Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUHAN

A. Latar belakang
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Harlley, (1997) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan. Perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya (Fahri, 2010). Perawat profesional baik dalam lingkungan perawatan kesehatan institusional maupun komunitas mengembang tiga peran peran pelaksana, peran kepemimpinan dan peran peneliti. Meski tiap peran memiliki tanggung jawab khusus, peran-peran ini saling berhubungan satu dengan yang lain dan dapat ditemui pada semua posisi keperawatan, salah satunya memberikan asuhan keperawatan pada pasien sehingga perawat di samping pasien selama 24 jam berada dipasien (Suddaarth, 2001).

Air yang ada dalam tubuh berfungsi sebagai penggakut bahan makanan yang akan dibentuk menjadi sel-sel hidup yang diperlukan seluruh tubuh. Fungsi air yang lain adalah menggakut sel-sel mati untuk dibawa ke tempat pembuangan. Agar air terus mengalir dalam tubuh dan berfungsi secara maksimal maka pompa raksasa yang paling berperan dalam hal ini disebut jantung (Husen A, 2008). Tubuh manusia terdiri dari zat padat dan zat cair, distribusi cairan tubuh manusia dewasa, zat padat 40% dari berat badan, zat cair 60% dari berat badan. Zat cair 60% BB terdiri dari cairan intrasel 40% dari BB, cairan Ekstrasel 20% dari berat badan terdiri dari cairan intravaskuler 5 % dari BB, cairan interstisial 15% dari BB (Ery Leksana, 2010). Lebih dari 70% tubuh manusia isinya air, banyak orang berangapan bahwa tubuh manusia hanya sekedar sebuah mahkluk hidup. Anggapan tersebut sebenernya kurang tepat karena tubuh manusia merupakan suatu kelompok besar mahkluk hidup yang terdiri atas seratus triliun lebih sel yang hidup .Semua sel anggota kelompok besar ini bekerja sama bahumembahu untuk menjaga agar masingmasing bisa hidup dengan sehat, nyaman, aman dan damai ( Husen A . 2008). Dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit setiap tahun, 50% mendapat terapi intravena. Namun, terapi IV terjadi di lingkungan perawatan kesehatan : perawatan akut, perawatan emergensi, perawatan ambulatory, dan perawatan kesehatan di rumah. Hal ini membuat besarnya populasi yang berisiko terhadap infeksi yang berhubungan IV. Infeksi yang berhubungan dengan IV

terjadi dari kolonisasi kulit, kolonisasi port akses IV, dan larutan yang terkontaminasi. Alat-alat IV digunakan untuk pemberian cairan atau obat-obatan, untuk pemantauan hemodinamik, untuk pemeriksaan diagnostik, dan untuk mempertahankan fungsi jantung dan ginjal. Sistem kardiovaskuler (CV)

normalnya steril, jadi semua alat-alat dengan akses ke atau secara langsung kontak dengan system CV harus steril (Schaffer,2000). Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat di lakuakan melalui pemberian cairan peroral atau intravena. Tindakan keperawatan ini dilakukan dengan memberikan cairan melalui infus. Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan engan pembuluh darah. Pemberian cairan lewat infus dengan memasukan kedalam vena lengan (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safilika basilika dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak), salain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, pra danpasca bedah, sebelum transfusi darah.atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu (Alimun&Husrifatul ,2004). Kekurangan atau kelebihan cairan pada pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H Soewondo Kendal dapat di cegah bila perawat

melakukan pemberian cairan parenteral secara benar dan rutin pemantauannya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tgl 24-28 maret 2011 hal tersebut

belum sepenuhnya di lakukan. Perawat tidak memantau cairan yang masuk sesuai terapi yang di butuhkan pasien tiap hari, pengecekan dilakukan jika keluarga pasien datang karena infus macet atau habis. Ada juga perawat yang memberikan cairan parenteral secara perkiraan (perkiraan tetesan) sesuai kebutuhan terapi cairan parenteral, dengan alasan sudah biasa tetesan yang di alirkan 20 tetes per menit (Weinstein, 2001). Tetapi pada kenyataannya cairan parenteral habis sebelum atau kelebihan tidak sesuai kebutuhan pasien, tapi sering kali pasien yang lama selalu mengatur tetesan infus bila infus tidak jalan, tidak memberi tahu kepada perawat yang jaga. Periksa sisi fungsi sesuai dengan kebijakan institusi, lebih sering untuk pasien pediatrik, banyak fasilitas menganjurkan pemeriksaan tiap interval 2 sampai 4 jam. Periksa keseluruhan sistem IV setiap waktu, dari wadah IV sampai sisi pungsi : jumlah cairan, kecepatan cairan, integritas jalur (tidak ada kebocoran atau pemisahan), Posisi jalur halus (tidak ada tekukan; jauh dari lantai), Kondisi sisi IV, Kondisi proksimal vena sampai pada sisi IV (tidak ada phlebitis) (Weinstein, 2001). Pada penelitihan yang dilakukan di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal tahun 2007 tentang tingkat pengetahuan perawat dalam mengidentifikasi kejadian flebitis pada pemasanangan infus dengan sempel 83 perawat di dapatkan kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan perawat dalam mengidentifikasi tanda dan gejala plebitis sebagian besar cukup (54,2%), tingkat pengetahuan perawat mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian flebitis sebagian besar cukup (57,8%), tingkat pengetahuan perawat dalam mengidentifikasi skala

pengukuran plebitis sebagian besar cukup (55,4%), dan tingkat pengetahuan perawat dalam mengidentifikasi kejadian pada pemasangan infus adalah dalam rentang cukup (71,1%) (Lutfi, 2006). Penelitihan lain yang dilkukan oleh Alexius Ruswoko tahun 2005 di RSUD Dr. Moewardi surakarta, faktor lain yang turut mempengaruhi pemberian cairan adalah umur, jenis kelamin, kecepatan tetesan infus dan letak vena (Schmid, 2007). Hal ini menunjukkan adanya benang merah atau kurangnya kepatuhan perawat dalam pemantauan infus penelitihan yang telah dilakukan, dengan teori yang telah ada.

B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian fenomena di atas, maka peneliti ingin meneliti dan mendapatkan sebuah pertanyaan Bagaimana kepatuahan perawat dalam melakukan pemantauan pemberian cairan parenteral pada pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Soewondo Kendal.

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahuai kepatuhan perawat dalam pemantauan pemberian cairan parenteral pada pasien di Ruang Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H Soewondo Kendal.

2. Tujuan khusus Identifikasi kepatuhan perawat dalam melakukan pemantauan pemberian cairan parenteral di Ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H Soewondo Kendal.

D. Manfaat penelitian 1. Bagi rumah sakit Sebagai dasar kajian untuk evaluasi terhadap tindakan perawat dalam hal pemantauan pemberian cairan parenteral pada pasien. 2. Bagi perawat Sebagai wacana tentang kepatuhan dan tindakan perawat dalam pemberian cairan parenteral sehinggaperawat dapat melakukan tindakan pemberiaan cairan pada pasien lebih baik lagi. 3. Bagi peneliti selanjutnya

Menambah wawasan penelitihan tentang pemberian terapi cairan parenteral serta pelaksanaan tindakan pencegahan sehingga dijadikan bahan komperasi untuk penelitihan selanjutnya pada kajian yang sama di populasi atau tempat yang lebih luas dengan jumlah responden lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai