Anda di halaman 1dari 14

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Kerangka Pemikiran

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus menerus ke arah yang dikehendaki. Tjokroamidjojo dan Mustofadidjaja (1980) menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kegiatan/orientasi usaha yang tidak berakhir. Kemudian dijelaskan bahwa proses pembangunan sebenarnya merupakan perubahan sosial budaya. Suatu proses pembangunan yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri sangat tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Todaro (1977) mengartikan pembangunan sebagai the process of improving the quality of all human lives. Hal ini dapat memberi batasan kepada tiga aspek pembangunan yang dikatakan sama pentingnya di mana pembangunan harus mempunyai tujuan: (i) (ii) Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa Memperkuat persatuan dan kesatuam bangsa

Konsep dan pemikiran kebijakan pembangunan Nasional lima tahun terakhir ini telah mengalami perubahan secara dinamik dari waktu ke waktu, dan bahkan secara konseptual pemikiran pembangunan telah mengalami perubahan paradigma yang lebih mendasar dari pola sentralistik ke pola desentralisasi dengan kebijakan otonomi daerah. Konsep otonomi daerah yang dituangkan dalam UU No.22/1999 memberikan kewenangan pemerintahan daerah dalam penyusunan kebijakan pembangunan daerah. Diberlakukannya Undang-undang otonomi daerah memberikan implikasi luas dalam sistem perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah. Otonomi daerah mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah di bandingkan pendekatan sektoral. Hal ini memberikan peluang sekaligus tantangan yang segera harus direalisasikan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.

Salah satu penyebab kegagalan pemerintah (government failure) di masa lalu adalah kegagalan di dalam menciptakan sinergisitas antar komponen pembangunan atau kegagalan menciptakan keterpaduan sektoral di dalam kerangka pembangunan wilayah. Lembaga-lembaga (instansi) sektoral di tingkat wilayah/daerah sering jadi hanya berupa perpanjangan dari lembaga sektoral di tingkat nasional/pusat dengan sasaran

pembangunan, pendekatan dan perilaku yang tidak sinergis dengan lembaga (institusi) yang dibutuhkan di tingkat daerah. Akibatnya, lembaga pemerintah daerah gagal menangkap kompleksitas pembangunan yang ada dan tidak mempertimbangkan keterkaitan antar lembaga institusi tersebut. Keterpaduan sektoral tidak hanya menyangkut hubungan antar lembaga pemerintahan, akan tetapi juga antara pelakupelaku ekonomi secara luas dengan latar belakang yang berbeda. Rustiadi (2003) menyatakan bahwa suatu wilayah yang berkembang menunjukkan adanya keterkaitan (linkage) antara sektor ekonomi wilayah dalam arti transfer input dan output barang dan jasa antar sektor dapat berlangsung secara dinamis. Keterpaduan spasial membutuhkan adanya interaksi spasial yang optimal dalam arti terjadinya struktur keterkaitan antar wilayah yang dinamis. Akibat potensi sumberdaya alam serta aktivitas-aktivitas sosial ekonomi yang tersebar secara merata dan tidak seragam, maka diperlukan adanya mekanisme interaksi intra dan inter wilayah secara optimal. Keberadaan IPB bagi masyarakat sekitar terutama dalam hal peningkatan kesempatan kerja pada sektor formal dan informal, peningkatan pendapatan masyarakat yang secara langsung berpengaruh pada peningkatan taraf hidup sangat diharapkan. Dampak keberadaan IPB terhadap perekonomian wilayah dilihat melalui penerimaan pajak dan pengaruhnya terhadap peningkatan PAD Kabupaten Bogor yang pada gilirannya akan berpengaruh pada peningkatan taraf hidup melalui peningkatan fasilitas pelayanan umum, seperti terlihat dalam Gambar 4 berikut:

Pemerintah RI

Masyarakat Sekitar (Analisis Regresi)

IPB

Pemerintah Kabupaten Bogor (Analisis I-O)

Kesempatan Kerja Sektor Formal/Informal

Penerimaan Pajak Penghasilan/Usaha

Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Peningkatan PAD Kabupaten Bogor

Peningkatan Taraf Hidup

Peningkatan Fasilitas Pelayanan Umum

Penelitian

Hasil (Rekomendasi)

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Dampak Keberadaan IPB terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor.

3.2

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan pendapatan antara pelaku sektor informal di sekitar kampus IPB Darmaga dengan pelaku sektor informal di kawasan yang comparable. 2. Diduga keberadaan kampus IPB Darmaga mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar dan perekonomian Kabupaten Bogor.

3.3 3.3.1

Metode Penelitian Lokasi Penelitian Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di

sekitar kampus IPB Darmaga yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hal ini karena penekanan penelitiannya adalah untuk melihat manfaat ekonomi dengan keberadaan kampus IPB bagi pertumbuhan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor.

3.3.2

Jenis dan Sumber Data Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara

langsung adalah data ekonomi masyarakat di sekitar kampus IPB Darmaga. Jumlah responden adalah 200. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling. Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah: Masyarakat disekitar kampus IPB Darmaga yang bekerja disektor informal berdasarkan kelompok Pedagang yang terdiri dari warung, rumah makan dan toko, Staf IPB, Dosen IPB, Mahasiswa IPB. Kelompok Jasa terdiri dari rental computer, fotocopy dan rumah kost, kelompok

angkutan terdiri dari angkutan kota, ojeg dan becak. mengikuti metode pengumpulan data Suhendi (2005).

Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan dengan

kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 5 tahun terakhir, dari tahun 2000 hingga tahun 2004. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor Biro Statistik setempat dan dari instansi lain. Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya adalah : 1). Harga kebutuhan pokok 2). Biaya kehidupan 3). Jumlah masyarakat 4). Jenis dan jumlah usaha

3.3.3

Analisis Data Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian masyarakat

di sekitar kampus IPB Darmaga digunakan analisis Deskriptif dan analisis Ekonometrik. Untuk analisis ekonometrik digunakan model regresi dalam menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut: Yi = 0 + 1 X1i + 2 X2i + 3 X3i + 4 X4i + 5 X5i + 6D1i + 7D2i + 8D3i + ei Dimana: Y X1 X2 X3 X4 X5 D1 = = = = = = = Pendapatan usaha di sektor informal (Rp/bulan) Umur (tahun) Pendidikan yang ditamatkan (tahun) Pengalaman kerja (tahun) Curahan kerja (jam/hari) Modal operasi per tahun Jenis kegiatan sektor informal 1 = jika kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan aktifitas IPB 0 = selainnya

D2

Lokasi usaha 1 = jika di dalam kampus 0 = jika di luar kampus

D3

Asal daerah 1 = asli setempat 0 = pendatang

Variabel-variabel tersebut diatas adalah variabel yang diperlukan dalam mengidentifikasi kegiatan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkaya apa yang telah dilakukan oleh Suhendi (2005). Untuk melihat nyata tidaknya peranan peranan keragaman peubah penjelas terhadap keragaman peubah endogen dilakukan pengujian hipotesis secara statistik. Hipotesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : 1 = 2 = .. = k = 0 H1 : Minimal ada satu nilai j yang tidak sama dengan nol: j = 1,2,3 ..,k Pengujian peranan keragaman peubah penjelas secara bersama-sama terhadap keragaman peubah endogen dilakukan pengujian dengan statistik uji-F, yaitu: Jumlah kuadrat tengah regresi /k F hitung = Jumlah kuadrat tengah sisa/(n-k-1) Bila: F hitung > F (k, n-k-1) Tolak H0 F hitung F (k, n-k-1) Terima H0 Dimana: K = Jumlah peubah penjelas n = Jumlah contoh

= Taraf nyata

3.3.4

Definisi Operasional (Variabel) Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel 2

berikut: Tabel 2. Definisi Operasional (Variabel) Nama Variabel Umur Responden Pendidikan Responden Pengalaman Kerja Jam Kerja Modal Awal Usaha Lokasi Dalam IPB Lokasi Sekitar IPB Asal Daerah Simbol Umur Pendidikan Kerja Curahan Modal IPB Lokasi Asal Satuan Tahun SD s.d. S3 (Tahun) Tahun Jam/hari Rupiah Kampus (D1) Darmaga & Ciampea (D2) Nama Daerah (D3)

Keterangan : 1. Kesempatan kerja adalah kesempatan untuk bekerja baik dengan membuka usaha sendiri maupun bekerja pada usaha orang lain yang diukur dari jumlah dan jenis usaha yang berada di sekitar kampus IPB (Darmaga) meliputi kelompok usaha perdagangan, jasa dan angkutan 2. Sektor informal adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai ciri mudah dimasuki, bekerja sendiri atau hanya dibantu pekerja keluarga, beroperasi dalam skala kecil, umumnya tidak menuntut keterampilan yang berasal jalur pendidikan formal, pola usahanya tidak teratur baik operasi maupun jam kerjanya dan tidak memiliki izin usaha. 3. Sektor formal adalah salah satu kegiatan ekonomi yang bersifat resmi dan mendapat pengakuan (legitimasi) dari pemerintah berdasarkan surat ijin serta umumnya memiliki tenaga kerja tetap yang diatur secara tertulis. 4. Umur Responden adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku usaha yang dinyatakan dalam tahun.

5. Pendidikan Responden adalah dalam tahun.

lama pendidikan formal yang diikuti, dinyatakan

6. Lama Bekerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui pelaku usaha dalam menjalankan usahanya yang dinyatakan dalam bulan. 7. Curahan adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan usaha yang dinyatakan dalam jam per bulan. 8. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai usahanya, dinyatakan dalam rupiah. 9. Lokasi Dalam IPB (IPB) adalah usaha yang dilakukan di dalam Kampus IPB Darmaga. 10. Lokasi Sekitar IPB (Lokasi) adalah usaha yang dilakukan di luar Kampus IPB Darmaga. 11. Asal yaitu mengacu pada tempat dimana pelaku usaha dilahirkan atau pelaku usaha dibesarkan. 12. Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini dinyatakan dalam rupiah per bulan.

Untuk menganalisis dampak keberadaan kampus IPB Darmaga terhadap peningkatan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor, digunakan analisis Model InputOutput (Sutomo 1995, Badan Pusat Statistik 1995, Budiharsono 1996). Analisis dengan model I-O tersebut dilakukan dalam lima tahap sebagai berikut: Tahap I. Penyusunan tabel I-O Kabupaten Bogor tahun 2003 dengan menggunakan metode non survey, yaitu diturunkan atau di up-date dari Jawa Barat yang telah tersedia (BPS Jawa Barat). Tahap II. Penyusunan tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 (prediksi), dimaksudkan untuk mengetahui dampak pelaksanaan usaha sektor jasa terhadap peningkatan perekonomani wilayah Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, jumlah sektor produksi pada tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 (ada 22 sektor) yang menjadi landasan penyusunan tabel I-O

tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 harus dimodifikasi, yaitu dengan menambahkan sektor jasa IPB. Tahap III. Penyusunan tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 tersebut pada tahap II dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode non survey dan metode survey. Metode non survey digunakan untuk menurunkan atau meng up date nilai

semua sektor produksi/ekonomi dan komponen lainnya pada tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 menjadi tabel I-O Kabupaten Bogor 2003. Langkah-langkah dalam melakukan up date tersebut adalah: 1. Melakukan proyeksi atau estimasi total permintaan (permintaan antara dan permintaan akhir) atau total input (input antara, impor dan input primer) dari setiap sektor produksi dan komponen lainnya dalam tabel I-O dengan mempertimbangkan: laju pertumbuhan output masing-masing sektor produksi dan komponen lainnya dari tahun 2000 sampai tahun 2004. 2. Hasil proyeksi atau estimasi total permintaan atau total input tersebut, selanjutnya dialokasikan ke masing-masing komponen dari permintaan/input antara, permintaan akhir, impor dan input primer pada tabel I-O Kabupaten Bogor 2003 berdasarkan pada koefisien input masing-masing komponen dari tabel I-O 2003, yang telah ditentukan dengan metode Location Quotient (LQ). Sementara itu, metode survey digunakan untuk memperoleh data/informasi tentang aktivitas sektor usaha jasa, termasuk di dalamnya kaitan dengan sektor produksi atau komponen lainnya dalam tabel I-O, yang dilaksanakan di Kabupaten Bogor Dengan demikian, data/informasi yang diperoleh melalui kedua metode tersebut (non survey dan survey) digabungkan dan dituangkan ke dalam tabel I-O Kabupaten Bogor. Tahap IV. Pembuatan struktur tabel I-O Kabupaten Bogor sebagaimana disajikan dalam Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Struktur Tabel Input Output Kabupaten Bogor Sektor pembeli (Permintaan antara) 2 3 ....... n ...... Q12 Q13 Q1n Q22 Q23 Q2n Q32 Q33 Q3n Qn2 W2 T2 S2 Q2 Qn3 W3 T3 S3 Q3 Qnn Wn Tn Sn Qn Permintaan Akhir C C1 C2 C3 Cn Wc Tc Sc C G G1 G2 G3 Gn WG TG SG G K K1 K2 K3 Kn Wk Tk Sk K Q1 Q2 Q3 Qn W T S Q Total Output

1
Sektor Penghasil (Input Antara)

1 2 3 . n W T S

Q11 Q21 Q31 Qn1 W1 T1 S1 Q1

Total Input Q C G K

Input Prime r

: sektor 1 n, dalam nilai (kuantitas x harga) : permintaan akhir oleh rumahtangga (konsumsi rumah tangga) : government expenditure : tabungan untuk pembentukan barang modal seperti; tabungan di bank,

pembelian barang modal untuk disimpan. W T : Upah/gaji TK (konstribusi TK terhadap system produksi) : tax dari pelayanan pemerintah (konstribusi layanan pemerintah terhadap system produksi) S : Surplus usaha terhadap pemilik modal (konstribusi managemen/pemilik modal terhadap system produksi) Q11 : output sektor 1 digunakan sebagai input di sektor 1 pula, contoh : petani padi menggunakan input benih padi. Q12 : output sektor 1 digunakan sebagai input di sektor 2 pula, contoh : padi digunakan sebagai input pada industri tape. Tc : pelayanan publik yang dirasakan rumah tangga dan rumah tangga pun membayar pajak/retribusi (transfer dari rumah tangga ke pemerintah) Sc : transfer surplus perusahaan ke rumah tangga

Wk

: pendapatan yang diperoleh di luar negeri dan tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu sektor.

Dari tabel I-O di atas, dapat ditentukan besarnya koefisien input (aij), yaitu perbandingan antara output sektor ke-i yang digunakan sebagai input oleh sektor ke-j (Xij) dengan input total sektor bersangkutan (Xj), secara matematis rumusnya: aij = Xij/Xj. Selanjutnya masing-masing nilai aij tersebut dapat disusun ke dalam bentuk persamaan linier sebagai berikut:
a 11 X1 + a12 X 2 + ............... + a 1n X n + Y1 = X1 a 21 X 2 + a 22 X 2 + ............... + a 2n X n + Y 2 = X 2

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

a n1 X n + a n2 X n + ............... + a nn X n + Y n = X n

atau dalam bentuk matriks:


a11.......... a1n X n Y1 X1 .......... a 2n X n Y 2 X 2 a 21 + = X n X n Y n a n1.......... a nn

A AX + Y = X

X Y = (I A)X
-1

Y = X AX

Dari persamaan di atas diperoleh: X = (I A) Keterangan: (I A)


-1

= Matrik Leontief

(I A) = Matrik kebalikan Leontief, terdiri atas: a. Leontief terbuka, yaitu tanpa sektor rumah tangga (rumah tangga sebagai sektor eksogen). b. Leontief tertutup, yaitu dengan memasukkan sektor rumah tangga (rumah tangga sebagai sektor endogen).

Tahap V. Menganalisis dampak pelaksanaan usaha sektor jasa terhadap peningkatan perekonomian wilayah Kabupaten Bogor dengan menggunakan Model I-O tahun 2003 sebagai berikut: 1. Analisis PDRB berdasarkan nilai tambah, yaitu dengan menganalisis kontribusi masing-masing sektor komponen PDBR (sektor) terhadap total PDRB berdasarkan nilai tambah (input primer) dinyatakan dalam persen (analisis deskriptif). Dalam hal ini diketahui kontribusi sektor usaha jasa.terhadap PDRB.

2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage), digunakan rumus berikut:


n X ij j=1 Xi

FLi =

n = a ij(i = 1,2,..., n) j=1

n IFLi = c ij(i = 1,2,..., n) j=1

Keterangan: FLi = Keterkaitan langsung ke depan dari sektor ke-i IFLi = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dari sektor ke-i Xij = Banyaknya input sektor j yang berasal dari output sektor I Xj aij cij = Total input sektor j = Unsur matrik koefisien teknik (unsur matrik A) = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka (unsur matrik (I-A)-1)

3. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage), digunakan rumus berikut: n X ij n BLj = i =1 = a ij(j = 1,2,..., n) Xj i =1 n IBLj = c ij(j = 1,2,..., n) i =1 Keterangan:

BLj = Keterkaitan langsung ke belakang dari sektor ke-j IBLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dari sektor ke-j

4. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion = CD), rumusnya:


n n c ij CD = i =1 n n c ij i =1 j=1

5. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion = SD), rumusnya:


n n c ij j=1 SD = n n c ij i =1 j=1

6. Pengganda Pendapatan, digunakan rumus berikut:


n a n +1,i cij MPIj = i =1 a n +1, j n MPSj = a n +1,i cij i =1 n +1a n +1,i dij MPIIj = i =1 a n +1, j n MPTj = a n +1,i d ij i =1

Keterangan: MPIj/MPIIj = Pengganda pendapatan tipe I/tipe II sektor ke-j MPSj/MPTj = Pengganda pendapatan sederhana/total sektor ke-j
a n +1,i = Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor ke-i a n +1, j = Koefisien input gaji/upah rumah tangga sektor ke-j

dij

= Unsur matrik kebalikan Leontief tertutup (unsur matrik (I-B)-1)

7. Pengganda Output, digunakan sebagai berikut:

n MXSj= c ij i =1 Keterangan:

n MXTj = d ij i =1

MXSj = Pengganda output sederhana sektor ke-j MXTj = Pengganda output total sektor ke-j

Anda mungkin juga menyukai