Anda di halaman 1dari 3

2.

2.2

Pemeriksaan Diagnostik a) Pengkajian diagnostic yang bias dilakukan, meliputi hal-hal berikut ini. b) Tzanck Smear : mengidentifikasi virus tetapi tidak dapat membedakan herpes zoester dan herpes simpleks. c) Kultur dari cairan vesikel dan tesantibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herves virus. d) Immuno fluorocestent : mengidentifikasi varisella di sel kulit. e) Pemeriksaan histopatologik. f) Pemeriksaan mikroskop electron. g) Kultur virus. h) Identifikasi antigen/ asamnukleat VVZ. i) Deteksi antibody terhadapinfeksi virus. (Muttaqin Arif & Kumala Sari, 2012) Penatalaksanaan 2.8.1 Infeksi Virus 1) Tujuan tatalaksana Varisela : meredakan rasa nyeri dan mengurangi/menghindari komplikasi. - Terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik oral: Dikloksasilin 12,5-50mg/kg/hari; Eritromisin stearat 4x250-500mg/hari. - Asiklovir sedini mungkin (dalam 1-3 hari pertama) Dewasa: 5x800mg/hari (selama 7-10 hari) Anak : 20mg/kgBB/kali 800mg 4kali/hari (selama 5 hari) Salep antibiotik: yang erosi diberikan salep sodium fusidat -Nonfarmako : manajemen nyeri seperti, atur posisi fisiologis, manajemen lingkungan, teknik relaksasi dan distraksi, dan manajemen sentuhan. 2) Tujuan tatalaksana Herpes Zoester adalah untuk meredakan rasa nyeri dapat mengurangi atau menghindari komplikasi. Rasa nyeri dikendalikan dengan pemberian analgesic karena pengendalian nyeri yang adekuat selama fase akut akan membantu mencegah terbentuknya pola nyeri yang persisten. Bila saraf oftalmikus cabang dari saraf trigeminus terkena, maka harus dirujuk pada seorang dokter ahli penyakit mata karena dapat terjadi perforasi kornea akibat infeksi tersebut. - Pemberian kortikosteroid sistemik dini dapat membantu mencegah timbulnya neuralgia post-herpetika. - Asiklovir oral 800 mg 5 kali sehari selama 10 hari dapat mempersingkat lama infeksi herpes zoester. 2.8.2 Infeksi Bakteri 1) Impetigo - Krem antibiotik : untuk pengobatan topikal - Drainage: bula dan pustula ditusuk dengan jarum steril untuk mencegah penyebaran lokal - Kompres larutan Sodium kloride 0,9% - Pengobatan sistemik (FK Unair, 2007) Penisilin dan semisintetiknya (pilih salah satu) a) Kloksasilin b) Dikloksasilin

c) Fenoksimatil penisilin (penisilin V) d) Eritromisin e) Klindamisin - Manajemen nyeri keperawatan 2) Folikulitis - Ajarkan perawatan kebersihan diri - Hindari mencukur 3) Furunkel (bisul) - Kolaborasi pemberian analgesik - Manajemen nyeri keperawatan - Nekrotomi (bila perlu) 4) Karbunkel - Manajemen nyeri keperawatan - Kolaborasi pemberian analgesik - Kolaborasi pemberian antibiotik (preparat oral kloksasilin, dikloksasilin, flukicksasilin, sefalosporin, eritromisin) - Ekstrasi dan drainase pus 5) Selulitis - Manajemen nyeri keperawatan - Kolaborasi pemberian analgesik - Kolaborasi pemberian antibiotik 6) Erisipelas - Manajemen nyeri keperawatan - Kolaborasi pemberian analgesik - Kolaborasi pemberian antibiotik 7) Morbus Hansen - Manajemen nyeri keperawatan - Kolaborasi pemberian analgesik - Kolaborasi pemberian antibiotik 2.8.3 Infeksi Jamur dan Parasit 1) Tinea Pedis - Kolaborasi pemberian antifungus (mikonazol, klotrimazol) - Merendam kaki pada larutan normal saline (mengurangi inflamasi) 2) Tinea Korporis - Meningkatkan higienis harian - Kolaborasi pemberian antifungus (ketokonazol, griseofulvin oral) 3) Tinea Kapitis - Meningkatkan higienis harian - Kolaborasi pemberian antifungus (ketokonazol, griseofulvin oral) 4) Tinea Kruris - Meningkatkan higienis harian - Kolaborasi pemberian antifungus (klotrimazol, mikonazol, haloprogin, tolnaftat/tinactin) 5) Tinea Inguium 6) Skabies - Kolaborasi antibiotik (skabisida, malathion 5%) - Kolaborasi antihistamin (Muttaqin Arif & Kumala Sari, 2012)

Muttaqin Arif & Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai