Anda di halaman 1dari 9

Klasifikasi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) Menurut Saanin (1984) klasifikasi kakap merah adalah sebagai berikut:

Kingdom Filum Sub filum Kelas Sub Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Vertebrata : Pisces : Teleostei : Percomorphi : Perciodea : Lutjanidae : Lutjanus : Lutjanus argentimaculatus

Morfologi dan Anatomi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argntimaculatus) Ikan kakap merah (Lutjanus argntimaculatus) yaitu mempunyai tubuh yang memanjang dan melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada taring-taringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi caninnya yang berada pada bagian depan. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan ujung berbentuk tonjolan yang tajam. sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9. Sirip punggung umumnya berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan bagian yang berduri lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua ujung sedikit tumpul. Warna sangat bervariasi, mulai dari yang kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Ada yang mempunyai garis-garis berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Pada umumnya berukuran panjang antara 25 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm (Gunarso, 1995). Ikan kakap merah menerima berbagai informasi mengenai keadaan sekelilingnya melalui beberapa inderanya, seperti melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, linea lateralis dan sebagainya.

Ikan kakap merah tergolong diecious yaitu ikan ini terpisah antara jantan dan betinanya. Hampir tidak dijumpai seksual dimorfisme atau beda nyata antara jenis jantan dan betina baik dalam hal struktur tubuh maupun dalam hal warna. Pola reproduksinya gonokorisme, yaitu setelah terjadi diferensiasi jenis kelamin, maka jenis seksnya akan berlangsung selama hidupnya, jantan sebagai jantan dan betina sebagai betina. Jenis ikan ini rata-rata mencapai tingkat pendewasaan pertama saat panjang tubuhnya telah mencapai 4151% dari panjang tubuh total atau panjang tubuh maksimum. Jantan mengalami matang kelamin pada ukuran yang lebih kecil dari betinanya. Kelompok ikan yang siap memijah, biasanya terdiri dari sepuluh ekor atau lebih, akan muncul ke permukaan pada waktu senja atau malam hari di bulan Agustus dengan suhu air berkisar antara 22,225,2C. Ikan kakap jantan yang mengambil inisiatif berlangsungnya pemijahan yang diawali dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan tubuh mereka pada salah seekor betinanya. Setelah itu baru ikan-ikan lain ikut bergabung, mereka berputarputar membentuk spiral sambil melepas gamet sedikit di bawah permukaan air. Secara umum ikan kakap merah yang berukuran besar akan bertambah pula umur maksimumnya dibandingkan yang berukuran kecil. Ikan kakap merah yang berukuran besar akan mampu mencapai umur maksimum berkisar antara 1520 tahun, umumnya menghuni perairan mulai dangkal hingga kedalaman 60100 meter (Gunarso, 1995)

Distribusi Ikan Kakap Merah (Lutjanus argntimaculatus) Ikan kakap merah (Lutjanus argentimaculatus) umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 4050 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 3033 ppt serta suhu antara 5-32C (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004). Penyebaran kakap merah di Indonesia sangat luas dan hampir menghuni seluruh perairan pantai Indonesia. Penyebaran kakap merah arah ke utara mencapai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan serta Filipina. Penyebaran arah ke selatan mencapai perairan tropis Australia, arah ke barat hingga Afrika Selatan dan perairan tropis Atlantik Amerika, sedangkan arah ke Timur mencapai pulau-pulau di Samudera Pasifik (Direktorat Jenderal Perikanan,1983 dalam Baskoro et al. 2004).

Menurut Djamal dan Marzuki (1992), daerah penyebaran kakap merah hampir di seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Selat Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau. Nilai Ekonomis dan Ekologi Ikan Kakap Merah ((Lutjanus argntimaculatus) Ikan kakap merah atau red snapper merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting. Kakap merah memiliki pangsa pasar yang luas namun produksinya kecil sehingga pemanfaatannya harus terus ditingkatkan untuk mendukung ekspor maupun kebutuhan lokal. Tapi, Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan dalam gerombolan besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari perairan dangkal, muara sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau batu karang. Selain itu kakap merah juga bisa dimakan karena dagingnya tebal, putih, empuk dan gurih. Ukuran yang baik untuk dikonsumsi sebaiknya yang masih berukuran medium, karena yang berukuran besar besar kebanyakan berisiko mengandung logam berat merkuri dalam kadar tinggi. Ikan kakap merah umumnya menghuni daerah perairan karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar perairan menempati bagian yang lebih dalam daripada jenis yang berukuran kecil. Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 4050 meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 3033 ppt serta suhu antara 5-32C (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991). Jenis yang berukuran kecil seringkali dijumpai beragregasi di dekat permukaan perairan karang pada waktu siang hari. Pada malam hari umumnya menyebar guna mencari makanannya baik berupa jenis ikan maupun crustacea. Ikan-ikan berukuran kecil untuk beberapa jenis ikan kakap biasanya menempati daerah bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang ditumbuhi rumput laut. Potensi ikan kakap merah jarang ditemukan dalam gerombolan besar dan cenderung hidup soliter dengan lingkungan yang beragam mulai dari perairan dangkal, muara sungai, hutan bakau, daerah pantai sampai daerah berkarang atau batu karang. Famili Lutjanidae utamanya menghuni perairan tropis maupun sub tropis, walau tiga dari genus Lutjanus ada yang hidup di air tawar (Baskoro et al. 2004). Daftar Pustaka Allen Gerald. Roger Steene. Paul Humman. Ned Deloach. 2003. Reef Fish Identificatiin. Perth : New world Publication, Inc.

Baskoro. M. S, Ronny. I.W, dan Arief Effendy. 2004. Migrasi dan Distribusi Ikan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1983. Hasil Ealuasi Potensi Sumberdaya Hayati Perikanan di Perairan Indonesia dan Perairan ZEE Indonesia. Direktorat Sumberdaya Hayati. Balai Penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian Jakarta.

Djamal R. dan S. Marzuki. 1992. Analisis Usaha Penangkapan Kakap Merah dan Kerapu dengan Pancing Prawe, Jaring Nylon, Pancing Ulur dan Bubu. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balitbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Gunarso, Singgih D. 1995. Psikologis praktis Anak remaja dan keluarga, (Jakarta: PT. BPK. Gunung Mulia).

Iskandar M.D. dan Diniah. 1999. Modifikasi Bubu Dasar (Bottom traps) Untuk Menangkap Ikan Karang dan Ikan Demersal Lainnya di Teluk Pelabuhanratu, Sukabumi. Bulletin PSP 8 : 1.

PENANGKAPAN IKAN LAUT ASPEK PRODUKSI SUMBERDAYA IKAN PELAGIS

.Tabel 1.Perkembangan Produksi Perikanan, 1994-1997 (Angka dalam Ton) Keterangan

Tahun 1994

Tahun 1995

Tahun 1996

Tahun 1997 1. Perikanan Laut 3.080.170 3.292.930 3.503.100 3.727.8002. Perikanan Darat 933.600 970.660 1.062.800 1.062.100a. Perairan Umum 336.140 329.710 335.800 341.000b. Budidaya 597.520 640.950 681.800 72 0.100- Tambak 346.210 361.240 382.400 402.100- Kolam 140.100 162.240 173.000 183.500Karamba 33.010 39.860 45.700 53.200- Sawah 78.200 77.660 79.900 81.700 Jumlah

4.013.830

4.263.590

4.519.900

4.789.900 Kenaikan per Tahun 6,22% 6,01% 5,97% Sumber : Dirjen Perikanan Tabel 2.Jumlah Rumah Tangga Usaha Perikanan

Jenis Rumah Tangga

Tahun 1983

Tahun 1993

Kenaikan Perikanan laut 491.000 660.000 34,4%Perairan Umum Darat 230.000 388.000 68,7%Kolam 702.000 796 .000 13,4%Tambak 54.000 114.000 111,1%Petani rumputlaut/mutiara- 36.000 Jumlah RumahTangga

1.477.000

1.994.000

35,0% Pada dasarnya, sumberdaya ikan laut dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu :1.

Ikan pelagis kecil terdiri dari jenis ikan antara lain ikan layang, ikan kembung, ikan selar,sardin dll.2.

Ikan pelagis besar terdiri dari jenis ikan antara lain ikan tongkol, ikan tuna, cakalang dll.3.

Ikan demersal terdiri dari jenis ikan antara lain ikan kakap merah, bawal, kerapu,manyung, peperek, dll.Kegiatan usaha penangkapan terhadap jenis-jenis sumberdaua perikanan tersebut dapatdikemukakan lebih lanjut sbb:1.

Udang laut yang termasuk sumberdaya demersal ditangkap dengan alat penangkap pukatudang, jatilap (jaring trammel) jaring insang dasar serta dogo/cantang2.

Ikan tuna cakalang dan cucut ditangkap dengan alat tangkap dengan alat penangkapseperti rawai tuna, rawai tegak lurus, pancing tonda, huhate, pukat cincin ukuran besar, jaring insang, serta rawai cucut.3.

Ikan pelagis kecil misalnya lemuru, tembang, japuh, kembung dll. Diusahakan alatpenangkap seperti pukat cincin, payang, bagan, pukat tepi, jaring insang, jaring lingkardan pakaya.4.

Untuk Ikan demersal lainnya yaitu Petek, kakap, kerapu, ikan sebelah dll. Dapatditangkap dengan dogol, jogol, cantrang, jaring insang dasar, rawai dasar bubu dasar,pukat tepi, serta pancing tangan (hand line)Ikan laut mampu memperhabarui dirinya namun kemampuan ini bukan tidak terbatas, bahkandapat luruh bila dilakukan eksploitasi yang berlebihan. Sebagian sumberdaya yangpemanfaatannya bersifat terbuka dan pemiliknya umum, diperlukan adanya usaha pengelolaanyang mengatur pemanfaatan,

pelestarian dan bila diperlukan juga rehabilitasi. Sebab kelangkaanpengololaan akan mengarah terjadinya "biological overfishing", yaitu bila hasil penangkapanterhadap satu jenis ikan laut lebih besar dan "maximum yang sustainable" untuk populasi ikantersebut.Walaupun sebagian bear komoditi perikanan laut dimanfaatkan untuk peningkatan kebutuhanhidup masyarakat dalam negeri terutama dalam peningkatan gizi yan gberasal dari protein hewandalam pengelolaan sumberdaya laut perlu diprioritaskan juga sebagai komoditas ekspor untuk

meningkatkan devisa negara. Penangkapan jenis-jenis ikan laut dibagi sesuai dengan kebutuhandi luar negeri dan dalam negeri sebagai berikut :1.

Udang panaeid yang ditangkap di perairan Irian Jaya, Maluku, Kalimantan, Sulawesi,Jawa dan Sumatera adalah komoditi utama.2.

Ikan tuna dan cakalang merupakan komoditi ekspor kedua setelah udang dengan daerahpenangkapan di perairan Indonesia bagian timur, terutama perairan Maluku dan IrianJaya, Samudera Hindia, maupun perairan ZEE.3.

Jenis Ikan selain Udang, tuna, dan cakalang yang diekspor dengan jumah dan nilai besaradalah ikan kakap, kerapu, baronag, tenggiri, serta beberpa ikan hia

Anda mungkin juga menyukai