Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik, namun dalam

kenyataanya merokok banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok merupakan bagian dari bentuk kelalaian atau kesalahan yang disengaja, maka dari itu merokok identik dengan bunuh diri. Pandang agama Islam mengenai tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain tidak akan diridhoi oleh Allah SWT yang Maha Bijaksana (Fitriyani, 2010). Sebagai mana dikatakan dalam Al-Quran surat (Al Baqoroh:195)

Yang artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan Janganlah kalian menjatuhkan diri kamu sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.. Dari ayat diatas Fatwa ulama Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin dari kitab Fatwa-Fatwa Terkini 2, memaparkan bahwa rokok menimbulkan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti kanker, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), jantung, hipertensi, katarak dan lain-lain (Fitriyani, 2010).

Organisasi

Kesehatan

Dunia

(World

Health

Organization-WHO)

mengatakan bahwa terdapat 1,2 miliar perokok di dunia saat ini. Kebiasaan merokok berhubungan dengan terjadinya 25 jenis penyakit di tubuh manusia. Separuh dari para perokok akan meninggal oleh berbagai penyakit akibat rokok. WHO memperkirakan tiap tahun terdapat 4 juta orang meninggal akibat penyakit karena merokok dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah kematian akibat rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah China dan India, dengan bertambahnya angka orang meninggal karena merokok menjadi 8,4 juta per tahun (Aditama, 2009). Secara nasional prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari sebesar 28,2 %. Rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh (52,3%) perokok adalah 1-10 batang dan sekitar 20 % sebanyak 11-20 batang per hari. Rata-rata umur mulai merokok adalah 17,6 tahun. Perilaku merokok dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lain, cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya umur. Prevalensi perokok dalam rumah lebih banyak pada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di perdesaan, dengan pendidikan rendah yaitu tidak tamat dan tamat SD. Menurut pekerjaan, prevalensi perokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lebih banyak yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh diikuti wiraswasta dan yang tidak bekerja, dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi (Riskesdas, 2010) Rokok mengandung bahan yang membahayakan tubuh, rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Asap rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal
2

sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Beberapa zat yang terkandung dalam asap rokok beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kram, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek (Suheni, 2007). Meski semua orang tahu akan bahaya merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan di kehidupan sehari-hari di lingkungan rumah, angkutan umum, maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok. Dari sisi kesehatan, bahaya merokok sudah tidak dibantahkan, bukan hanya menurut WHO, tetapi lebih dari 70 ribu artikel ilmiah membuktikan bahwa dalam kepulan asap rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya itu adalah tar, karbonmonoksida (CO) dan nikotin dan berbagai penyakit kanker pun mengintai serta dapat menimbulkan hipertensi (Abadi, 2005). Sebuah penelitian menyimpulkan terdapat hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dan jenis rokok dengan kejadian hipertensi (Nurcahyani dkk, 2011) Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
3

(silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu (Vitahealth, 2006). Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan Tuminah, 2009). Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Prevalensi hipertensi di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 27,3 %, Thailand dengan 22,7 % dan Malaysia mencapai 20 % (Riskesdas, 2007). Hasil Riskesdas tahun 2007 di Indonesia prevalensi hipertensi 32,2%, sedangakan menurut kelompok umur hipertensi umur > 18 tahun adalah 29,8%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%. Indonesian Society of Hypertension (InaSH) menegaskan hipertensi sudah menjadi permasalahan dunia (Riskesdas, 2007). Berdasarkan data riskesdas Provinsi Banten 2007 bahwa prevalensi hipertensi di Provinsi Banten 27.6% lebih rendah dari angka nasional (31.7%),
4

(Rahajeng dan

namun berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 8.7% lebih tinggi dari angka nasional (7.2%), demikian pula berdasarkan riwayat minum obat hipertensi adalah 9.4% lebih tinggi dari angka nasional (7.6%). Menurut kabupaten/kota, prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara 23.2% - 36.1%, dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Tangerang, sedangkan terendah di Kota Tangerang. Hipertensi masih tetap menjadi masalah, karena meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Yogiantoro, 2007). Dalam perjalanannya, hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada jantung, otak, ginjal, dan mata melalui dua mekanisme yang berhubungan yaitu efek dari peningkatan tekanan arteri (pada struktur dan fungsi jantung dan arteri) dan efek dalam percepatan perkembangan aterosklerosis. Dalam kurun 20 tahun terakhir, angka kematian karena serangan jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan. Akan tetapi, dua efek Hipertensi lainnya yaitu gagal jantung dan penyakit ginjal kronis justru meningkat (Pickering dalam Anggraini 2010). Dalam penelian Anggraini (2010), dari hasil uji dengan sampel 85 diperoleh adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian hipertrofi ventrikel kiri dengan riwayat hipertensi pada pasien gagal jantung kongestif. Dalam penelitian terkait oleh Jode (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien-pasien hipertensi yang datang berobat ke Bagian
5

Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 41 orang dari 43 responden. Data yang didapatkan dari kebiasaan merokok tersebut adalah menghisap rokok >20 batang setiap hari ada sebanyak 26 orang (63,4%), menghisap rokok secara dalam ada sebanyak 27 orang (65,8%), menghisap rokok selama > 10 tahun ada sebanyak 36 orang (87,8%), dan mengkonsumsi rokok nonfilter ada sebanyak 27 orang (65,9%). Kesadaran merupakan keadaan mengerti dan merupakan hal yang dirasakan atau dialami seseorang. Menurut sebuah Jurnal Internasional, menyebutkan merokok merupakan faktor risiko utama untuk hipertensi lazim di masyarakat Karen. Mempromosikan pendidikan publik di masyarakat pedesaan tersebut akan bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku risiko kesehatan. Secara keseluruhan, survei kami menunjukkan bahwa kurang dari setengah dari masyarakat Karen memiliki pengetahuan dan kesadaran (Aung, 2012). Dalam sebuah jurnal di India menyimpulkan, prevalensi hipertensi tinggi tetapi kesadaran rendah dalam komunitas kami, dan intervensi yang diperlukan untuk menerapkan tindakan kontrol dan untuk meningkatkan kesadaran (Vimala, 2009). Dari hasil studi pendahuluan di Puskesmas Ciputat kami telah mewawancarai 10 orang penderita hipertensi, ada 7 orang yang aktif merokok. Beberapa dari mereka mengaku mengetahui bahwa merokok itu tidak baik bagi penyakit yang diderita dan dapat menambah komplikasi dari hipertensi yang diderita, namun mereka masih tetap saja merokok. Kebisaaan merokok banyak dialami oleh orang dewasa dengan beragam profesinya, termasuk
6

mereka yang melakukan wirausaha dan bahkan mereka yang berprofesi sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Banyak kita jumpai kebisaaan merokok justru banyak dialami oleh masyarakat miskin yang rata-rata tingkat pengetahuannya rendah dibanding masyarakat yang lebih mampu. Dengan demikian, faktor yang menyebabkan seseorang cenderung untuk merokok tidak bisa dipastikan. Kesemuanya itu secara tidak langsung mengindikasikan lemahnya kesadaran dalam diri tiap individu dan rendahnya pola pikir yang dimilikinya, hingga tanpa pikir panjang mereka terjerumus dalam kebisaaan merokok (Aiman, 2006). Kebanyakan alasan mereka masih merokok karena merokok sudah menjadi kebiasaan dan merokok sudah menjadi rutinitas sejak lama. Pemilihan lokasi ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa belum pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan antara kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Kesadaran Terhadap Penyakit Hipertensi Dengan Perilaku Merokok Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciputat Tanggerang Selatan.

B. Rumusan masalah Dalam sebuah jurnal Internasional, menyebutkan merokok merupakan faktor risiko utama untuk hipertensi lazim di masyarakat Karen. Kesadaran hipertensi pada populasi berisiko rendah adalah mengkhawatirkan. Dari hasil
7

studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Ciputat kami telah mewawancarai 10 orang penderita hipertensi, ada 7 orang yang aktif merokok. Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan.

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi perilaku merokok pada penderita hipertensi. b. Mengidentifikasi kesadaran penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi. c. Mengidentifikasi hubungan antara kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan tahun 2012.

D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti mengenai kesadaran penderita hipertensi terhadap perilaku merokok dan penyakit hipertensi yang diderita. b. Menambah pengetahuan, pengalaman dalam merancang dan

melaksanakan penelitian, dan dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh. c. Sebagai bahan atau dasar bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok. d. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan 2. Bagi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan guna meningkatkan mutu pelayanan sehingga para petugas kesehatan bisa memberikan informasi tentang hipertensi dan bahaya merokok. 3. Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bahan pustaka mengenai kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok pada penderita hipertensi.

E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggambarkan hubungan antara kesadaran terhadap penyakit hipertensi dengan perilaku merokok pada penderita hipertensi. Populasi penelitian ini adalah pasien hipertensi dan merokok dilingkungan puskesmas Ciputat tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode
9

kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner.

10

Anda mungkin juga menyukai