Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KULIAH PENDIDIKAN PAUD NAMA : SADARIA NIM : 1205187567

1. Jelaskan hakikat AUD menurut SISDIKNAS dan naeyc ! 2. Jelaskan karakteristik AUD dan tujuan PAUD ! 3. Jelaskan 4 pilar pendidikan menurut UNISCO ! 4. Jelaskan tujuan khusus mengembangkan konsep diri, kontrol diri dan rasa memiliki !

Jawab : 1. Hakikat AUD menurut SISDIKNAS : UU. No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 14 menerangkan bahwa: "Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pembinaan ransangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut". UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 13,14,15, ayat 1: PAUD formal diselenggarakan di Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athfal (RA). PAUD non formal diselenggarakan di Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), Play Group (PG), Pos PAUD yang terintegrasi dengan posyandu, dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Sedangkan PAUD informal diselenggarakan dirumah oleh orang tua, home schooling. Hakikat AUD menurut NAEYC (National Assosiation Education for Young Children): Masa-masa awal kehidupan merupakan masa-masa belajar dengan slogan "Early Years are learning Years" (apapun yang anda ajarkan akan mudah ditiru dan dipelajarinya). Walaupun mereka belum dapat mengungkapkannya dengan baik, tetapi apa yang yang mereka pelajari lebih dari apa yang mereka bisa ucapkan. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek.

2. Karakteristik AUD : Pendidikan anak usia itu merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. Menurut UU Sisdiknas pasal 88 No 20/2003 ayat 1, karakteristik pendidikan anak usia dini itu dilaksanakan dari umur 0-6 tahun. Santi (2009:xi) mengemukakan karakteristik pendidikan anak usia dini yaitu: menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan seperti: 1. Fisik ( koordinasi motorik halus dan kasar) 2. Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan spritual) 3. Sosio-emosional ( sikap dan perilaku serta agama) 4. Bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui anak. Kesimpulan dari karakretistik pendidikan anaak usia dini di atas adalah bahwa anak usia dini itu berumur 0-6 tahun dan upaya pembinaan dititik beratkan pada fisik, kecerdasan, sosio-emosional dan bahasa. Tujuan PAUD : Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Tujuan pendidikan anak usia dini menurut Santoso ( 2002:25) agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuan intelektual, emosional,, spritual, moral dan fisik, secara optimal, sehingga menghasilkan generasi yang unggul dan mampu bersaing secara global. Menurut Sujiono ( 2009:42-43) secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah: 1. Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya. 2. Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima ransangan sensorik. 3. Anak mampu berfikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahhkan masalah, dan menemukan hubungan sebab akibat. 4. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa fasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berfikir dan belajar. 5. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.

Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai karya kreatif. Kesimpulan dari tujuan pendidikan anak usia dini di atas adalah: untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat bersaing secara global. 3. 4 pilar pendidikan menurut UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) Menurut UNESCO 4 pilar pendidikan yaitu : (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to live together, dan (4) Learning to be. Berikut penjelasan mengenai 4 pilar pendidikan menurut UNESCO. a. Learning to Know (belajar untuk menguasai) Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi. Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam maupun diluar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup berlangsung seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia. Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai berikut: a. Guru berperan sebagai sumber belajar Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran. Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi anak didiknya. b. Guru sebagai Fasilitator Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. c. Guru sebagai pengelola Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

6.

2. Learning to do (belajar untuk menerapkan) Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat/ mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan kerja generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industry (Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motorik yang kaku melainkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti controlling, monitoring, designing, organizing. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar Learning to do dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 3. Learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama) Kemajuan dunia dalam bidang IPTEK dan ekonomi yang mengubah dunia menjadi desa global ternyata tidak menghapus konflik antar manusia yang selalu mewarnai sejarah umat manusia. Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin merebak seperti konflik nasionalis, ras dan konflik antar agama. Apapun penyebabnya, semua konflik itu didasari oleh ketidakmampuan beberapa individu atau kelompok untuk menerima suatu perbedaan. Pendidikan dituntut untuk tidak hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dan kemampuan bekerja serta memecahkan masalah, melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, dan pengertian. Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman

tersebut terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi pilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.

4. Learning to be (belajar untuk menjadi) Tiga pilar pertama ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari informasi dan/ menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleran terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masingmasing peserta didik. Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

4. Tujuan khusus mengembangkan konsep diri, kontrol diri dan rasa memiliki : Dengan menanamkan pemahaman tentang pengembangan konsep diri, kontrol diri dan rasa memiliki pada peserta didik, seorang guru telah memberikan sesuatu yang sangat bermakna untuk bekal menghadapi kehidupan nyata yang akan dijumpai oleh anak muridnya. Dengan menanamkan konsep pengembangan diri, kontrol diri dan rasa memiliki, peserta didik akan mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan lebih baik, peserta didik diharapkan akn mampu menggali dan mengenali potensi-potensi yang dimilikinya hingga dapat menghasilkan sesuatu yang berguna baik di kehidupannya sekarang atau kehidupannya dimasa yang akan datang, peserta didik akan mampu mengendalikan dirinya dan menghargai apa yang ada di sekitarnya, serta menjaga dan merawat baik-baik apa yang dimilikinya. Bagi orang tua peserta didik, dengan dipelajarinya konsep pengembangan diri, kontrol diri dan rasa memiliki oleh peserta didik, tentunya memberikan efek yang besar bagi orng tua, orang tua harus bisa berperan lebih aktif dalam membantu dan memfasilitasi buah hati mereka dalam mengembankan potensi yang dimiliki buah hatinya,membantu anak dalam memberi pemahaman tentang mengontrol diri mereka dan menjaga baik-baik apa yang telah dimiliki dan apa yang ada disekitar mereka dengan sikap yang lebih bijak.

Anda mungkin juga menyukai