Anda di halaman 1dari 4

PERANAN DAN FUNGSI DARIPADA HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

A. FUNGSI HUKUM PERBURUHAN

Menurut Profesor Mochtar kusumaatmadja, fungsi hukum itu adalah sebagai sarana pembaharuan masyarakat. Dalam rangka pembangunan, yang dimaksud dengan sara pembaharuan itu adalah sebagai penyalur arah kegiatan manusia kearah yang diharapkan oleh pembangunan. Sebagaimana halnya dengan hukum yang lain, hukum ketanagakerjaan mempunyai fungsi sebagai sarana pembaharuan masyarakat yang mnyalurkan arah kegiatan manusia kea rah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pembangunan ketenagakerjaan. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan pembangunan nasional diarahkan untuk mengatur, membina dan mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kerja sehingga dapat terpelihara adanya ketertiban untuk mencapai keadilan. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan itu harus memadai dan sesuai dengan laju perkembangan pembangunan yang semakin pesat sehingga dapat mengantisipasi tuntutan perencanaan tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial dan peningkatan perlindungan tenaga kerja. Sebagaimana menurut fungsinya sebagai sarana pembaharuan, hukum ketenagakerjaan merubah pula cara berfikir masyarakat yang kuno kearah cara berfikir yang modern yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh pembangunan sehingga hukum ketenagakerjaan dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat membebaskan tenaga kerja dari perbudakan, peruluran, perhambaan, kerja paksa dan punale sanksi, membebaskan tenaga kerja dari kehilangan pekerjaan, memberikan kedudukan hukum yang seimbang dan kedudukan ekonomis yang layak kepada tenaga kerja. B. Peranan hukum perburuhan di Indonesia khususnya di dalam perusahaan Secara yuridis pekerja memang bebas, akan tetapi secara sosiologis pekerja adalah tidak bebas. Sebagai manusia yang tidak mempunyai bekal hidup lain daripada tenaganya, ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan pengusaha atau si pemberi kerjalah yang umunya menentukan syaratsyarat kerja itu. Tenaga pekerja yang terutama menjadi kepentingan pengusaha atau pemberi kerja merupakan suatu yang sedemikian

melekatnya pada pribadi pekerja, sehingga pekerja itu selalu mengikuti tenaganya ke tempat dan pada saat pengusaha memerlukannya serta mengeluarkannya atau memberikannya menurut kehendak pengusaha itu. Kenyataan menempatkan pekerja secara jasmaniah dan rohaniah dalam kedudukan yang tidak bebas. Memberikan perlindungan kepada pekerja terhadap kekuasaan pengusaha berarti menetapkan peraturan-peraturan yang memaksa pengusaha bertindak dalam batas-batas yang dibenarkan. Fungsi dan peranan pokok hukum ketenagakerjaan adalah pelaksanaan keadilan sosial dalam ketenagakerjaan dan dilaksanakan melalui penyelenggaraan pemberian perlindungan kepada pekerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas di pihak pengusaha, jelas pula bagaimana fungsi hukum ketenagakerjaan itu disamping peranan hukum ketenagakerjaan itu sendiri. Walaupun kepada pekerja dan pengusaha diberi kebebasan untuk mengadakan peraturan-peraturan yang tertentu, namun peraturanperaturan itu tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan dari pengusaha yang bermaksud mengadakan perlindungan itu. Oleh karena itu peraturan-peraturan pengusaha pada umumnya merupakan perintah atau larangan. Berdasarkan kenyataan inilah maka dalam perumusan arti kata ketenagakerjaan terdapat pula berbagai pendapat dari ahli-ahli hukum yaitu adanya perumusan yang menekankan arti kata ketenagakerjaan pada kedudukan para pekerja dan ada pula yang menekankannya pada pekerjaan. Perumusan di Indonesia menekankanya pada pekerjaan sesuai berlakunya Undang-Undang Kerja Nomor 1Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang Kerja Tahun 1948. Dimana dalam Pasal 1 dikatakan pekerjaan ialah pekerjaan yang dijalankan oleh pekerja untuk pengusaha dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah. Hubungan kerja yaitu hubungan antara pekerja dan pengusaha, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh para pekerja dan pengusaha, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dan pengusaha, dimana pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan membayar upah. Perjanjian ini disebut Perjanjian Kerja. Istilah Perjanjian Kerja ini menyatakan bahwa perjanjian ini mengenai kerja, karena timbulnya kewajiban satu pihak untuk bekerja dan di pihak lain kewajiban untuk pemberi kerja. Pengertian perjanjian kerja adalah berlainan dengan perjanjian ketenagakerjaan. Perjanjian kerja (KKB/PKB) selain memuat hak-hak atau dan atau kewajiban untuk melakukan pekerjaan, juga memuat syarat-syarat kerja. Perjanjian Kerja pada dasarnya harus memuat juga ketentuanketentuan yagn berkenan dengan hubungan kerja itu, yaitu hak dan kewajiban pekerja serta hak dan kewajiban pengusaha. Ketentuan-ketentuan ini dapat ditetapkan dalam suatu peraturan pengusaha/reglement, yang secara sepihak ditetapkan oleh pengusaha. Selanjutnya ketentuan-ketentuan

ini dapat pula ditetapkan dalam suatu perjanjian, hasil musyawarah antara organisasi pekerja dengan pihak pengusaha, perjanjian kerja (KKB/PKB). Disamping ini negara menjalankan peraturan-peraturan mengenai hak dan kewajiban pekerja maupun pengusaha yang harus dituruti kedua belah pihak. Untuk suatu perjanjian kerja tidak ditetapkan bentuk yang tertentu. Dapat dilakukan secara lisan. Perjanjian kerja biasanya memuat macam pekerjaan, lamanya perjanjian, besarnya upah masa cuti dan upah selama cuti. Dalam perjanjian kerja yang diadakan secara sukarela dan tertulis, tentunya pihak pengusaha akan berusaha tidak membuat banyak janji yang menguntungkan pekerja.Oleh sebab itu perlu adanya peraturan-peraturan secara lengkap yang menentukan atau memuat semua hak dan kewajiban dari kedua belah pihak.

Yang dikehendaki oleh pengusah sebagai azas melindungi pekerja, dalam ketentuan Undang-Undang. Pelaksanannya dilakukan dengan empat jalan :

1. Ketentuanketentuan yang sifatnya mengatur, yaitu memberi aturan mengenai berbagai soal yang akan berlaku, bila kedua belah pihak pekerja dan pengusaha tidak akan mengadakan aturan sendiri. 2. Diadakan ketentuan-ketentuan yang sifatnya memaksa yang tidak boleh dikesampingkan dengan merugikan pekerja. Jika penyimpangan dan merugikan pekerja, maka aturan yang ditetapkan kedua belah pihak menjadi batal. 3. Perlindungan yang sifatnya diantara mengatur dan memaksa, menetapkan jika ada penyimpangan dari ketentuan yang ada, harus dilaksanakan dengan eprjanjian tertulis, atau dicantumkan dalam peraturan pengusaha. 4. Adanya perlindungan bagi pihak pekerja yang lemah ekonominya terletak pada kekuasaan pengadilan yang tidak terdapat pada perjanjian lainnya. Misalnya : Suatu syarat dalam perjanjian kerja merupakan keganjilan, pengadilan berhak menghilangkan keganjilan itu. Perlindungan terhadap pameran tenaga sebagai perlindungan sosial, bentuk perlindungan terhadap kecelakaan sebagai perlindungan tehnis atau perlindungan keselamatan kerja. Perlindungan pekerja yang berbentuk perlindungan sosial, merupakan penjagaan agar pekerja melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan yang tidak hanya ditujukan terhadap pihak pengusaha yang hendak memeras tenaga pekerja tetapi juga ditujukan terhadap pihak pekerja sendiri. Yaitu apabila dan bilamana pekerja umpamanya hendak

menghabiskan tenaganya tanpa mengindahkan Undang-Undang kerja 1948, sebagaimana diuraikan dalam penjelasannya dimaksudkan sebagai UndangUndang Pokok (Lexgeneraly) perlindungan pekerja. Perundang-undangan ketenagakerjaan jaman Kolonial tetap kita berlakukan berdasarkan aturan peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut undang-undang Dasar ini.

Oleh : Made Ganis Santika No Kls : 10 : FB II/ IV

Anda mungkin juga menyukai