Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Goiter disebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan kelenjar tiroid yang dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Pembesaran ini dapat terjadi pada kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien yang kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan produksi hormon (hipetiroidisme).1,2 Jika kelenjar kurang aktif memproduksi hormon, terjadilah defisiensi hormon. Begitu juga jika terlalu aktif, hormon yang dihasilkan akan berlebihan. Dua kondisi ketidaknormalan ini memicu perbesaran kelenjar yang hasil akhirnya antara lain penyakit gondok.2,3 Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Struma dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia. Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan disfagia.2,4 Goiter diantaranya disebabkan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) yang merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, dan tersebar hampir di seluruh provinsi. Pada saat ini Indonesia diperkirakan sekitar 42 juta penduduk tinggal didaerah yang lingkungannya miskin iodium, dari jumlah ini 10 juta penderita gondok, 750.000 900.000 menderita kretin endemic dan 3,5 juta menderita GAKI lainnya. Pada tahun 1998 diperkirakan 8,2 juta penduduk tinggal didaerah endemic sedang dan 8,8 juta tinggal didaerah endemic berat.5,6 Pengaruh negatif GAKI terhadap kelangsungan hidup manusia dapat terjadi sejak masih dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. GAKI yang terjadi pada ibu hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir mati, cacat bawaan. Hal yang sangat menghawatirkan adalah akibat negatif pada susunan saraf pusat, karena berpengaruh terhadap kecerdasan dan perkembangan sosial masyarakat dikemudian hari.5,6

Hipertiroid merupakan penyakit metabolik yang menempati urutan kedua terbesar setelah diabetes melitus. Struma difusa toksik (Graves disease) merupakan penyebab hipertiroid terbanyak pertama kemudian disusul oleh Plummers disease, dengan perbandingan 60% karena Graves disease dan 40% karena Plummers disease. 7 Jumlah penderita penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1999 diperkirakan 200 juta, 12 juta di antaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44% 48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok.7 Berdasarkan uraian di atas penulis ingin membahas lebih dalam mengenai goiter. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi goiter? 2. Bagaimana epidemiologi goiter? 3. Apa etiologi goiter? 4. Bagaimana patofisiologi goiter? 5. Apa manifestasi klinis goiter? 6. Apa data penunjang goiter? 7. Bagaimana penatalaksanaan goiter? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi goiter 2. Untuk mengetahui epidemiologi goiter 3. Untuk mengetahui etiologi goiter 4. Untuk mengetahui patofisiologi goiter 5. Untuk mengetahui manifestasi klinis goiter 6. Untuk mengetahui data penunjang goiter 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan goiter

Anda mungkin juga menyukai