Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia)
(F.06.2)

Oleh : Crashana Siregar I1A008072

Pembimbing: dr. H. Akhyar Nawi Husin, Sp.KJ

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNLAM-RSUD dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin Oktober, 2012

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I. IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Bangsa Status Perkawinan MRS Tanggal : Ny. J : 45 tahun : Perempuan : Jl. Antasan Kecil Barat no 113 RT 12 Banjarmasin : SD : Tidak bekerja : Islam : Arab : Indonesia : Janda : 4 Oktober 2012

II. RIWAYAT PSIKIATRIK Diperoleh dari alloanamnesis dan autoanamanesis pada tanggal 4 Oktober 2012 pukul 14.00 WITA di bangsal jiwa RS dr.H.M. Ansyari Saleh Banjarmasin. Alloanamnesis diperoleh dari pihak kepolisian dan kakak pasien. Autoanamnesis didapatkan dari pasien sendiri, akan tetapi pasien agak susah diajak berkomunikasi dengan baik.

A. KELUHAN UTAMA Berdasarkan pihak kepolisian dan kakak pasien: mengamuk

Berdasarkan pasien KELUHAN TAMBAHAN Penyalahgunaan zat

: nyeri perut

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Alloanamnesis dengan pihak kepolisian: Briptu Agung Kristiono Os merupakan tahanan di polresta selama kurang lebih 3 bulan yang lalu. Os ditemukan dalam penggrebekan di suatu kamar penginapan (Losmen Kampung Melayu) bersama seorang perempuan dan seorang laki-laki. Bersamaan dengan mereka, ditemukan shabu-shabu dan bong (alat penghisap shabu), sehingga ketiganya ditahan di Polsek. Os sendiri ditahan di Polsek selama 4 hari, sebelum akhirnya dipindahkan ke tahanan perempuan di Polresta. Pada hasil pemeriksaan, ditemukan hasil tes urin positif amfetamin. Selama 4 hari di Polsek, os mengalami kejang pada hari ke tiga. Sebelumnya os terpeleset, terjatuh, dan kepalany terbentur ke kursi pemeriksaaan. Saat kejang, tangan os kaku, mata terbuka namun tidak mendelik ke atas, serta saat kejang pasien berteriak teriak (sadar). Kejang berlangsung 15 menit dan setelah keluarga pasien memberikan air minum dan minyak kayu putih, kejang berhenti. Setelah kejang, os tertidur. Saat dipindahkan ke Polresta, os juga pernah mengalami dua kali kejang dan mengamuk serta berteriak teriak. 2 minggu SMRS, pihak kepolisian mendapat kiriman surat dari keluarga os yang ada di Jakarta yang menyatakan bahwa os pernah dirawat di RS Ansari

Saleh bagian jiwa. Oleh karena itu, pihak kejaksaan mengamanatkan ke pihak kepolisian untuk melakukan observasi dan visum di RS Ansari Saleh.

Alloanamnesis dengan kakak kandung pasien: Ny. Fatmah Sehari hari, os adalah orang yang suka bergaul, ramah, rajin beribadah, dan suka membersihkan rumah. Saat ini os tidak mempunyai pekerjaan. Jika keluhan datang, os tidak dapat tidur. Jika diberi makan, makanan tersebut akan dibuang. Os sering nampak tertawa, menangis, dan menyanyi sendiri. Saat berbicara dengan orang lain, os sering tidak nyambung. Selama di dalam penjara (3 bulan), os berhenti meminum obat jiwa.

Autoanamnesis Os datang dengan keluhan sakit perut, pusing, dan sakit kepala. Os mengeluh sering lupa rakaat saat shalat dan mengeluhkan susah tidur sehingga tidurnya tidak normal dan. Sejak kecil sampai sekarang os sering bermimpi tentang ibunya yang mengajak dirinya untuk meninggal dunia. Os agak susah diajak berkomunikasi karena tidak menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesuai. Os mengatakan bahwa ia datang ke rumah sakit, tapi tidak tau rumah sakit apa dengan menggunakan sepeda motor yang dikendarai oleh keponakannya (yang sebenarnya adalah polisi). Os sering marah dan tersinggung jika os diganggu. Saat disinggung atau marah, os mendengar suara suara yang menyuruhnya untuk merusak barang, seperti memecahkan kaca. Os juga

mengaku pernah hendak bunuh diri karena melihat dan mendengar ada orang yang

yang menyuruh os untuk melakukannya. Os sering merasa curiga saat melihat orang banyak berkumpul dan berbicara, os curiga orang orang tersebut membicarakannya. Os mengaku dirinya adalah anak tiri (padahal os adalah anak kandung). Os selalu mengulang pernyataan aku ni kada handak menyakiti orang lain, aku kada apa-apa menyakiti diriku sorang. Cerita os berputar putar sehingga sulit untuk ditangkap.

C.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Alloanamnesis dengan kakak pasien: Ny. Fatmah Sejak usia 16 keluarga mengeluhkan os sering mengamuk berupa merusak barang, melukai orang lain, ataupun diri sendiri. Os pernah mencoba bunuh diri dengan melompat dari gedung dan dilihat orang lain. Sejak kecil, setiap kali ada masalah, os sering mengamuk. Saat kecil, os sering kejang dan saat kecil terakhir kejang umur 10 tahun. Pada usai 16 tahun, os sering dikejar kejar orang gila. Sejak saat itu, os menangis selama 1 minggu dan mengalami gangguan tidur sehingga os tidak tidur sampai os dibawa keluarga ke salah satu RSJ (keluarga tidak mengingat RSJ mana) lalu os diopname selama 3 bulan. Sewaktu pulang, os sudah lebih membaik dan rutin berobat jalan. Pada usia 18 tahun, os dinikahkan os dinikahkan secara paksa oleh keluarga yang tidak disukai os. Beberapa hari kemudian os namapak sering mengurung diri di kamar mandi dan berteriak teriak. Saat itu os tinggal di Jawa, karena keluarga merasa kasihan os dibawa kembali ke Kalimantan.

Os sering bersitegang dengan teman-temannya dan sering mengamuk sehingga beberapa kali masuk RSJ lagi. Obat tetap dikonsumsi rutin oleh os. Tahun 1995, os menikah dengan suami yang dipilih oleh os sendiri namun pada tahun 2000, suami os meninggal. Karena kejadian tersebut, os kembali masuk RSJ. Pada tahun 2009, os putus obat karena banyak keluarga os yang pindah ke Jakarta sehingga kurang ada yang mengontrol os untuk minum obat. Beberapa waktu kemudian, os pernah tiba-tiba keluyuran dan berbaring di jalanan sehinggan kembali masuk ke RSJ. Dulunya os pernah berdagang namun barang dagangan sering diberikan secara cuma-cuma ke pembeli sehingga keluarga tidak mengijinkan os untuk berdagang lagi. Dulunya os sering merenung, akan tetapi baik baik saja dan tidak mengamuk.

Autoanamnesis Sejak kecil, os mengaku sering tidak naik kelas sehingga sering dipukuli ibunya sampai kena kepala. Karena sering tidak naik kelas, os malu dengan teman-temannya dan menjadi mudah tersinggung. Os mengaku pernah 2 kali keguguran.

D.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal Penderita dilahirkan dengan normal, spontan dan cukup bulan, Penderita dilahirkan di rumah sakit, ditolong oleh bidan. Selama dalam

kandungan, ibu penderita tidak pernah menderita penyakit yang berat, tetapi ibu os sering berteriak - teriak. Penderita merupakan anak yang diharapkan. 2. Riwayat Masa Bayi (0-1 Tahun) Riwayat pertumbuhannya normal seperti anak seusianya, tetapi sering sakit, demam, dan kejang. 3. Riwayat masa Kanak-kanak (1-12 tahun) Autonomy vs shame and doubt (1-3 tahun): tidak didapatkan data yang cukup mendukung. Initiative vs guilt (3-6 tahun): tidak didapatkan data yang cukup mendukung. Industry vs inferiority (6-11 tahun): tidak didapatkan data yang cukup mendukung. Riwayat pertumbuhannya selama masa kanak-kanak normal. Penderita adalah anak yang ramah tetapi sering merenung. 4. Riwayat Masa Remaja Identity vs Role Diffusion (11 tahun-akhir). Penderita adalah anak yang mudah bergaul dengan teman sebayanya. Os sering mengamuk saat memiliki masalah yang dirasa berat. 5. Riwayat Pendidikan Pasien bersekolah SD pada umur 6 tahun, sering tidak naik kelas sehingga tidak menyelesaikan sekolah dasar. 6. Riwayat Pekerjaan

Pasien tidak bekerja. 7. Riwayat Perkawinan Pasien sudah menikah 2 kali, yang pertama berpisah. Suami yang keduam meninggal. Os tidak memiliki anak. E. RIWAYAT KELUARGA Genogram:

Herediter: : Paman pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien Keterangan Laki-laki Perempuan Pasien Istri pasien : : : : :
X X

Orang tua pasien meninggal : Anak Pasien :

F.

RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien tinggal dengan kakanya.

G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA Pasiena merasa dirinya sakit kepala dan perut, tetapi tidak merasa sakit jiwa. Os mengaku datang ke rumah sakit untuk berobat.

III. STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Pada 4 Oktober 2012, seorang wanita berumur 45 tahun berambut ikal hitam, menggunakan kaos warna hitam dan celana jeans biru tua. Os berkulit gelap, penampilan tampak kurang rapi. Saat ditanya oleh pemeriksa maka pasien menjawab dengan lambat, suara keras, tidak nyambung. Pasien bersikap kurang kooperatif, terdapat kontak antara pasien dan pemeriksa yang tidak wajar dan tidak dapat dipertahankan. Saat ditanya hari ini hari apa, tanggal berapa, siang atau malam, pasien tidak menjawab pertanyaan yang diajukan tetapi berkata kata yang lain. Pasien ditanya ini sedang berada dimana, dan menjawab ini di Rumah Sakit. Pasien ditanyakan diantar oleh siapa, pasien menjawab diantar oleh keponakannya yang sebenarnya adalah polisi.

Pasien tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang pasien jiwa (sedang sakit). Konsentrasi pasien tidak baik. Saat diminta menyebutkan kata meja, buku, kertas dan diminta mengulang kemudian ditanyakan hal lain dan diminta mengulang, pasien mampu mengulang kata-kata tersebut. Saat ditanyakan mengenai pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, merasa sesuatu atau tubuh pasien maupun lingkungan pasien berubah, pasien menjawab ada bayangan orang yang menyuruhnya untuk merusak barang dan bunuh diri. 2. Kesadaran Composmentis 3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Hiperaktif 4. Pembicaraan Inkoheren, tidak relevan. Suara keras, menjawab lambat, tetapi tidak berkesinambungan. 5. Sikap terhadap Pemeriksa Kurang kooperatif 6. Kontak Psikis Kontak ada, tidak wajar, dan tidak dapat dipertahankan.

B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF KESERASIAN SERTA HIDUP EMOSI 1. Afek (mood) 2. Ekspresi afektif 3. Keserasian 4. Hidup emosi Stabilitas Pengendalian Sungguh-sunnguh/tidak Empati Dalam-dangkal Arus emosi : tidak stabil : tidak terkendali : tidak sungguh-sungguh : tidak dapat dirabarasakan : tidak normal : cepat : hiperthym : gelisah : appropriate

C. FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran 2. Orientasi - Waktu - Tempat - Orang - Situasi 3. Konsentrasi 4. Daya Ingat : Jangka pendek : terganggu : baik : baik : terganggu : terganggu : terganggu : composmentis

10

Jangka panjang Segera

: terganggu : terganggu

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum : sesuai umur (pendidikan: SD) 6. Pikiran abstrak : terganggu

D. GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi :

o Auditorik dan visual : ada o Ilusi : tidak ada 2. Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada

E. PROSES PIKIR 1. Arus pikir a. Produktivitas : pasien menjawab pertanyaan dengan

lambat dari pemeriksa dan tidak nyambung. b. Kontinuitas : jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan

c. Hendaya berbahasa : ada 2. Isi Pikir a. Preocupasi : (+), ingin mengakhiri hidupnya, ingin melukai orang lain b. Gangguan pikiran : waham (+), waham curiga, waham kebesaran

11

F. PENGENDALIAN IMPULS Penderita tidak mampu mengendalikan emosi.

G. DAYA NILAI 1. Daya nilai sosal 2. Uji Daya nilai 3. Penilaian Realita : terganggu : terganggu : terganggu, dalam hal daya tilikan diri, empati

(tidak dapat dirabarasakan), gangguan persepsi (halusinasi auditori dan visual)

H. TILIKAN Derajat 1 : merasa dirinya tidak sakit.

I. TARAF DAPAT DIPERCAYA Tidak dapat dipercaya

IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 1. STATUS INTERNUS Keadaan umum Gizi Tanda vital : tampak sakit sedang : baik : TD = 110/80 mmHg
N = 80 x/menit RR = 19x/menit T = 36,5oC

12

Kepala Kulit Mata : warna sawo matang. : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sclera

tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya (+/+) Telinga : bentuk normal, sekret tidak ada, serumen minimal Hidung : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,

kotoran hidung minimal Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan

tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah, lidah tidak tremor. Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak

meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Thoraks Inspeksi : simetris Palpasi Perkusi : fremitus vokal simetris : sonor

Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen Inspeksi : tampak datar

Auskultasi : bising usus normal Perkusi Palpasi : timpani : nyeri tekan (-), hepar-lien-massa tidak teraba.

Ekstemitas : pergerakan bebas, tonus baik, atropi (-)

13

Superior Inferior

: edema -/- parese -/- tremor -/: edema -/- parese -/- tremor -/-

2. STATUS NEUROLOGIKUS N I XII Gejala rangsang meningeal Gejala TIK meningkat Refleks Fisiologis Refleks patologis : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan NAPZA

Amfetamin Benzodiazepin Opiat Tetrahidroksil Cannabinol

: non reaktif : non reaktif : non reaktif : non reaktif

Pemeriksaan Kimia Klinik GDP Ureum Kreatinin SGOT SGPT : 119 : 19,7 : 0,9 : 21 : 22

Kolesterol total: 315 Trigliserid : 113

14

HDL LDL

: 40 : 252,4

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Alloanamnesa Pasien mengalami gangguan jiwa sejak masa remaja berupa sering mengamuk saat ada masalah. Os ditangkap pihak kepolisian karena didapati di kamar hotel dengan shabu-shabu dan bong (alat penghisap shabu).. Pasien tampak sering gelisah. Pasien suka tertawa sendiri, bahkan mengamuk dan menyakiti diri sendiri. Autoanamnesa Perilaku dan aktivitas psikomotor hiperoaktif, afek hiperthym, ekspresi afektif labil dan gelisah, kontak ada, tidak wajar, tidak dapat dipertahankan, empati tidak dapat dirabarasakan, ada halusinasi audio dan visual, taraf dapat dipercaya, penilaian realitas terganggu dan tilikan derajat 2. SOSIAL/KELUARGA Stressor : masalah keluarga, pendidikan , dan kriminal.

VII.

DAFTAR MASALAH 1. ORGANOBIOLOGIK Demam. Hasil pemeriksaan kolesterol total: 315. Nilai normal: 120200 mg/dl

15

2. PSIKOLOGIK Afek hiperthym, ekspresi afektif yang gelisah, empati tidak dapat dirabarasakan, taraf tidak dipercaya, dan tilikan derajat 2. 3. SOSIAL/KELUARGA Stressor dalam keluarga karena masalah keluarga, pendidikan , dan kriminal.

VIII.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL 1. AKSIS I : F 20.0 dd F 20.5

2. AKSIS II : none 3. AKSIS III : dyspepsia, hiperkolesterolnemia 4. AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan pendidikan, keluarga,

interaksidengan hukum / kriminal 5. AKSIS V : GAF scale 50-41

IX.

RENCANA TERAPI Farmakoterapi Psikoterapi : Simvastatin 20 mg 1x1 : Suportif terhadap penderita dan keluarga dengan cara sugesti. Rehabilitasi : sesuai bakat dan minat penderita

X.

PROGNOSIS Diagnosis penyakit Perjalanan penyakit Ciri kepribadian : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam

16

Stressor psikososial Riwayat herediter Usia saat menderita Pendidikan Perkawinan Ekonomi Lingkungan sosial Organobiologi Pengobatan psikiatrik Ketaatan berobat Kesimpulan

: dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : malam

XI.

DISKUSI Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat

suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler, intoksifikasi obat). Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi). Dari sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional. Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit / gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk di antaranya adalah gangguan mental simtomatik, di mana pengaruh

17

terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit / gangguan sistemik di luar otak (ekstraserebral). Sindrom otak organic (SOO) ialah gangguan jiwa yang psikotik atau nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, dan sebagainya) atau yang terutama di luar otak atau tengkorak (misalnya tifus, endometritis, payah jantung, toxemia kehamilan, intoxikasi, dan sebagainya). Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkan. Bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokalisasi inilah yang menentukan gejala dan sindrom, bukan penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama sindrom otak organic akut ialah kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia pada sindrom otak organic menahun ialah demensia. Trauma kapitis dapat merupakan faktor pencetus (precipitating factor) bagi skizoprenia atau psikosa manic-depresif pada orang yang mempunyai predisposisi untuk ini, atau dapat mengaktivasi demensia paralitika. Gangguan jiwa yang dapat timbul secara akut karena rudapaksa kepala ialah: sindrom komosio, trauma traumatikum dan sindrom Korsakow. Gangguan jiwa yang menhaun mungkin primer karena trauma kapitis (perubahan kepribadian atau keadaan defek pasca trauma seperti ensefalopatia traumatikum

18

atau punch drunk dan epilepsia traumatikum), mungkin juga sekunder (psikonerosa). Pada pasien ini kemungkinan yang terjadi adalah koma traumatikum. Terjadi pada komosio yang hebat, pada kontusio atau laserasio serebri yaitu yang lama, dari beberapa jam sampai ebebrapa hari. Bila koma berlangsung lebih dari 24 jam biasanya sudah merupakan suatu kontusio yang berat. Sesudah koma mungkin terjadi stupor, mungkin juga penderita menjadi gelisah atau kesadarannya tetap tidak begitu tenang dan pelan pelan baru menjadi baik atau ia masuk ke dalam sindrom Korsakow. Sindrom Korsakow memiliki gejala gejala berupa konfabulasi, disorientasi, dan gangguan penerapan dan ingatan yang baru. Sering terdapat gejala gejala bercampuran dan pembagian tidak berbatas jelas. Gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh. Gambaran utama: 1. Gangguan fungsi kognitif, Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar (learning)

19

2.

Gangguan sensorium, Misalnya, ganggau kesadaran (consciousness) dan perhatian

(attention) 3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang: Persepsi (halusinasi) Isi pikiran (waham delusi) Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).

Berdasarkan anamnesa yang dilakukan secara alloanamnesa dan autoanamnesa serta pemeriksaan status mental, menunjukkan bahwa penderita berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III, didiagnosa sebagai Gangguan Mental Lainya Akibat Kerusakan dan Disfungi Otak dan Penyakit Fisik, Gangguan Waham Organik (Lir-Skizofrenia) (F.06.2). Pedoman diagnostik untuk Gangguan Mental Organik telah memenuhi yaitu: - Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum - Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau beberapa bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental - Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang mendasarinya

20

- Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stress sebagai pencetus) Pasien ini berusia 26 tahun gejalanya muncul kurang lebih 2 minggu yang lalu, dan sebelumnya penderita normal. Ini berarti merupakan serangan yang pertama kalinya. Pada pasien ini, memnuhi kriteria umum pertama, kedua, dan keempat. Pedoman diagnostik untuk gangguan waham organik adalah: - Kriteria umum F.06 - Disertai: waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh berubah, cemburu, penyakit, kematian dirinya atau orang lain) - Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada - Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu Pada pasien ini memenuhi kritera pertama, kedua, ketiga. Kriteria keempat sulit dievaluasi. Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena walaupun ketaatan berobat dan pengobatan psikiatriknya baik, namun dilihat dari penyakitnya yang baru pertama kali muncul dan kecurigaan adanya gangguan pada serebrovaskular akibat dari trauma kapitis yang dialami serta riwayat herediter, diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, stressor psikososial, dan pola keluarga yang buruk sehingga prognosanya kemungkinan mengarah ke arah yang lebih buruk.

21

Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan injeksi klorpromazin 100 mg jika perlu. Pasien juga mendapat terapi medika mentosa per oral klorpromazin 3x100 mg/hari yang merupakan obat anti psikotik yang berguna untuk menghindari terjadinya gejala peningkatan aktivitas fisik dan mental, kurang tidur serta ditambah dengan haloperidol 3x5mg, yang juga

sebagai anti psikotik yang mempunyai efek sedasi lemah dan membantu menghilangkan pikiran-pikiran tentang waham dan halusinasi serta ilusi yang mengganggu penderita. Selain itu juga diberikan trihexyphenidyl 3x2 mg untuk mencegah munculnya efek samping gejala Parkinson yaitu bradikinesia dan tremor. Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efek samping obat anti psikosis adalah: 1) sedasi dan inhibisi psikomotor, 2) gangguan otonomik (hipotensi ortostatik, antikolonergik berupa mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur; 3) gangguan endokrin 4) gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, dan sindrom Parkinson), 5) hepatotoksik. Sindrom Parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas. Efek samping ini ada yang cepat dan ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simptomatis untuk meringankan penderitaan pasien. Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksik

22

maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari pemeriksaan fisik. Usulan terapi selanjutnya yang dapat diajukan bila penderita telah agak tenang adalah psikoterapi untuk menguatkan mental penderita terutama dalam menghadapi masalah. Juga diperlukan rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan minat penderita. Rehabilitasi yang disesuaikan dengan bakat dan minat penderita. Psikoterapi dianjurkan pemberian support pada penderita dan keluarga agar mempercepat penyembuhan penderita dan untuk rehabilitasi disesuaikan dengan psikiatrik sehingga bisa dipilih metode yang sesuai. Usulan rencana berikutnya adalah pemeriksaan CT scan kepala untuk mengetahui apakah ada kelainan pada struktur cerebrovaskular pasien.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540. 2. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993. 3. Maslim, rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ketiga. BagianIlmu Kedokteran Jiwa FK Unika Ama Jaya. Jakarta, 2007. 4. Maramis WF, Maramis AA. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2.

Surabaya: Airlangga University Press: 2009.

24

Anda mungkin juga menyukai