pendinginan ini akan mengubah kerapatan air dan mengakibatkan adanya sel-sel konveksi, yaitu satuan-satuan air yang sangat kecil yang akan naik atau turun dalam kolom air sesuai kerapatannya. Gerakan sel-sel konveksi ini sangat lemah dan dapat mengangkut organisme planktonik (Rohmimohtarto dan Juwana, 2003). 5. Kesimpulan Plankton dapat didefinisikan sebagai suatu komunitas timbuhan dan hewan yang kekuatan geraknya tidak mencukupi untuk mencegah mereka ditransporta-sikan secara pasif oleh arus laut (Ornori dan Ikeda, 1984). Plankton terdiri dari organisrne-oraganisrne yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar. Banyak di antara kelompok hewan ini yang merupakan golongan perenang aktif walaupun demikian mereka tetap terombang-ambing oleh arus lautan. Kelompok ini terdiri dari golongan binatang (zooplankton) dan golongan tumbuh-tumbuhan (fitoplankton) (Hutabarat, 1985). Plankton dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis, ukuran dan daur hidup-nya. Berdasarkan jenisnya, plankton dapat dibagi dua, yaitu :Zooplankton dan Phytoplankton. Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibagi menjadi: Mega-plankton (>20cm), Macroplankton (2-20cm), Mesoplankton (0,2-20mm), Micro-plankton (20-200pm), Nanoplankton (2-20pm), Picoplankton (0,2-2pm). Sedang-kan berdasarkan daur hidupnya, plankton dibagi menjadi 2 yaitu : Holoplankton, Meroplankton. Distribusinya dibagi menjadi 3, yaitu : vertical, horizontal dan musiman. Faktor yang mempengaruhi distribusinya adalah Arus, Kadar zat hara, Nutrient, Cahaya, dan Suhu. Kelima faktor tersebut sangat mempengaruhi kehi-dupan plankton.