Anda di halaman 1dari 3

WIRELESS CHARGING

Putu Virga Nanta Nugraha (1104505057) Program Studi Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Udayana Jimbaran Bali

Dalam perkembangan perangkat telekomunikasi tentunya kita sering mendengar kata wireless, yaitu penghubung dua perangkat yang tidak mengunakan media kabel atau nirkabel . dalam melakukan hubungan telekomunikasi tidak lagi mengunakan media atau sarana kabel tetapi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai pengganti kabel. Keberadaan gelombang elektromagnetik didasarkan pada hipotesis Maxwell : (James Clark Maxwell) : Jika medan magnet dapat menimbulkan medan listrik, maka sebaliknya, perubahan medan listrik dapat menyebabkan medan magnet. Perkembangan teknologi wireless tumbuh dan berkembang dengan pesat, dimana setiap saat kita selalu membutuhkan sarana telekomunikasi. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya pemakaian Hadnphone, selain itu berkembang pula teknologi wireless yang digunakan untuk akses internet. Namun baru-baru ini teknologi wireless bukan hanya sekedar menghubungkan dua perangkat ataupun mengakses internet tetapi dapat digunakan menghubungkan power atau energy tanpa kabel hal ini diberi nama Wireless Charging. Teknologi wireless charging hampir sama dengan teknologi pada dynamo pembangkit listrik atau transformator penaik/penurun tegangan. Semua perangkat tersebut sama-sama menggunakan hukum Fisika, yaitu bila suatu kumparan kawat dialiri listrik maka akan timbul medan magnet. Sebaliknya, bila suatu kumparan dikenai dengan medan magnet, maka akan timbul aliran listrik pada kawat kumparan. Dengan cara yang sama, charger yang berupa kumparan dialiri listrik. Sehingga timbul medan magnet di sekitarnya. Medan magnet ini mengenai kumparan yang telah dipasang di bagian belakang smartphone. Maka pada kumparan di smartphone timbul arus listrik yang seterusnya digunakan untuk mengisi baterai.

Jarak antara kumparan pada charger (transceiver) dan pada smartphone (receiver) harus sedekat mungkin. Makin jauh jaraknya, makin kecil listrik yang ditimbulkan pada kumparan di smartphone. Untungnya para peneliti di MIT pada tahun 2006 telah menemukan teknik resonansi sehingga jarak antara transceiver dan receiver bisa lebih jauh dibandingkan dengan induksi biasa. Mereka berhasil memisahkan kedua kumparan sejauh beberapa meter. Pada penerapannya, jarak antarkumparan belum sejauh yang diriset di lab. Standar Qi yang dibuat oleh Wireless Power Consortium (WPC) misalnya mendukung teknologi resonansi magnetik dengan jarak sampai sejauh 40 milimeter.

Sketsa gelombang elektromagnetik Contoh alat yang saya review adalah JBL PowerUp Wireless Charging Speaker for Nokia dimana alat ini berperan sebagai transceiver dan berfungsi sebagai Wireless Speaker dan

Charging untuk perangkat NOKIA.

Jarak Jangkauan Wireless : 15 mm menggunakan NFC (Near Field Communication) dan 10 m dalam menggunakan Bluetooth.

Wireless connectivity : Near Field Communication;Bluetooth 2.1 + EDR, high-speed USB 2.0;Wireless charging

Frequency response: 65 - 20 000 Hz (frekuensi audible)

Anda mungkin juga menyukai