Anda di halaman 1dari 64

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Maka dari itu kelakuan remaja yang dikirakan akan lebih labil menjadi pantauan setiap orang tua agar tidak terjerumus hal-hal yang berbau negatif dengan cara memasukan anaknya ke dalam pondok pesantren. Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempattempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai. Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.

Di Palembang sendiri terdapat 28 pondok pesantren, yang diantaranya adalah :

Madrasah Al Haromain

Jl Almenoar 3 PALEMBANG Jl Lintas Tmr PALEMBANG

Pesantren Al Itifaqiah

Pesantren Ar Riyadh

Jl KH Azhari 59 RT 002 PALEMBANG

Pesantren Darul Muttaqin

Ds Tanjung Atap Oki PALEMBANG

Pesantren Gumi

Jl R Muhammad Pesant Gumi PALEMBANG Jl SM Badaruddin PALEMBANG

Pesantren Modern Sm Badarudin

Pesantren Nurul Qomar

Jl Perintis Kemerdekaan 57 PALEMBANG Jl Lunjuk Jaya Flat TNI AL PALEMBANG

Pondok Pesantren Al Amalul Khoir

Pondok Pesantren Hidayatullah

Jl Palembang Kayuagung Km 25 PALEMBANG

Pondok Pesantren Raudhatul Ulum

Ds Sakatiga PALEMBANG

Pondok Pesantren Walisongo

Jl Brigjen Slamet Riyadi 161 R PALEMBANG

Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

1.2

Masalah
Masalah yang terkait dengan tema rancangan :

1. Bangunan pondok pesantren yang suda ada belum mencirikan yang bernafaskan islam.

arsitektur

2. Penataan fasilitas yang ada dalam pesantren tidak teratur, sehingga terkesan tidak menyatu. 3. Minimnya sarana fasilitas yang disediakan dalam pesantren. 4. Penerapan nilai islami cendrung terlalu tidak diutamakan, penerapan terkadang hanya berupa peringatan atau teguran dari pihak pesantren. 5. Sirkulasi ruang asrama terlalu sempit, sehingga membuat santri/remaja cepat bosan dalam ruangan. 6. Lingkungan pondok pesantren yang kurang terawat.

1.3

Rumusan masalah
Berdasarkan pada uraian masalah di atas maka beberapa rumusannya

adalah : 1. Pemilihan bentuk bangunan yang tanggap terhadap iklim harmonis dengan lingkungan, sesuai nilai nilai Islam. 3

2. Penataan fasilitas yang ada sehingga menjadi bentuk yang menyatu dari segi fungsi, estetika maupun perancangan tapak ( keharmonisan dengan alam ). 3. Sarana dan faslitas yang direncanakan harus dapat menampung seluruh kegiatan yang ada dalam Pondok Pesantren Remaja. 4. Mengutamakan penerapan nilainilai Islami yang diwujudkan dalam bentuk fisik, tidak sekedar simbol dan tempelan, melainkan mengambil esensi dari arsitektur Islam dan dituangkan semua aspek perancangan. 5. Merancang ruangan. 6. Mendesain utilitas lingkungan yang bersih dan terhindar dari wabah penyakit sirkulasi ruang asrama yang luas dan penambahan ornamentornamen dalam ruang agar para santri/remaja tidak cepat bosan dalam

1.4

Tujuan Tujuan dari perancangan Pondok Pesantren Remaja ini adalah:


1. Merancang bangunan yang tanggap terhadap iklim harmonis dengan lingkungan, sesuai nilai nilai Islam. 2. Menata fasilitas yang ada dalam pesantren menjadi bentuk yang menyatu dari segi fungsi, estetika maupun perancangan tapak ( keharmonisan dengan alam ). 3. Menciptakan Sarana dan faslitas yang direncanakan harus dapat menampung seluruh kegiatan yang ada dalam Pondok Pesantren Remaja. 4. Menerapkan nilainilai Islami yang dalam bentuk fisik, tidak sekedar simbol dan tempelan, melainkan mengambil esensi dari arsitektur Islam dan dituangkan semua aspek perancangan. 5. Menciptakan sirkulasi ruang asrama yang luas dan penambahan ornament-ornamen dalam ruang agar para santri/remaja tidak cepat bosan dalam ruangan. 6. Menciptakan lingkungan yang bersih dan terhindar dari wabah penyakit

1.5

Ruang lingkup
4

Ruang lingkup perencanaan dan perancangan Pondok Pesantren ini ditujukan kepada pelaku utama, yaitu remaja. perilaku remaja saat ini cenderung mendekati perilaku yang negatif tidak memungkiri karena semakin berkembangnya era globalisasi gaya hidup dan perilaku remaja saat ini, di dalam sebuah pergaulan remaja indonesia sudah tercampur dengan gaya pergaulan dari luar, alhasil banyak kebudayaan indonesia tidak menjadi tradisi di kalangan remaja, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak di tujukan oleh seseorang sehingga dapat di sebutan dengan sesuatu tindakan sosial yang amat mendasar oleh sebagian manusia tindakan manusia tidak sama dengan perilaku sosial karna perilaku manusia adalah perilaku yang khusus di tunjukan oleh manusia. Dengan terlihatnya perilaku remaja saat ini, maka dirancanglah sebuah Pondok Pesantren Remaja di Palembang, yakni tempat pendidikan dengan bangunan bermassa banyak yang memiliki sarana pendidikan yang lengkap, memiliki fasilitas yang menjamin kelangsungan pendidikan, memiliki kegiatankegiatan untuk aktivitas remaja dan modern dan positif, dilengkapi dengan asrama untuk para siswa.

1.6

Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, adapun teknik

pengumpulan dan penyajian masing-masing jenis data adalah sebagai berikut. 1.6.1 Pengumpulan Data Primer Observasi Berupa pengamatan yang langsung dilakukan di wilayah studi. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan kawasan pesantren yang dituju, aktivitas pengguna dan penduduk sekitar, serta beberapa manfaat dari kawasan itu Foto Model visual berupa foto ini diperlukan untuk memperkuat fakta yang ada mengenai karakteristik di kawasan pesantren yang menjadi objek. 1.6.2 Pengumpulan data sekunder Survey institusional 5

Survei institusional dilakukan dengan mengadakan kunjungan untuk memperoleh data ke instansi yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan Studi Literatur . Kajian dapat dilakukan melalui buku-buku terkait, jurnal, artikel-artikel ataupun penelusuran melalui internet, sehingga peneliti memperoleh materi pembahasan yang lebih luas.

1.7 Kerangka berfikir

Latar belakang
Tingkah laku remaja. Pondok pesantren ,merupakan salah satu sarana untuk mendidik anak agar menjadi terpelajar dan tidak mengarah pada hal yang buruk

Perumusan masalah
Merencanakan pondok pesantren ditinjau dari kenyamanan penggunanya. Merencanakan pondok pesantren dengan fasilitas yang lengkap

Maksud & Tujuan


Merencanakan sebuah Pondok Pesantren Remaja dengan fasilitas yang lengkap serta nyaman bagi penggunanya

Berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan pondok pesantren Membuat konsep berdasarkan data analisis dan membuat sarana yang sesuai dengan Data analisis rancangan Data Berdasarkan objek sejenis yang ada di kota Palembang Menganalisis objek yang ada di Palembang untuk merencanakan bangunan yang akan 6 dirancang

Tinjauan pustaka Kesimpulan

BAB II DSASAR-DASAR METEDOLOGI


2.1 Azaz-azaz perancangan Dalam Perencanaan pesantren remaja ini mengacu pada beberapa azaz diantaranya : Filosofi Bangunan Dalam merancang, filosofi bangunan merupakan unsur yang dipakai untuk menganalisa aspek-aspek ke-arsitekturan, sehingga di dapat satu bentuk hasil rancangan yang memenuhi kaidah-kaidah arsitektur serta dapat mencapai target atau sasaran yang akan dituju. Filosofi bangunan tersebut diharapkan mampu menjadi mediator dalam menilai suatu karya arsitektur, dengan kata lain hasil rancangan yang ada dapat dinilai oleh masyarakat secara langsung untuk menjadi ciri khas bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Konsep Perancangan Penyusunan konsep perencanaan dan dasar perancangan bertujuan untuk memeperoleh gambaran yang dapat dipakai untuk landasan kerja aspek teknis. Konsep yang ini diperoleh melalui pendekatan-pendekatan istilah Problem permasalahan lebih dikenal dengan

Seeking.Penyelusuran masalah merupakan kunci dari pembuatan suatu Konsep Perancangan. Kenapa demikian ? jawabannya sangat sederhana ; tanpa ada masalah tidak akan ada perencanaan, karena itu menentukan masalah merupakan hal penting dalam menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Jadi Konsep Dasar dari perancangan dapat diartikan sebagai menelusuri dan menetapkan masalah. Konsep Masa Bangunan 7

Konsep masa bangunan yang dirancang lahir dari kriteria fungsi, struktur, konstruksi, utilitas dan rencana bahan, sehingga mencapai bentuk arsitektur yang maksimal serta memenuhi norma-norma yang terkandung dalam arsitektur seperti unsur sains, teknologi dan seni.

2.1.1

Dasar Perancangan

Desain Terpadu. Arsitektur lansekap dan desain harus terintegrasi dengan semua disiplin ilmu desain proyek dalam rangka untuk mengoptimalkan kinerja bangunan dan estetika. Sensitivitas lingkungan. Pengaturan alami dari situs, kontur dan vegetasi harus dilihat sebagai aset yang harus dipertahankan dan ditenun menjadi desain sebanyak mungkin. Dalam pengaturan termasuk bangunan bersejarah, berdampingan properti bersejarah, atau dekat dengan properti bersejarah yang akan terpengaruh oleh konstruksi GSA, desain review eksternal, termasuk partisipasi masyarakat, diperlukan bawah Pasal 106 dari Undang-Undang Pelestarian Sejarah Nasional dan juga mungkin diperlukan di bawah Undang-undang Kebijakan Lingkungan Nasional. Tinjauan kepatuhan harus dikoordinasikan, melalui Petugas Pelestarian Daerah bersejarah, awal dan sesering waran kompleksitas proyek, sehingga komentar dapat secara efektif ditangani selama desain. Konteks perkotaan. Fasilitas desain dan orientasi harus konsisten dengan pola pembangunan yang ada dan yang direncanakan dan menggunakan dekatnya. Eksterior bangunan harus konsisten dengan pedoman yang ada desain lokal. Apabila diperlukan, tim proyek harus membantu untuk mengembangkan pedoman desain untuk proyek dan situs berkembang tetangga. Konfigurasi Dasar dan Penempatan Core. Perencanaan untuk inti harus mempertimbangkan kedalaman ruang occupiable didirikan oleh dinding inti dan eksterior. Kedalaman optimum ruang occupiable (ruang antara inti dan dinding jendela) di gedung perkantoran sekitar 12.000 mm (40 kaki) untuk menyediakan akses untuk siang hari. 2.2 Metode Perancangan

Esensi metode perancangan arsitektur: Keberadaan karya arsitektur harus dapat membawa makna manifestasi kehidupan dalam bentuk/ekspresi. Maka dari itu karya arsitektur harus mengandung:

Keindahan Kekuatan Keteduhan Keharmonisan Keamanan

Dalam fisik bangunan keterpaduan:


Fungsi Tata ruang Struktur Kenyamanan Interior Mekanikal/ elektrikal Utilitas Bentuk

Karya arsitektur berhasil maka: Terjadi KOMUNIKASI arsitektur yang serasi antara karya arsitektur dengan pengguna/ pengamat. Pengamat sesuai FUNGSI BANGUNAN ARSITEKTUR

Komunikasi arsitektur terjadi bila mencakup dua hal:

Bagaimana karya suatu arsitektur dapat mengekspresikan fungsi dan misi yang dikandungnya Bagaimana pengamat menyadari , memahami, dan menerima apa yang di komukasikan oleh karya arsitektur, kemudian membuat respon terhadap ekspresi karya arsitektur.

Sedangkan tingkat persepsi dan penafsiran karya arsitektur yang dilakukan pengamat/pengguna tergantung:

Tingkat pengalaman Kemampuan pribadi Faktor emosional Sosio kultural pengamat

Untuk memproduksi karya arsitektur yang bermakna perlu ada metode perancangan arsitektur, yaitu: Teori/cara tentang bagaiman seorang harus melakukan perancangan, yang diarahkan pada jaminan bahwa bangunan akan memberi tujuan tertentu. Konsep: Gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam keseluruhan. Dalam arsitektur konsep mengungkapkan syarat-syarat suatu rencana kontektual, dan keyakinan (keputusan) yang dipadukan (sintesa) James C. Snyder: konsep adalah pemikiran yang spesifik bertolak dari hasil pemahaman serta penggabungan beberapa unsur yang spesifik yang langsung berpengaruh pada desain. Contoh: Stadion = arus penonton = pola sirkulasi Exhibition = sirkulasi pameran. 10

Konsep dalam arsitektur mempunyai makna sebagai berikut:

Konsep = ide abstrak, gamabaran cara memnuhi program pembangunan yang didasarkan atas impresi + informasi yang dinyatakan secara grafis (sketsa ide) rancangan dikembangkan.

Konsep = strategi sesuatu untuk mewujudkan karya yang bertolak dari tuntutan dan kebutuhan.

Konsep = persepsi tentang bentuk dari hasil analisa probela (dari analisa problema persepsi bentuk)

Konsep cerminan yang mengandung sikap (attitude) dari perancang

Program terdiri dari:


Kebutuhan = kuantitatif Pesyaratan = kulitatif

Dalam pengertian luass program = persyaratan Program yang dipersiapkan dengan teliti dan penuh daya cipta akan menghasilkan bangunan yang jelas, enak dipakai (berfungsi baik) dan lengkap. Program hanya meliputi persyaratan khusus yang sudah pasti. Cara menemukan gambaran program desain yang dikehendaki oleh suatu bangunan harus memenuhi fungsi dan citra tertentu, untuk itu perlu PROSES. PROSES (Proses perancangan arsitektur) memuat:

Identifikasi Konsep Program

2.3

Tahap perancangan

Tahap-tahap Proses Perancangan


11

Guna lebih mengerti apakah perancangan itu, bisa ditelusuri prosesnya dari awal sampai akhir. Dari sedemikian banyak bagan tentang proses merancang, dicoba untuk membahas yang umumnya paling banyak digunakan.

1. Model bagan yang digunakan oleh Asosiasi Profesi Arsitek Inggris.

ASIMILASI

STUDI UMUM

PENGEMBANGAN

KOMUNIKASI

Ada 4 (empat) tahap pembagian dalam Proses Perancangan ini: I. II. III. IV. Asimilasi : mencakup pengumpulan, pengaturan informasi umum dan informasi khusus yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Studi Umum : meliputi penyelidikan mengenai sifat masalah. Penyelidikan mengenai cara-cara memecahkannya. Pengembangan : yaitu tentang pengolahan sebuah atau beberapa beberapa buah pemecahan hasil tahap II. Presentasi : yakni penyampaian sebuah atau beberapa buah pemecahan kepada pihak-pihak di dalam atau di luar tim perancangan.

Meskipun

tahap

tersebut

bisa

dibuat

sidak

berturutan,

namun

sebaiknya

pengembangan sebuah perancangan secara menyeluruh bergerak dari tahap I ke tahap IV tersebut di atas. Pada prinsipnya, yang dikemukakan oleh bagan ini ialah 12

bahwa perancang harus mengumpulkan informasi mengenai sebuah masalah, mempelajarinya, mempelajarinya, mencari sebuah pemecahan, dan menggambarkannya.

2. Bagan Menurut Markus (1969) dan Maver (1970)

Analisis

Sintesis

Penilaian

Keputusa n

USUL

Analisis

Sintesis

Penilaian

PERANKeputusa CANGAN n PENGEMBAN Keputusa GAN PERANCANG n AN

Analisis

Sintesis

Penilaian

Suatu persepsi lengkap mengenai Metode Perancangan membutuhkan urutan keputusan dan sebuah urutan tahap perancangan. Urutan pengambilan keputusan melalui analisis, sintesis, penilaian dan pengambilan keputusan pada tiap tahap makin mendetail. Analisis meliputi penjajakan kaitan-kaitan, pencarian polapola dalam informasi yang tersedia dan pengklasifikasian maksud dan tujuan. Analisis mencakup pengaturan dan pembuatan pola-pola masalah. Sintesis adalah usaha untuk bergerak maju dan menciptakan sebuah jawaban atas masalah. Pada hakekatnya sintesis melahirkan pemecahan. Penilaian meliputi kritik 13

terhadap pemecahan-pemecahan yang diusulkan memenuhi maksud dan tujuan yang diperoleh dari tahap analisis. Seorang arsitek terutama belajar dri contoh dan praktek. Keberhasilan diukur berdasarkan kecocokan pemecaan masalah untuk situasi dan kondisi tertentu dan bukan berdasarkan metode yang ia gunakan untuk memperoleh penyeesaian tersebut. Sedangkan yang dinilai pada seorang ilmuwan adalah kemampuan penerapan dan peragaan konsep-konsep dan metode-metode yang dipelajarinya untuk mencapai kebenaran mutlak.

3. Bagan berasarkan Pola Darke (1978)

Pembangkit Praduga mengenai segi masalah yang tampak penting.

Pengolahan Pengembangan sebuah rancangan kasar atas dasar praduga.

Penganalisaa n Pemecahan rancangan kasar untuk menemukan segi-segi masalah yang berikut.

4. Penggabungan atau Penyederhanaan dari beberapa bagan.

Penguraia nn

Analisis

Sintesis

Evaluasi

Pada kenyataannya, dalam praktek seringkali lebih efektif menjelaskan dulu kebutuhan kelompok pemakai (misalnya, apakah itu Rumah Sakit, Hotel, Sekolah, 14

perkantoran, mall, pabrik, dsb.). Juga bagi pemberi tugas sering lebih mudah menyampaikan keinginannya dengan jalan bereaksi terhadap sebuah perancangan awal, daripada menyusun sendiri sebuah perincian menyeluruh yang kompleks atau abstrak.

Masalah dan Pemecahan Salah satu ciri hakiki masalah perancangan adalah bahwa masalah sering tidak tampak dan harus ditemukan, baik tujuan maupun rintangan untuk mencapai tujuan tidak jelas. Citra umum mengenai perancangan adalah penciptaan lingkungan ideal, bukan sekadar bersifat pekerjaan perbaikan lingkungan yang ada semata. Sebuah perancangan sering membutuhkan pemecahan terpadu beberapa persyaratan. Contoh, pada sebuah bangunan, sebuah jendela sekaligus harus memenuhi beberapa persyaratan seperti memasukkan terang hari, memberi pemandangan, menjaga privacy dan memberi dan memberi kemungkinan untuk peredaran udara. Sebagai sebuah lubang pada dinding luar, sebuah jendela dapat menimbulkan masalah struktural, sumber panas dan transmisi suara serta dengan demikian merupakan salah satu masalah yang kompleks. dalil fisika, psikofisika dan psikologi. Ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk menangani setiap masalah jendela dengan menerapkan dalilNamun metode ilmu pengetahuan ternyata tidak banyak membantu perancang, karena masalah-masalah perancang adalah multidimensional dan interaktif. Memperbesar jendela dapat memasukkan terang hari lebih banyak dan memberi pemandangan yang lebih baik, tapi juga dapat menabah panas masuk dsn mengurangi privacy. Bukan factor-faktor itu sendiri namun saling keterkaitan semua faktor inilah inti masalah perancangan. Perihal lain yang tidak kalah pentingnya adalah masalah nilai. Bagaimana kita mempertimbangkan pula nilai-nilai yang di lingkungan/kehidpan masyarakat setempat. Seperti yang menyangkut rancangan suatu komplek perumahan, sekolah-sekolah baru, menata jalan-jalan baru, dsb. Contoh lain pula, peletakan sebuah pelabuhan udara baru, dapat memberi gambaran betapa kompleks 15

akibatnya bagi pihak yang lain. Sehingga harus melibatkan semua pihak dalam proses-proses perancangan seperti itu. Salah satu lagi contoh menerapkan metode perancangan arsitekturnya, tentang agaimana merancang Bentuk Ruang Sirkulasi. Yang memerrlukan tahapan-tahapan mulai dari pencarian informasi, studi umum, analisis, sintesis, kemudian sampai pengambilan keputusan atau evaluasi.

Contoh dalam Meancang Ruang Sirkulasi Ruang-ruang sirkulasi membentuk bagian yang tak dapat dipisahkan dari setiap organisasi bangunan dan memohon tempatnya yang cukup besar di dalam ruang bangunan. Jika dilihat sebagai alat penghubung se-mata2, maka jalan-jalan sirkulasi tidak akan ada akhirnya, ruang-ruang semacam lorong-lorong. Namun bentuk dan skala suatu ruang sirkulasi harus menampung gerak manusia pada waktu mereka berkeliling, berhenti sejenak, beristirahat atau menikmati pemandangan sepanjang jalannya. Bentuk sebuah ruang sirkulasi dapat bermacam-macam menurut bagaimana: 1. Batas-batasnya ditentukan; 2. Bentuknya berkaitan dengan bentuk ruang yang dihubungkan. 3. Kualitas skala, proporsi, cahayadan pandangan dipertegas; 4. Jalan masuk ke dalamnya terbuka; 5. Cara menangani perubahan-perubahan permukaan lantai dengan tanggatangga dan ramp-ramp. Ruang sirkulasi dapat: 1. TERTUTUP, membentuk sebuah lorong yang berkaitan dengan ruang-ruang dihubungkan melalui pint-pintu masuk pada bidang dinding. 2. TERBUKA PADA SALAH SATU SISI, untuk memberikan kontinyuitas visual maupun ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkan. 3. TERBUKA PADA KEDUA SISINYA, menjadi perluasan fisik dari ruamg yang ditembusnya. 16

Lebar dan tinggi dari suatu ruang sirkulasi harus sebanding dengan macam dan jumlah lalu lintas yang ditampungnya. Sebuah jalan yang sempit dan tertutup akan merangsang gerak. Sebuah jalan dapat diperlebar tidak hanya untuk menampung lebih banyak lalu lintas, tetapi untuk menciptakan tempat-tempat untuk berhenti sejenak, beristirahat dan menikmati pemandangan. Jalan dapat diperbesar dengan melebarkannya dengan ruang-ruang yang ditembusnya. Di dalam sebuah ruang yang luas, sebuah jalan dapat berbentuk bebas, tanpa bentuk dan batasan dan ditentukan oleh aktivitas di dalam ruangnya.

Penyebab Masalah Perancangan Contoh lain dari adanya penyebab masalah perancangan, misalnya tentang pembangunan sebuah rumah. Pemberi tugas (owner) mengharapkan dari seorang arsitek bukan hanya sekadar sebuah rumah dengan ruang-ruang yang cocok ukuran dan hubungan satu sama lain , namun juga pertimbanganpertimbangan mengeai bentuk, ruang dan gaya. Sebaliknya arsitek pun mengharapkan diberi kebebasan dalam perumusan masalah perancangan, bahkan untuk membandingkannya dengan masalah-masalah yang pernah di hadapi sebelumnya. Selain pemberi tugas, perancang dan pemakai bangunan, ada sebuah kelompok terakhir, yakni para pengatur. Auran ini mencakup: 1) standar-standar, antara lain meliputi syarat-syarat keamanan, utilitas dan wujud bangunan; 2) kode-kode praktek yang ditentukan oleh Dinas Pemadam Kebakaran, pengawas bangunan, dan penata kota; 3) Garis-garis penuntun dan rekomendasi mengenai keselamatan kerja, kesehatan, peraturan listrik, air KONSEP DESAIN Tujuan: Untuk membuat desain singkat yang memenuhi & melebihi harapan anda. PENGEMBANGAN DESAIN Tujuan:

17

Untuk mengatasi & mengubah sketsa konsep awal dan menyusun rencana awal, elevasi dan sketsa untuk diperiksa. Meningkatkan tingkat rinci ditunjukan pada gambar. PENGEMBANGAN APLIKASI (DA) Tujuan: Untuk kemajuan proyek anda melalui pengembangan proses persetujuan dengan sedikit rewel dan perubahan lebih sedikit mungkin PERSETUJUAN KONSTRUKSI (CC) Tujuan: Persetujuan konstruksi umumnya langkah ini adalah hanya formalitas dibandingkan dengan persetujuan proses pembangunan DOKUMEN TENDER & proses tender Tujuan: Untuk memberikan dokumen rinci untuk tender konstruksi. Memenuhi & memperbaiki konsep desain asli KONTRAK ADMIN / JASA KONSTRUKSI SELAMA Tujuan: Untuk secara teratur memeriksa bekerja untuk perbandingan terhadap disetujui dewan gambar dan dokumen tender. Untuk membuat perubahan desain & detail ketika dibutuhkan dan membantu dalam menyelesaikan masalah bangunan.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1

Pengertian perencanaan 18

Perencanaan adalah suatu proses yang melibatkan penentuan sasaran atau tujuan organisasi, menyusun strategi yang menyeluruh untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, dan mengembangkan hierarki rencana secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan. Maksud dari perencanaan adalah untuk memberikan arah, mengurangi dampak perubahan, memperkecil pemborosan, dan untuk menentukan standar yang digunakan dalam pengendalian (Robbins dan Coulter, 1999, p200). Perencanaan juga merupakan sebuah analisis yang menyeluruh dan sistematis dalam mengembangkan sebuah rencana kegiatan (Ward, 2002, p69). Jadi dapat disimpulkan, perencanaan adalah suatu proses pengembangan dan pengkoordinasian secara menyeluruh dari apa yang sudah ada sekarang untuk menjadi lebih baik agar dapat mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. D. Conyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang. MT Todaro (Economic Development, 7 th ed., 2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonom dalam jangka panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju pertumbuhan berbagai variable ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan pembangunan yang tela ditentukan sebelumnya. Jhingan: Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai sasaran social, politik atau lainnya. 19

3.1.2

Elemen perencanaan Merencanakan berarti memilih: Memilih berbagai alternatif tujuan agar tercapai kondisi yang lebih baik. Memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut.

Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya: SDA, SDM, Modal. Sumber daya terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber daya sebaik mungkin. Konsekuensi: pengumpulan dan analisis data dan informasi mengenai ketersediaan sumber daya yang ada menjadi sangat penting. sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran

Perencanaan

Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembuatan tujuan antara lain: Tujuan tidak terdefinisikan dengan baik. Tujuan tidak realistik. Perencanaan cenderung lebih dari satu tujuan, kadang tidak konsisten satu sama lain. Tujuan dipertanyakan atau tidak sesuai dengan tujuan pengambil keputusan lain (Mis: DPRD). Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, yang berkaitan dengan: Proyeksi/prediksi. Penjadwalan kegiatan. Monitoring dan evaluasi.

Ciri-ciri perencanaan: Bersifat Publik Berorientasi masa depan Strategis Deliberate/sengaja/kesepakatan 20

Terhubung pada tindakan Untuk mengatasi kegagalan pasar. Memobilisasi dan alokasi sumberdaya. Mengatasi dampak psykologies dan sikap/pendirian. Mencari solusi untuk mendapatkan sumber dana.

Peranan Perencanaan

Jenis Perencanaan (Conyers & Hills) Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals) Lingkup Kegiatan Perencanaan (The Scope of Planning Activities) Tingkatan Spatial dari Kegiatan Perencanaan (The Spatial Level of Planning Activity) Tingkatan Operational dari Kegiatan Perencanaan (The Oprational Level of Planning Activity)
Tujuan Perencanaan (The nature of Planning Goals)

War-time Planning: Perencanaan pada saat darurat. Town and Country Planning (Land-use planning, physical planning, urban and regional planning): berkaitan dengan alokasi tanah dari berbagai fungsi/kegiatan di daerah.

Anticyclical Planning: ditujukan untuk menjaga stabilitas perekonomian national


3.2

Development Planning

Pengertian Umum 21

Pesantren dijawa madura hotel; asrama; atau

dikenal dengan

nama pondok atau pondok

pesantren. Istilah pondok berasal dari kata funduk (bahasa Arab) yang berarti gubug. Istilah santri berasal dari kata Shastra(i) (bahasa tamil ) yang berarti seorang ahli buku suci (hindu). Dalam dunia pesantren istilah santri ialah murid pesantren yang biasanya tinggal atau belajar dipondok tersebut. Jadi pondok pesantren berarti bangunan / komplek bangunan tempat nyantri atau mengaji ilmu agama. Terdapat beberapa pengertian pondok pesantren, antara lain : 1. Asrama pendidikan islam Tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan dibawah bimbingan seorang atau lebih guru (kyai). (Dhofier, 1982, hal 19) 2. Lembaga pendidikan keagamaan yang mengajarkan mengembangkan, dan menyebarkan ajaran agama islam. (Raharjo, 1974). 3. Lembaga pendidikan yang mendidik insan insan teladan yang dengan ilmunya menyebar luaskan dan mengamalkan islam. (Himpunan makalah ciampera Bogor) 4. Merupakan Agent of change terhadap masyarakat sekitarnya , sebagai lembaga perantara yang di harapakan berperan sebagai dinamisator dan bidang sosial, ekonomi, katalisator pembangunan masyarakat desa dalam kebudayaan dan agama, (Sulaiman, 1985, hal 245). 5. Lembaga pendidikan islam yang umumnya dilakukan dengan cara non klasikal, pengajaranya seseorang yang menguasai ilmu agama islam klasik (H.M. Yacub, M.Ed. , 1985, hal 65).

3.2.1 Sejarah pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren Lahirnya pondok pesantren yang bisa disebut juga sebagai tumbuhnya tradisi keilmuan di pesantren mulai berkembang dalam kurun waktu tertentu antara permulaan abad XVI hingga permulaan abad XX. Suatu kurun waktu tertentu yang dalam perjalanan sejarah Islam mempunyai kondisi tertentu. Khusus untuk Indonesia abad XV merupakan permulaan penyebaran islam 22

yang lebih luas.jadi apabila disepakati bahwa pesantren

yang pertama

didirikan oleh para wali songo sekitar abad XV dan awal abad XVI. Maka saat itu pesantren pesantren merupakan Embrio. Era baru kemudian menyusul setelah kedatangan belanda pada akhir abad XVI. Lembaga yang bernama mandala atau pariyatan semacam

pesantren di jaman hindu budha. Akhirnya oleh para wali songo diambil alih dan dijadikan sebagai alat penting dalam penyebaran agama islam di Indonesia. Terutama di pulau Jawa. Apabila nama mandala pariyatan diganti dengan pondok pesantren. Yang menurut pengamat bukan hanya merupakan manifestasi dari keislaman, tetapi juga suatu yang bersifat Indonesia. Akibatnya kita bisa menyebutkan bahwa pondok pesantren adalah hasil penyerapan akulturasi dari masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan Hindu budha dan kebudayaan Indonesia, yang kemudian menjelmakan suatu lembaga lain, dengan nama Indonesia yang berbeda dengan yang dijumpai di India dan Arab. Tumbuhnya pondok pesantren setelah jaman wali songo adalah lebih banyak diawali dengan bermikmnya seorang kyai pada sebuah desa. Di desa ini dia mendirikan langgar untuk digunakan sebagai tempat shalat Berjamaah setiap menjelang atau selesai shalat, kyai mengadakan pengajian sekedarnya. Berkat cara yang menarik, sifatnya yang ikhlas dan prilakunya yang baik, mampu menarik jamaah mulai dari beberapa orang yang kemudian bertambah banyak. Bahkan akhirnya banyak yang menitipkan anak anaknya kepada kyai. Sehingga terbentuklah pondok tempat tinggal dan mengaji santri tersebut. Secara garis besar pesantren dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. PesantrenTradisional Yaitu pesantren yang masih mempertahankan system pengajaran tradisional dengan materi pengajaran kitab kitab klasik yang disebut kitab kuning. Diantara pesantren pesantren ini ada yang mengelola madrasah, bahkan juga sekolah sekolah mulai dari umum, mulai dari tingakat dasar sampai tingkat menengah. Danada pula pesantren besar yang sampia ke 23

perguruan tinggi. Murid murid dan mahasiswa diperbolehkan tinggal di pondok atau di luar tetapi mereka diwajibkan mengikuti pengajaran kitab kitab dengan sorogan (bimbingan individual) atau bandungan(ceramah umum atau majelis talim) sesuai dengan tingkatanya masing-masing.

2.

Pesantren modern Merupakan pesantren yang berusaha mengintegrasikan secara penuh

system klasikal dan sekolah kedalam pondok pesantren. Semua santri yang masuk pondok terbagi dalam tingkatan kelas pengajian kitab kiatab klasik tidak lagi menonjol. Bahkan hanya sebagai pelengkap,tetapi berubah mata pelajaran atau bidang studi, begitu juga dengan system yang diterapkan seperti cara sorogan dan bandungan mulai berubah menjadi individual dalam hal belajar dan kuliah secara umum. Jenis-jenis Pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat antara lain adalah : 1. Pondok pesantren salaf (tradisional), Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren salaf memang lebih sering menerapkan model sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah mengerjakan shalat fardhu. 2. Pesantren khalaf adalah lembaga pesantren yang memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum madrasah yang dikembangkan, atau pesantren yang menyelenggarakan tipe sekolah-sekolah umum seperti; MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA/SMK dan bahkan PT dalam lingkungannya (Depag, 2003: 87). Dengan demikian pesantren modern merupakan pendidikan 24

pesantren yang diperbaharui atau dimodernkan pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah. 3.2.2 Tujuan dan fungsi pondok pesantren

25

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan swasta yang didirikan oleh seorang Kyai sebagai figure sentral yang berdaulat menetapkan tujuan pendidikan pondoknya. Tujuan pendidikan pesantren menurut Mastuhu adalah menciptakan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia bermanfaat bagi masyarakat atau berhikmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau menjadi abdi masyarakat mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia. Idealnya pengembangankepribadian yang ingin di tuju ialah kepribadian mukhsin, bukan sekedar muslim.

26

Sedangkan menurut M.Arifin bahwa tujuan didirikannnya pendidikan pesantren pada dasarnya terbagi pada dua yaitu a. Tujuan Khusus Yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. b. Tujuan Umum Yakni membimbing anak didik agar menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar dan melalui ilmu dan amalnya. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam keputusan Musyawarah/Lokakarya intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren yang di selenggarakan pada tanggal 2 s/d 6 Mei 1978 di Jakarta tentang pondok pengertian pesantren diberikan batasan sebagai berikut: Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang minimal terdiri dari tiga unsur. a. Kyai / Syekh/ Ustadz yang mendidik serta mengajar b. Santri dengan asramanya, dan c. Masjid. Kegiatannya mencakup Tri Dharma Pondok Pesantren; 1. Keimana dan ketaqawaan terhadap Allah SWT 2. Pengembangan keilmuan yang bermanfaat, dan 3. Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara. Dalam keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan nama (bandungan, sorogan, dan wetonan). Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya . Dalam kenyataannya penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dewasa ini dapat di golongkan kepada tiga bentuk: 1. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (sistem bandongan dan sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri27

santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahas Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para satri biasanya tinggal dalam pondok/asrama dalam pesantren tersebut. 2. Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agam Isalam yang pada dasarnya dengan pondok pesantren tersebut diatas tetapi para santrinaya tidak disediakan pondokan dikaompleks pesantren, namun tinggal tersebar diseluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong), dimana cara metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem weton yaitu para santri dating berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu. 3. Pondok pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan sistem bandongan, sorogan, ataupun wetonan dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam istilah pendidikan pondok modern memenuhi criteria pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masing-masing Dilihat dari bentuk pendidikan dan pengajaran dipondok pesantren diatas, di dalam kenyataannya sebagian pondok tetap mempertahankan pada bentuk pendidikan semula, sebagian lagi mengalami perubahan hal ini disebabkan olaeh tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat serta akibat kemajuan dan perkembangan pendidikan di tanah air.

3.2.3 Peran Pondok pesantren . Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Keagamaan Istilah agama disebut dalam sumber utama Islam, yaitu Al- Quran dan Hadis Nabi Muhammad saw. dengan kata-kata din. Predikat din untuk Islam lebih kena daripada sebutan, agama yang bukan istilah produk Islam sendiri. Pengertian din para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. 28

Ajaran agama Islam sudah pasti diajarkan sekaligus dipraktikkan di pondokpondok pesantren. Baik sebagian maupun secara keseluruhan. Dalam hal ini, pondok pesantren mengajarkan agama yang bersumber dari wahyu Illah yang berfungsi memberi petunjuk dan meletakkan dasar keimanan dalam hal ketuhanan (ketauhidan), memberi semangat, dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam semesta dimensi transenden, sosial, dan kosmologis. Fenomena pondok pesantren yang menjadi ciri kepribadiannya adalah jiwanya, yaitu roh yang mendasari dan meresapi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh segenap keluarga pondok. Roh tersebut dirumuskan oleh K.H. Imam Zarkasyi dengan Panca Jiwa pondok, yaitu berupa: 1.keikhlasan; 2.kesederhanaan; 3.persaudaraan; 4.menolong diri sendiri; 5. kebebasan Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan tafaqquh fiddin mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran, dan pelestarian Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan, di antaranya menjadikan fungsi masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan, seperti menentukan atau menengahi perselisihan hukum, melaksanakan pernikahan maupun perceraian, mengadakan pengajian, shaman rohani, serta menentukan perencanaan segala kegiatan di dalamnya. Dalam pondok pesantren, kiai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya ia menguasai pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan menafsirkan peraturanperaturan dalam hukum agama. Dengan demikian, ia mampu untuk memberikan nasihat, melerai, dan menentukan sebagai seorang ahli hukum di dalam pondok pesantren itu sendiri, maupun di sekitar lingkungan pesantren. Kiai juga guru, baik dalam rangka mengajarkan kitab-kitab agama, dalam rangka ceramah, diskusi secara teratur, dan berkumpul dalam pengajian untuk mengetahui penafsiran serta pendapatnya tentang peristiwa-peristiwa penting masyarakatnya. Pondok Pesantren juga merupakan penggerak lembagalembaga kemasyarakatan, seperti mendirikan badan basis zakat, sebagai pusat informasi keagamaan, dan pengelola klinik psikiater berdasarkan pandangan Islam. 29

Sebagai salah satu dari pelaksana kegiatan keagamaan, pondok pesantren memiliki charisma tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat menganggap bahwa pesantren mampu mencetak kader ulama dan dai-dai kondang, sekaligus sebagai obat bagi orang-orang yang kurang berakhlak menjadi orang yang berakhlak. Figur kiai, santri, serta seluruh perangkat fisik dari sebuah pesantren membentuk sebuah kultur yang bersifat keagamaan yang mengatur perilaku seseorang, pola hubungan antara warga masyarakat. Bahkan, pola hubungan antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya. Dalam keadaan demikian, produk pesantren lebih berfungsi sebagai faktor integrative dalam masyarakat. Para kiai sangat besar andilnya dalam menyukseskan pembangunan nasional. Mereka telah membuktikan tekad dan semangat mencintai tanah air adalah sebagian dari iman yang dimanifestasikan dalam amar maruf nahi munkar, sehingga tidak satu desa ataupun pelosok yang betapa jauhnya tidak disinggahi. Mereka adalah pemegang kunci informasi, pembawa obor penerangan yang dengan kata-kata yang benar dikatakan benar dan kata-kata yang salah dikatakan salah. Pondok pesantren sangat berperan besar dalam pengembangan akhlak dan mental masyarakat, untuk menghasilkan manusia yang berbudi tinggi, tahu nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, alam, dan Tuhan yang merupakan tujuan akhir hidup dan kehidupan. 3.2.4 Sistem pendidikan pondok pesantren Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qurn dan kenyataan merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren (Dhofier, 1985: 28).

30

Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru (Dhofier, 1985: 28). Sistem sorogan juga digunakan di pondok pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual. Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap mempertahankan pengajaran kitabkitab Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah formal (seperti madrasah). Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (Hasbullah, 1999:155).

3.2.5 Kegiatan yang berlangsung di Pondok Pesantren Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di pesantren pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu: 1. kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar, makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirihat; 2. kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla dan mengerjakan PR atau belajar sendiri; 3. kegiatan sembahyang; dan 31

4. kegiatan OSPPMP.

ekstrakurikuler,

misalnya

olahraga

yang

dilakukan

dua

kali

seminggu, pramuka, kesenian atau tugas-tugas sebagai ketua bagian Kegiatan-kegiatan tersebut bisa dilihat di jadwal harian dasar santri di bawah:

Jadwal Harian Dasar Santri 4.15 bangun, wudlu 4.30 salat Subuh 4.40 pengajian dipimpin Pak Kyai 5.30 mandi, membersihkan kamardll 6.15 sarapan 6.45 masuk ruang kelas 7.00 masuk kelas pertama 12.00 kelas terakhir selesai 12.15 wudlu 12.30 salat Dhuhur 12.45 makan siang 13.00 kelas 13.45 waktu bebas/belajar 15.00 salat Ashar 15.15 pengajian 16.00 kegiatan ekstrakurikuler 17.00 mandi, wudludll 32

17.30 salat Maghrib 17.45 pengajian 19.00 salat Ishya 19.30 makan malam 19.45 waktu bebas/belajar 22.00 tidur

Salah satu aspek kehidupan sehari-hari para santri adalah ketidakperluannya untuk diawasi atau dikelola oleh para guru atau Pak Kyai. Tentu saja kadang terjadi kasus spesifik di mana Pak Kyai perlu ikut campur, tetapi pada umumnya kedisiplinan para santri di pesantren sangat tinggi sehingga saya tidak pernah melihat sorang santri diperintah mengerjakan sesuatu yang seharusnya dia sudah kerjakan. Bahwasanya, ada dua alasan bagi para santri untuk mengelola sendiri kegiatan sehari-harinya. Pertama, peraturan-peraturan pondok dan jadwal sehari-hari yang sangat ketat berarti santri cuma tinggal ikut kegiatan-kegiatan yang dimasukkan jadwal untuk hari tertentu. Maka tidak susah untuk dikelola. Kedua, pelajaran ketrampilan kepemimpinan yang diperkenalkan lewat Organisasi Santri Pondok Pesantren Modern Putri (OSPPMP). OSPPMP terdiri dari bagian-bagian yang perlu dikelola dalam kehidupan sehari-hari di pondok seperti administrasi, keamanan, kegiatan olahraga dan lain-lain (dafter lengkap bagianbagian OSPPMP dipertunjukkan dalam lampiran). Lewat OSPPMP santri diberikan kesempatan untuk menjadi ketua salah satu bagian OSPPMP dan mengalami sendiri seperti apa tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin. Dengan adanya santri sebagai pemimpin, rasa saling hormat di antara anak kelas bawah dan anak kelas atas harus tinggi, dan memang begitu di pesantren Darur Ridwan. Akibatnya Pak Kyai tidak dapat masalah kalau membiarkan para santri mengatur dan mengelola kegiatan-kegiatan dan kehidupannya sendiri. 33

Aspek lain kehidupan sehari-hari bagi para santri di pesantren adalah kurang banyak keragaman dalam kegiatan yang bisa dilakukan selama waktu istirihat tersebut dan kurang banyak kesempatan untuk bergaul dengan orang dari luar pondok. Maksudnya adalah, kalau santri tidak lagi mandi, makan, membersihbersihkan atau sholat, biasanya mereka lagi belajar. Dan kalau tidak ada tamu yang datang ke pondok untuk bertemu dengan para santri (seperti saya!), selama mereka menetap di pondok, mereka tidak pernah akan bergaul dengan orang selain santri-santri lain, para Ustad dan keluarga Pak Kyai. Di dalam pondok pesantren, kegiatan hiburan bagi santri sangat terbatas. Mereka bisa membaca majalah dan buku yang dibawah dari rumah, mendengarkan musik dan radio, mengobrol dengan temannya atau unuk anak kelas enam, kadangkadang menonton televisi di rumah Pak Kyai pada akhir minggu. Dibandingkan dengan pemuda-pemudi yang tinggal di luar pondok pesantren yang menikmati kehidupan yang lebih bebas di untuk jalan-jalan. mana ada televisi, mainan komputer, internet, bioskop, museum, tempat wisata seperti taman rekreasi, mall dan kesempatan

3.2.6 Kurikulum pondok pesantren Ada tiga bagian dari kurikulum pondok pesantren, termasuk ilmu umum, ilmu agama dan program ekstrakurikuler. a) Ilmu Umum: Mata pelajaran ilmu umum yang diajarkan di pesantren banyak yang sama dengan mata pelajaran dari SMTP dan SMTA. Misalnya, ilmu bumi, sejarah Indonesia, matematika, fisika, biologi, antropologi, ilmu jiwa dan bahasa Indonesia. Namun ada juga beberapa mata pelajaran tambahan karena tujuan sistem KMI adalah untuk mendidik para santri dalam bidang perguruan. Mata pelajaran tambahan termasuk ilmu pendidikan yang diajar dari kelas tiga sampai kelas enam, dan praktek mengajar yang hanya untuk kelas enam.

34

Para santri yang mengikuti kelas satu, dua dan tiga; yaitu kelas yang setaraf dengan SMTP, diperbolehkan keluar dari pondok dua kali seminggu untuk mengikuti beberap pelajaran di SMTP yang terletak di dekat pesantren Darur Ridwan. Ini dilakukan biar para santri bisa memastikan bahwa mereka memang setaraf dengan SMTP lokal karena pada akhir tahun, santri-santri dari pesantren Darur Ridwan harus mengikuti ujian yang diberikan kepada anak sekolah SMTP. Bahasa Inggris merupakan bagian penting dalam kurikulum ilmu umum dan ada empat mata pelajaran yang berkaitan dengan bahasa Inggris, yaitu: composition, conversation, reading dan grammer. Menurut Pak Aslam, salah satu peraturan pondok adalah bahwa pada malam hari para santri dilarang menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia, mereka disuruh menggunakan bahasa Inggris. Walaupun terori peraturan ini sangat bagus karena mendorong para santri untuk memperdalam bahasa yang sedang mereka belajari, kenyataan yang ada di pondok menunjukkan bahwa ini peraturan yang sulit bagi para santri yang bahasa Inggrisnya masih sedikit saja. Maka peraturan ini tidak begitu diikuti secara sempurna. b) Ilmu Agama: Dalam bagian kurikulum ilmu agama ada dua cara belajar-mengajar yang berbeda. Pertama, sistem modern, yaitu mata pelajaran diajar di dalam ruang kelas oleh seorang guru yang berdiri di depan. Kedua, lewat sistem tradisional, yaitu pengajian yang dipimpin oleh Pak Kyai atau kadang-kadang salah satu Ustad, di dalam musholla sesudah sholat jemaah. Dalam sistem pengajian, penerapan kurikulum diberikan kepada para santri oleh Pak Kyai secara berjenjang sesuai dengan kemampuan para santri. Yaitu pemberian pelajaran dimulai dari kitab-kitab dasar, kemudian menuju ke kitab-kitab tingkat tinggi bila santri sudah memahaminya. Mata pelajaran ilmu agama yang diajar oleh Pak Kyai, para Ustad dan para Ustadah di dalam ruang kelas termasuk tajwid, tafsir, tauhid, fiqih, usul fiqih, faroid, perbandingan agama, tarikh Islam dan terjemah Al Quran. Untuk kelas tingkat atas, pelajaran ini diajar dalam bahasa Arab, maka pelajaran bahasa Arab sangat penting. Banyak waktu digunakan di pesantren Darur Ridwan untuk pelajaran 35

bahasa Arab. Ada sebelas mata pelajaran yang berkaitan dengan bahasa Arab, dibanding dengan empat yang untuk bahasa Inggris. c) Ekstrakurikuler: Program kegiatan dan pelajaran ekstrakurikuler merupakan bagian penting sekali bagi setiap pranata pendidikan, termasuk di pesantren. Di psantren program ekstrakurikuler dipentingkan karena tujuannya adalah untuk membentuk perempuan muslimah yang siap dan mampu menghadapi tantangan di dunia ini. Lewat program ekstrakurikuler tersebut, santri dapat kesempatan untuk memperluas pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan keperluaanya untuk tinggal di masyarakat umum.

3.3

Pengertian Remaja Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya tumbuh atau

tumbuh

untuk

mencapai

kematangan.

Istilah

adolescence

sesungguhnya

mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental,emosional, social, dan fisik (Hurlock, 1991). Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Masa remaja adalah waktu meningkatnya perbedaan di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan masalah besar. Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17 atau 18 tahun adalah masa remaja awal dan usia 17 atau 18 sampai dengan 21 atau 22 tahun adalah masa remaja akhir.

36

Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun fase remaja merupakan fase perkembangan yang berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik (Monks dkk; 1989). Dari seluruh definisi remaja yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja termasuk dalam kategori usia 12 tahun sampai 22 tahun, berada pada masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengalami fase perkembangan menuju kematangan secara mental, emosi, fisik, dan sosial.

a. Remaja Menurut Hukum. Dalam hubungan dengan hukum tampaknya hanya Undang-undang

perkawinan saja yang mengenal konsep remaja waluapun tidak secara terbuka. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut Undang-undang di sebutkan 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (pasal 7 UU No.1/1974 tentang perkawinan). b. Remaja Ditinjau Dari Sudut Perkembangan Fisik. Dalam kedokteran dan ilmu-ilmu yang lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. c. Remaja Ditinjau Dari Faktor Sosial Psikologis. Yaitu dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap. d. Definisi Remaja Untuk Masyarakat Indonesia. 37

Menurut Sarlito, tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara nasional. Masalahnya adalah Indonesia terdiri dari barbagai suku, adat, dan tingkatan sosial ekonomi, maupun pendidikan sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah.

3.3.1 Perkembangan remaja

1.

Perkembangan Psikis Remaja Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.

Kutub Keluarga ( Rumah Tangga) Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni besar keluarga, maka resiko anak yang untuk mengalami dalam gangguan keluarga kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih dibandingkan dengan anak/remaja dibesarkan sehat/harmonis (sakinah). Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain: 38

a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce) b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah c. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk) d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).

Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu: a. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu b. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga c. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek d. Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak e. Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak f. Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak g. Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain h. Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup i. j. Kurang stimuli kongnitif atau sosial Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).

Kutub Sekolah Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang pada anak didik 39

untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain; a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang f. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.

Kutub Masyarakat (Kondisi Lingkungan Sosial) Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain: a. Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan) 1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari 2) Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya 3) Pengangguran 4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan 5) Wanita tuna susila (wts) 6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan 7) Perumahan kumuh dan padat 8) Pencemaran lingkungan 9) Tindak kekerasan dan kriminalitas 40

10)

Kesenjangan sosial

b. Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas) 1) Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya 2) Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal 3) Kebut-kebutan 4) Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan 5) Perkosaan 6) Pembunuhan 7) Tindak kekerasan lainnya 8) Pengrusakan 9) Coret-coret dan lain sebagainya

Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja.

3.3.2 Sikap remaja terhadap agama Percaya Dengan Turut-Turutan. Sesungguhnya kebanyakan remaja percaya terhadap Tuhan dan menjalankan agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, karena bapak ibunya orang beragama, teman dan masyarakat sekelilingnya rajin beribadah maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan dimana ia hidup. Mereka seolah-olah Apatis, tidak ada perhatian untuk meningkatkan agama, dan tidak mau aktif dalam kegiatan agama. Hal ini terjadi apabila orang tuanya memberikan didikan agama dengan cara yang menyenangkan, jauh dari pengalaman pahit di waktu kecil, dan setelah remaja tidak mengalami pula hal-hal yang menggoncangkan jiwanya, sehingga cara kekanak-kanakan itu terus berjalan, dan ditinjau kembali. 41

Percaya turut-turutan ini biasanya tidak lama dan banyak terjadi hanya pada masa-masa remaja pertama (umur 13-16 tahun) sesudah itu berkembang kepada cara yang lebih kritis dan lebih sadar. Percaya Dengan Kesadaran. Masa remaja adalah masa dimana perubahan dan kegoncangan terjadi di segala bidang, yang dimulai dengan perubahan jasmani yang sangat cepat, jauh dari keseimbangan dan keserasian. Setelah remaja menemukan jati dirinya ia mungkin merasa asing dalam masyarakat, sehingga sikapnya jadi berubah, ingin menjauh dari masyarakat atau tenggelam dari aktifitas-aktifitas masyarakat. Setelah kegoncangan remaja pertama ini agak reda yaitu kira-kira 16 tahun, dimana pertumbuhan jasmani hampir selesai, kecerdasan juga sudah dapat berfikir lebih matang dan pengetahuan telah bertambah pula. Semua itu mendorong remaja kepada lebih tenggelam lagi dalam memikirkan dirinya sendiri, ingin mengambil tempat yang menonjol dalam masyarakat. Kebangunan jiwa itu mungkin dalam bentuk abnormal atau menyeleweng.

Kebimbangan Beragama Para remaja merasa ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik sejalan dengan perkembangan masyarakat kadang-kadang secara tidak di sadari tindak keagamaan yang mereka lakukan di topangi oleh praktek kebatinan yang mistik. Penyatuan unsur ini merupakan suatu dilemma yang kabur bagi para remaja. Secara individu sering pula terjadi keraguan yang disebabkan beberapa hal antara lain: a. Kepercayaan, menyangkut masalah ketuhanan dan implikasinya, terutama (kristen) status ketuhanan sebagai trinitas. 42

b. Tempat suci, menyangkut masalah pemuliaan dan pengagungan tempattempat suci keagamaan c. Alat perlengkapan keagamaan, seprti fungsi Salib dan Rosario dalam Kristen. d. Perbedaan aliran dalam keagamaan, sekte (Kristen) atau madzhab (Islam). Keraguan yang demikian akan menjurus kearah munculnya konflik dalam diri para remaja sehingga mereka dihadapkan kepada pemilihan antar mana yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan salah. Konflik ada beberapa macam di antaranya: a. Konflik antara percaya dan ragu b. Konflik yang terjadi antara pemilihan satu di antara dua macam agama atau ide keagamaan serta lembaga keagamaan. c. Konflik yang terjadi oleh pemilihan antar ketaatan beragama atau sekulerisme. d. Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan kehidupan keagamaan yang di dasarkan atas petunjuk-petunjuk Illahi.

Tidak Percaya Terhadap Tuhan Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah mengingkari ujud Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan keyakinan lain. Atau mungkin pula hanya tidak mempercayai adanya Tuhan saja secara mutlak. Dalam keadaan pertama mungkin seseorang merasa gelisah, tetapi dalam keadaan kedua terselip di belakangnya kegoncangan jiwa, dan hal ini terjadi dibawah umur 20 tahun.

43

Perkembangan remaja kearah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarya mempunyai akar atau sumber dari kecilnya, Misal: anak yang merasa tertekan oleh kekuasaan atau kedzaliman orangtua. Dalam kenyataan terlihat, bahwa kebimbangan beragama lebih banyak terjadi pada orang-orang yang telah maju, karena mempelajari filsafat (DR.Al-Mali 69) Suatu hal yang dapat mendorong orang sampai mengingkari ujud Tuhan, ialah dorongan-dorongan seksual yang dirasakannya. Sesungguhnya dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi itu akan menyebabkan remaja kecewa, apabila kekecewaan itu berulang-ulang, akan bertambahlah kepadanya rasa pesimis dan putus asa dalam hidup. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa, kerusakan akhlaq akan membawa kepada rasa anti agama. Hal ini memang di jaga sekali oleh ulama-ulama, sehingga banyaklah aturan dan hukum untuk mengekang, jangan sampai dorongan seks itu dipenuhi semau-maunya.

3.4

Studi Banding Proyek Sejenis

3.4.1 Pondok Pesantren Daarut Tauhid di Geger kalong Bandung. Pondok Pesantren Daarut Tauhid didirikan tahun 1987 oleh Abdullah Gymnastiar. Terletak di pinggiran kota Bandung dan termasuk kategori pesantren urban. Karakteristik yang khas dari pesantren ini adalah keterbukaannya pada masyarakat umum dan pelayanan yang diberikannya kepada masyarakat. Salah satu sebutan yang lekat dengan pesantren ini adalah Bengkel Akhlak . Sebagai pesantren masyarakat, sasaran pembinaan yang ingin dicapai meliputi berbagai segmen yang ada di masyarakat, sehingga kegiatan dakwahnya diimplementasikan dalam aktivitas yang beragam, menyentuh berbagai bidang kehidupan masyarakat. 44

Tujuan dari Pesantren Daarut Tauhid antara lain adalah membumikan nilai nilai Islam di masyarakat. Dengan melihat perkembangan dan pengaruh dawahnya yang sudah sedemikian berkembang dan mendapat respon yang besar dari masyarakat, sepertinya tujuan pesantren secara umu telah tercapai. Di lokasi ini fasilitas fasilitas milik pesantren mesih belum terintegrasi dalam satu area, mengingat pertumbuhannya yang bertahap dan kondisi sekitar pesantren yang merupakan kawasan yang padat. Namun justru keberadaannya diantara pemukiman penduduk menjadi satu nilai tambah yang lebih karena menjadikan Pesantren Daarut Tauhid seolah betul betul melebur dengan masyarakat sekitarnya. Lokasi Pondok Pesantren Daarut Tauhid di kawasan Gegerkalong Bandung dibatasi oleh : Sebeleh Utara : Kawasan kampus UPI bandung dan Sungai Cibeureum.

Sebelah Timur : Jalan Raya Setiabudi. Sebelah Selatan: Kawasan Pemukiman Penduduk Gegerkalong Girang. Sebelah barat : Kawasan Pemukiman Penduduk Gegerkalong Girang

dan Sungai Cibeureum. Fasilitas atau Sarana dan Prasarana : Bangunan Utama Masjid 2 lantai (luas lantai 588 m) dan lantai dasar / basement yang berfungsi sebagai aula dan kantor. Gedung Koperasi Pondok Pesantren (3 lantai, luas/lantai 200m )mewadahi kegiatan unit rekaman, unit percetakan, unit sound system, unit kerajinan Islami, unit rental car, divisi teknologi, divisi travel, wartel dan tempat fotocopy. Lembaga Keuangan Syariah Data BMT, Sanggar Busana Daarun Nissa, Super Mini Market, distributor dan supplier, lembaga pendidikan, aula serba guna dan took buku. Rumah Tinggal Pimpinan Ponpes ( 2 lantai ) dan Ruang Departemen Muslimah ( luas 164 m ). 45

Satu unit bangunan ( luas 60 m ) yang difungsikan untuk : Ruang Ajudan, Ruang Perpustakaan dan Ruang Daarul Akhwat. Bangunan Asrama Santri Putri ( 2 lantai ) dan MCK ( luas 100 m ). Bangunan Asrama santri Putra dan MCK. Gedung Pusat Pendidikan dan Latihan / Pusdiklat ( luas 150 m ). Gedung Aula / Barak Kelas ( luas 60 m ). Caf ( luas 15 m ). Restoran / Catering ( luas 160 m ). Klinik ( luas 36 m ). daarul Jannah Cottage ( luas 968 m ). TKA / TPA ( luas 80 m ). Lapangan Olah Raga ( luas 144 m ) dan tower (tinggi 12 m). Agribisnis/ Pertamanan ( luas 80 m ). Area Parkir Kendaraan ( luas 90m ) dan pos jaga / keamanan (luas 4 m ). 3.4.2 Pondok Pesantren Mahasiswa Al Kahfi, Gubeng, Surabaya Di Surabaya, tepatnya di Kampung Gubeng Kertajaya IV pondok Al-Kahfi berdiri, mempunyai sarana pendidikan dengan jenjang setingkat strata 1 (S1)Sejak berdiri tahun 2000, berdasar rekomendasi Menteri Agama Malik Fajar, nama-nama terkenal berada di barisan pesantren yang dikelola Yayasan Al Kahfi ini. Pesantren ini adalah pesantren yang mempunyai kampus formal. Dimana para santrinya belajar agama sekaligus kuliah di pondok tersebut.

3.4.3 Pondok Pesantren Arafah Cililin. Terletak di Desa Mekapayung, Cililin, Kabupaten bandung. Merupakan pesantren sub urban, yang memfokuskan programnya pada pendidikan. 46

Luas lahan sekitar 3 Ha, dengan kondisi lahan yang berkontur. Fasilitas yang ada mencakup : Masjid, Asrama Putra dan Putri, Fasilitas Pendidikan ( ruang kelas ), Kantor Yayasan, Perumahan Ustadz, Dapur Umum, MCK, Lapangan Olah raga dan Area Parkir. Sistem Pendidikan terpadu, mengintegrasikan kurikulum pendidikan nonklasikal dan modern ( umum ). Program pendidikan terdiri atas : SLB, TK, MI, MTs dan MA. Sasaran pesantren secara sistem terbuka untuk masyarakat, tidak membatasi pada segmen tertentu, namun secara fisik bangunan tertutup bagi publik. Kondisi objektif : fasilitas yang ada masih belum memadai untuk akibat kurangnya dana yang tersedia untuk pengembangan pesantren. Konsep Perancangan. Menjadikan masjid sebagai titik pusat lingkungan dan tengaran, dengan menempatkan masjid pada lahan berbukit paling tinggi. Bangunan bangunan lainnya diletakkan mengelilingi masjid. Fasilitas umum untuk masyarakat ditempatkan paling luar ( dekat gerbang ).

3.4.4 Masjid dan madrasah Sulta hasan Kairo (mesir) Luas bangunan tidak kurang dari 150 x 60 m, terdiri dari masjid jami, empat madrasah, mausoleum kerajaan, rumah sakit, rumah yatim piatu, pasar dengan toko toko, pemandian, menara air dan dapur. Kompleks berorientasi pada dua arah. Blok / unit pelayanan, gerbang utama, tempat wudhu dan menara air, semuanya dilatakkan tidak tegak lurus, namun agak miring dengan masjid, madrasah dan makam yang berorientasi kearah kiblat. Secara keseluruhan unit unit disatukan oleh sahn ( halaman dalam ). Masjid dalam kompleks Sultan Hasan mempunyai dua minaret di kiri kanan, bagian bawahnya menyatu dengan dinding unit madrasah, tumpuannya 47

berdenah bujur sangkar. Kamar kamar madrasah dalam kompleks masing masing jendelanya menghadap ke halaman dalam ( sahn ).

3.4.5 Madrasah Mir-I. Arab, bukhara. Tata ruang madrasah ini sangat khas Iran, berpola hypostyle ( ukuran 73 x 55 m ), dengan sahn di bagian tengah. Ciri arsitektur Persia sangat terlihat dengan adanya iwan- portal pada keempat iwan yang mengelilingi sahn, masing masing saling berhadapan seperti bayangan cermin. Keempat iwan yang mengelilingi sahn masing masing memiliki memiliki ketinggian dua lantai, dengan balkon dilantai atasnya. Ketiga iwan dindingnya kosong tanpa hiasan, namun wajah utama dari iwan depan dihias warna warna mozaik dengan pola pola dominant geometris intricate. Gerbang iwan depan tidak banyak berbeda dengan gerbang gerbang bangunan bangunan penting lainnya di Iran pada massa itu, berupa bidang segi empat datar tegak dengan ceruk dan pelengkung patah di bagian atasnya.

3.4.6 Hudavendigar Murad I, Bursa. Hudavendigar ( masjid kerajaan ) yang dibangun oleh Murad I menjadi arsitektur pertama di dunia di mana masjid tidak hanya berdampingan dengan madrasah namun keduanya di bawah satu atap, lantai bawah untuk masjid, lantai atas difungsikan sebagai madrasah. Di sisi kiri atau barat dari masjid yang kiblatnya kearah arah selatan ini, terdapat gardu pemandangan juga kantin atau tempat makan ( refectory ) untuk pengunjung atau pendatang. 48

Bagian yang berlantai dua di utara, timur dan barat membentuk denah tapal kuda, mengelilingi ruang shalat utama dalam posisi seperti mezzanine, sehingga jarak dari lantai ke langit langit ruang shalat cukup tinggi. Pada lantai atas berbentuk U tersebut terdapat kelas kelas dan ruang belajar, masing masing menghadap ke gang yang juga berbentuk. Gang ini sekaligus merupakan balkon dari ruang shalat. 3.5 Analisa pengguna

Pengguna pondok pesantren dibagi beberapa bagian yaitu


Pengguna Pengguna diantaranya yaitu, para penghuni pesantren, seperti remaja utamanya dan staff yang lain Kelompokpengunjung Merupakan kelompok dari luar, seperti orangtua murid yang ingin menjenguk anaknya KelompokPengguna-Pengelola Merupakan pengurus serta pemilik pesantren beserta staffnya.

3.5.1 Analisa Kegiatan Kegiatan Pengguna N o 1 Remaja -Makan, minum Makan dan minum di tempat atau fasilitas yang disediakan. 49 Pelaku Kegiatan Rincian Kegiatan

-Belajar, tidur -mengikuti kegiatan -sholat, mengaji -BAB,BAK 2 Guru BK (Pengasuh) -mengontrol kegiatan remaja - makan, minum -sholat, mengaji Memasak makanan -BAB,BAK

Belajar dalam ruangan kelas yang perintah ada. agama Mengikuti Menjalankan di dalam ekstrakulikuler.

masjid. Membersihkan tubuh di fasilitas toilet. Mengurus anak-anak pesantren, dan di baik mengontrol area di sekitar kelas

maupun di luar kelas. Makan dan minum di tempat yang disediakan beribadah didalam masjid dan membersihkan tubuh di toilet

Kegiatan Pengunjung N o 1 Tamu ( orang -Berkunjung tua -Mengobrol Makan minum -BAB, BAK 2 Pemilik Pesantren -Mengontrol dan mengawasi -mengobrol -makan & minum, Mengontrol kondisi dan mengawasi pesantren, Mengunjungi pesantren tiap Pelaku Kegiatan Rincian Kegiatan

sebulan sekali di tempat yang disediakan. Membeli makanan dan di kantin dan BAB&BAK di ttoilet

murid )

panti

mengobrol dengan pengurus pesantren, makan dan minum di tempat yang sudah 50

-sholat -BAB&BAK

disediakan. masjid

Beribadah

di

Kegiatan Pengelola

3.5.2 Analisa Kebutuhan Ruang No Fasilitas Pengguna Kegiatan Kebutuhan Ruang 51

Kegiatan 1 Kamar (asrama) -pengguna -pengurus -tidur, istirahat -tempat privacy -berganti pakaian -Kamar tidur remaja -kamar tidur pengurus

Ruang belajar (kelas)

-pengguna remaja

-belajar

-ruang

belajar

remaja (kelas)

Dapur

-pengurus panti

Menyiapkan makanan jadwal sesuai

-dapur -ruang piring -ruang tunggu cuci

Ruang jumpa

-pengunjung

-nonton Tv -mengobrol

Musholla

-pengguna -pengunjung -pengelola

-bewudhu -sholat

-Ruang ibadah ( masjid) -tempat wudhu

Unit kantor -pengunjung pengelola -pengelola

-bekerja -menerima tamu -mengurus administrasi -menyimpan arsip -mengurus

-ruang kantor r pengelola

52

keuangan 7 Ruang bimbingan -pengasuh pondok pesantren -mengontrol, mengasuh, mengawasi anak dan remaja panti 8 Unit servis -pengelola -mengatur jaringsn -R.Panel listrik -mengatur distribusi air, udara -mengawasi kinerja mesin (ME) 9 Toilet -Penguuna -Pengunjung -pengelola -BAB,BAK, mandi -R.Genset -R.AHU -R.Pompa -R.CCTV -Toilet Umum -Toilet santri -Toilet pengelola -Toilet pengurus 10 Ruang OB -pengelola Menjaga kebersihan pesantren -Ruang OB -gudang alat -pantry 11 Ruang makan 12 Ruang ekstrakulik uler 13 kantin -pengguna -pegunjung -pengguna -pengasuh -pengguna -mengikuti pesantren -membeli makanan -ruang makan dan minuman -kasir 53 R. Makan dan minum -R.Makan -ruang (BK)

kegiatan di dalam ekstrakulikuler

-pengelola

-mengobrol -makan,minum -membayar makanan -memasak makanan

-dapur -gudang makanan -gudang alat

3.5.3 Analisa Kebutuhan Ruang Luar No Fasilitas ruang Luar 1 Parkir kendaraan pengunjung -pengelola memarkirkan mobil, motor Pelaku Kegiatan Kebutuhan ruang luar -area parkir mobil dan motor untuk umum -area parkir mobil karyawan dan

staff yang lain 2 Ruang terbuka -pengguna Pengunjung -pengelola -bersantai -berjalan-jalan -mengobrol -beraktivitas -plaza -taman

3.5.4 Pengelompokkan dan Penzoningan Ruang

54

Dari data sudah kita dapatjan jenis-jenis ruang apa saja yang akan digunakan. Dari jenis-jenis ruang yang ada maka akan bisa dikelompokan menurut sifatnya. Ada beberapa sifat ruang yaitu bersifat public, semi public, privat dan semi privat. Berikut data tabelnya :

No 1

Publik R.ekstrakuli kuler

Semi publik toilet

Privat kantor pengelola

Semi privat Ruang servis, ruang OB Dapur,ruang makan

Ruang security

masjid

Ruang bimbingan (BK)

kantin

ruang tunggu

Kamar tidur

Gudang

Ruang kelas

3.6 Kontekstual 3.6.1 Analisa Tapak dan Lingkungan Lokasi perencanaan dan perancangan ini berada di kota Palembang, perancangan pondok pesantren ini bersifat pendidikan yang bernuansa islami, sehingga pemilihan tapak harus sesuai dengan konsep. Tapak juga harus besar karena pondok pesantren merupakan proyek kawasan.

No

Kriteria Pemilihan Lokasi

Keterangan

Letak

Terletak

di

pusat

kota,

dengan

lingkungan yang bersifat islami 2 Jarak tempuh Mudah ditempuh dengan kendaraan 55

pribadi, pejalan kaki, dan kendaraan umum 3 Ukuran tapak Tapak yang menjadi lokasi perencanaan memiliki kapasitas yang cukup besar untuk membentuk suatu kawasan dalam konsep 4 Fasilitas umum Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang menunjang, perpustakaan seperti islami, tempat dan ibadah, tempat

jajanan yang halal 5 Sarana dan prasarana Tersedia jalan raya, saluran riol kota, jaringan TELKOM PLN, PDAM, dan jaringan

3.7 Arsitektural

3.7.1 Analisa Pola dan Massa Bangunan Bentuk bangunan perencanaan pondok pesantren termasuk bangunan yang bermasa banyak, yang disesuaikan dengan fungsi dan keguanaannya. Sehingga perencanaan itu membentuk suatu kawasan. masjid Kelas dan ruang kegiatan kantin Asrama putri Asrama putra 56

Ruang 3.7.2. Konsep Arsitektural terbuka Jadi, konsep bangunan yang digunakan pada perencanaan pondok pesantren ini adalah konsep arsitektur yang bernuansa islami (Arsitektur islami). Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persiadan Byzantium. Contoh awal yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang.Mesjid Raya Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga mesjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika Ustman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi mesjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga menjadi model untuk pembangunan mesjid-mesjid Islam sselanjutnya selama kekaisaran Ustman, misalnyamesjid Sulaiman, dan mesjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola dalam, terutama, mesjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali sekitar abad ke-17.

3.8

Konsep Struktural

3.8.1 Konsep struktur bawah

57

Struktur bawah ( pondasi) yang digunakan adalah pondasi tiang pancang, Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteistik penyebaran beban tiang pancang di klasifikasikan berbeda-beda. Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahananan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tangan atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu. Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (Steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan Tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem Pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalasi tiang pancang bermunculan. Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah : - untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras - untuk menahan beban vertical, lateral, dan beban uplift Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak stabil & kurang keras atau apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat diterima pondasi tiang pancang 58

dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.

3.8.2 Struktur badan Struktur badan yang digunakan adalah dinding bata ataupun rangka baja. Dinding bata digunakan agar bangunan tampak lebih kokoh dah kuat sedangkan rangka baja untuk mengefisienkan pengerjaan.

3.8.3 Struktur Atas Struktur atas ( atap ) menggunakan struktur spaceframe, Space Frame adalah suatu rangka ruang yang terbuat dari bahan pipa besi hitam berikut conus, hexagon dan baut baja yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan ball joint / bola sebagai mediatornya.Ball joint ini dapat terbuat dari baja padat atau stainless steel. Finishing untuk ball joint dan member yaitu dengan Elektrostatic powder coating, duco atau hotdip zincalume galvanized. Keuntungan memakai SPACE FRAME SYSTEM : 1. Tidak ada batasan bentuk. 2. Dapat digunakan untuk bentang yang besar. 3. Konstruksi sangat ringan. 4. Mudah dipasang dan dibongkar. 5. Umur relatif panjang ( 50 100 tahun ). 6. Dari segi estetika sangat menarik. 7. Harga bersaing Sedangkan untuk digunakan untuk : 1. Canopy 2. Sky Light aplikasinya dapat

59

3. Ruang serbaguna 4. Gedung Olah raga 5. Kubah Masjid atau Gereja 6. Hanggar, dll

3.9

Konsep Utilitas

Unsur-unsur utilitas bangunan : KENYAMANAN, KESEHATAN, KESELAMATAN, KOMUNIKASI, dan MOBILITAS. PERANCANGAN UTILITAS : PLAMBING dan SANITASI KELISTRIKAN / PENERANGAN Pencegahan Kebakaran TATA UDARA / Ventilasi Mekanis KOMUNIKASI TATA SUARA Transportasi (Horizontal dan Vertikal ) SEKURITI Pembuangan Sampah Penangkal Petir Saluran Air Hujan (DRAINASE)

Istilah lain dalam UTILITAS bangunan : BUILDING SERVICE MECHANICAL ELEKTRIKAL PLUMBING (M.E.P)

ARSITEKTUR STRUKTUR KONSTRUKSI UTILITAS merupakan satu kesatuan dalam pembangunan. UTILITAS terdiri dari 3 komponen :

SUMBER JARINGAN KELUARAN / OUT

BAB IV
60

KESIMPULAN

4.1

Kesimpulan Bahwa yang telah kita ketahui pola hidup remaja saat ini sangat

mencemaskan oleh masuknyapengaruh budaya barat yang negatif. Dari yang pemakai obat-obatan, yang senang berkelahi, ataupun senan melakukan sex bebas. Hal tersebut dikarenakan kurangnya didikan dari lingkungan sekitar, dari keluarga, dan pendidikannya. Mereka (remaja) bisa terjerumus hal tersebut karena jiwa remaja saat ini yang labil, yang hanya ingin mencari jati diri dan mencari tahu dunia luar. Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada akhir masa remaja adalah mengingkari ujud Tuhan sama sekali dan menggantinya dengan pengetahuan lain. Perkembangan remaja kearah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari kecilnya. Misal: Anak yang merasa tertekan oleh kekuasaan atau kedzaliman orangtua. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa, kerusakan akhlaq akan

membawa kepada anti agama. Perkembangan mental kearah berfikir logis (falsafi), juga mempengaruhi kepercayaan dan pandangannya terhadap Tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini. Oleh karena perbuatan remaja yang semakin seronoh, maka solusi terbaiknya adalah membuat (merancang) sarana pendidikan yang mendidik jiwa para remaja menjadi pribadi yang baik melalui Pondok Pesantren. Pondok pesantren merupakan sarana pendidikan yang mendalami ilmu agama, dan pola hidup yang sesuai dengan etika dan pranata. Dengan system yang dilengkapi fasilitas kemungkinan pondok pesantren akan menjadi tempat atau wadah untuk disenangi oleh para remaja. Tidak seperti sekolah-sekolah lain seperti boarding school, pondok pesantren pun memiliki berbagai kegiatan 61

yang tidak membuat bosan para santrinya, seperti banyaknya ekstrakulikuler yang akan diajukan sesuai hobi masing-masing santri. Ruangan asrama dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang modern. Perancangan pondok pesantren dilakukan di lingkungan yang islami agar nuansa islami dari lingkungan tersebut menjadi lebih kuat, dan sosialitas para warga pun terjalin baik, tidak hanya itu pemilihan tapak juga berada pada daerah yang strategis, yang bisa diakses dengan angkutan umum bahkan berjalan kaki sekaligus. 4.2 Saran Kenyamanan merupakan bagian terpenting dari sebuah perancangan banguna Pondok pesantren , baik dalam kawasan maupun di luar kawasan pondok pesantren itu sendiri., sehingga diharapkan dari beberapa pembaca, diantaranya adalah: 1. Diaharapkan ketika merancang bangunan, khususnya bangunan

Pondok Pesantren remaja di kota Palembang dapat memberikan kenyamanan yang lebih terhadap pelaku. 2. Dalam merancang bangunan hendaknya mempertimbangkan dampak atau efek terhadap keseimbangan lingkungan alam sekitar. 3. Diaharapkan bagi penulis yang akan merancang bangunan ini, dapat memberikan wacana keislaman yang berwujud sebuah karya. 4. Harapan penulis bagi para pembaca dapat memberikan keritik dan saran yang bersifat positif terhadap kekurangan, baik terhadap penulisan maupun penyusunan dalam makalah ini.

62

DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id ib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_vii/05560009.pdf http://www.scribd.com/doc/54708378/ http://222.124.158.88/operator/upload/s_e0151_034327_chapter5.pdf http://lemlit.unila.ac.id:8180/dspace/bitstream/ http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_vii/06560021-vivi-avina-a.ps http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10774-Conclusion.pdf

63

http://duniakonstruksiadhiindonesia.blogspot.com/2009/11/space-frame-sistemsurabaya-sport.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pondok_Pesantren_Modern_Islam_Assalaam http://kristiono.wordpress.com/2008/04/23/perkembangan-psikologi-remaja/ http://imronfauzi.wordpress.com/2008/06/17/perkembangan-remaja/ http://huangcorp.wordpress.com/2008/04/30/pengenalan-pondasi-tiang-pancang/ http://wiryanto.wordpress.com/2008/04/17/pakai-model-struktur-truss-atau-spaceframe/ http://kafeilmu.com/tema/cara-pemasangan-space-frame.html http://kur2003.if.itb.ac.id/file/Bag%204%20-%20Metode%20Perancangan%20%2025%20hal.pdf http://febyoktora-archi.blogspot.com/2011/04/metode-perancangan-arsitektur.html

64

Anda mungkin juga menyukai