Anda di halaman 1dari 4

A. Penatalaksanaan 1. Medikamentosa Obat-obatan untuk pengobatan TB paru disebut sebagai OAT (Obat Anti Tuberkulosis).

OAT sendiri dibagi menjadi dua, yaitu : a. Lini Pertama Contoh obat lini pertama seperti isoniazid (H), rifampisin, (R), etambutol (E), pirazinamid (Z), danstreptomisin. b. Lini Kedua Contoh obat lini kedua adalah obat-obatan seperti, antibiotic golongan fluorokuinolon (siprofloksasin, ofloksasin, levofloksasin), sikloserin, etionamid, amikasin,

kanamisin, kapreomisin dan paraaminosalisilat (Istiantoro & Setiabudy, 2009). Pengobatan TB paru juga didasarkanpadakategorinya, yaitu : a. Kategori I 2HRZE/4H3R3 Yang artinya pasien akan diberi obat-obatan tersebut, isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol selama dua bulan pertama, OAT diberikan sehari satu kali. b. Kategori II 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 Yang artinya pasien akan diberi obat-obatan seperti kategori I, akan tetapi ditambah injeksi streptomisin (Kemenkes, 2009).

Pengobatan TB paru dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa obat, dengan jumlah tepat dan dosis yang tepat. b. Untuk menjamin kepatuhan pasien meminum obat maka diterapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment) yang dilakukan oleh seorang PMO

(PengawasMenelanObat). c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif diberikan dalam jangka waktu 2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan diberikan dalam 4 bulan berikutnya (Kemenkes, 2009).

Tabel 4. Ringkasan paduan obat Kategori Kasus I - TB paru BTA +, BTA - , lesi luas Paduan obat yang diajurkan 2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE / 6 HE *2RHZE / 4R3H3 II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / sesuai hasil Bila streptomisin uji resistensi atau 2RHZES / alergi, dapat diganti - Gagal pengobatan 1RHZE / 5 RHE kanamisin -3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE / 5RHE - TB paru putus Sesuai lama pengobatan berobat sebelumnya, lama berhenti minum obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini (lihat uraiannya) atau *2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3 -TB paru BTA neg. 2 RHZE / 4 RH atau lesi minimal 6 RHE atau *2RHZE /4 R3H3 RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan) Sesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup Keterangan

II

III

IV

- Kronik

IV

- MDR TB

Catatan : * Obat yang disediakan oleh Program Nasional TB Sekarang, penggunaan obat yang terpisah kurang dianjurkan. Selain obat menjadi banyak, pasien juga akan menjadi malas untuk meminum obat dalam jumlah yang banyak. Maka dari itu, WHO dan IUATLD merekomendasikan untuk memberikan pasien dengan OAT-KDT (KombinasiDosisTetap). OAT-KDT adalah satu obat yang

mengandung beberapa jenis obat. Jadi, dalam 1 OAT-KDT terkandung isoniazid (75 mg), rifampisin (150 mg), pirazinamid (400 mg) dan etambutol (275 mg). Penggunaan OATKDT ini mampu meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat, walaupun memiliki kelemahan seperti dosis yang kurang tepat, karena hanya berpatokan pada berat badan pasien (Kemenkes, 2009). Adapaun panduan pemberian jumlah OAT-KDT sebagai berikut :

BeratBadan (kg) 30-37 38-54 55-70 >71

Jumlah OAT-KDT 2 tablet KDT 3 tablet KDT 4 tablet KDT 5 tablet KDT

2. Non-medikamentosa a. Pasien harus mengenakan masker untuk pencegahan penularan ke orang lain. b. Pasien harus patuh dalam meminum obat. c. Mengisolasi pasien dalam ruang tersendiri, agar penularan dapat diminimalisir. d. Menjaga atau memperbaiki imunitas tubuh dengan cara memakan makanan yang bergizi serta berolahraga yang teratur. e. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, terutama dalam hal ventilasi, kelembaban dan kecukupan cahaya yang masuk ke dalam rumah (Alsagaff & Mukty, 2008).

B. Prognosis Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam : Dubia ad bonam : Dubia Ad bonam : Dubia Ad bonam

Kementerian Kesehatan RI. 2009. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Kementeriam Kesehatan Republik Indonesia.

Alsagaff, Hood dan H. Abdul Mukty. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 334 hal.

Anda mungkin juga menyukai