Anda di halaman 1dari 30

APA ITU ILMU

Sumber: http://www.slideshare.net/herdisaksul/apa-itu-ilmu (03 Februari 2011)


1. DEFINISI
o o

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988) memiliki dua pengertian, yaitu : 1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. 2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan : Ilmu : merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, dengan menggunakan metode-metode tertentu.

2. KARAKTERISTIK ILMU
o

Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :

1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. 2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.

3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi.

Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu, yaitu: 1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal (rasio). 2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca indera. 3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali. 4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya. 3. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ILMU DENGAN FILSAFAT
o

Perbedaan Ilmu bersifat analisis dan hanya menggarap salah satu pengetahuan sebagai objek formalnya. filsafat bersifat pengetahuan sinopsis artinya melihat segala sesuatu dengan menekankan secara keseluruhan, karena keseluruhan memiliki sifat tersendiri yang tidak ada pada bagian bagiannya. Ilmu bersifat deskritif tentang objeknya agar dapat menemukan fakta fakta, netral dalam arti tidak memihak pada etnik tertentu. Filsafat tidak hanya menggambarkan sesuatu, melainkan membantu manusia untuk mengambil putusan putusan tentang tujuan, nilai nilai, dari tentang apa apa yang harus diperbuat manusia. Filfat tidak netral, karena faktor faktor subjektif memegang peranan yang penting dalam berfilsafat. Ilmu mengawali kerjanya dengan bertolak dari suatu asumsi yang tidak perlu diuji, sudah diakui dan diyakini kebenarannya. Filsafat bisa merenungkan kembali asumsi asumsi yang telah ada untuk dikaji ulang tentang kebenaran asumsi. Ilmu menggunakan eksperimentasi terkontrol sebagai metode yang khas. Verifikasi terhadap teori dilakukan dengan jalan menguji dalam praktik

berdasarkan metode metode ilmu yang empiris. Selain menghasilkan suatu konsep atau teori, filsafat juga menggunakan hasil hasil ilmu, dilakukan dengan menggunakan akal pikiran yang didasarkan pada semua pengalaman insani,sehingga dengan demikian filsafat dapat menelaah yang tidak dicarikan penyelesaianya oleh ilmu o Persamaan 1. Filsafat dan ilmu, keduanya menggunakan metode berpikir reflektif (refflectife thinking ) dalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup. 2. Filsafat dan ilmu, keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun secara sistematis. 3. Ilmu membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan- bahan deskriktif dan faktual serta esensial bagi pemikiran filsafat. 4. Ilmu mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan ilmiah 5. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang

menjadikan beraneka macam ilmu dan yang berbeda serta menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia dan menyeluruh dan terpadu. 4. HUBUNGAN ILMU DENGAN FILSAFAT
o

Dasar manusia mencari dan menggali ilmu pengetahuan bersumber kepada tiga pertanyaan. Sementara filsafat ,memepelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajianya merupakan dasar bagi eksistensi ilmu. Untuk mengingatkan ketiga pertanyaan itu adalah: 1. Apa yang ingin kita ketahui? 2. Bagaimana cara kita memeperoleh pengetahuan?; dan 3. Apakah nilai (manfaat) pengetahuan tersebut bagi kita?

P ertanyaan pertama di atas merupakan dasar pembahasan dalam filsafat dan biasa disebut dengan ONTOLOGI , pertanyaan kedua juga merupakan dasar lain dari

filsafat, disebut dengan EPISTEMOLOGI dan pertanyaan terakhir merupakan landasan lain dari filsafat yang disebut dengan AXIOLOGI. Ketiga hal di atas merupakan landasan bagi filsafat dalam membedah setiap jawaban dan seterusnya membawa kepada hakekat buah pemikiran tersebut. Hal ini juga berlaku untuk ilmu pengetahuan, kita mempelajari ilmu ditinjau dari titik tolak yang sama untuk mendapatkan gambaran yang sedalam-dalamnya. Lanjutan . . . 5. ASPEK PENINJAUAN ILMU
o

ONTOLOGIS (MASALAH APA) Apakah yang ingin kita ketahui? Atau apakah yang menjadi bidang telaah suatu ilmu ? Untuk memperoleh kebenaran, perlu dipelajari teori-teori kebenaran. Beberapa alat/tools untuk memperoleh atau mengukur kebenaran ilmu pengetahuan adalah sbb. :

Rationalism; Penalaran manusia yang merupakan alat utama untuk mencari kebenaran

Empirism; alat untuk mencari kebenaran dengan mengandalkan pengalaman indera sebagai pemegang peranan utama

Logical Positivism; Menggunakan logika untuk menumbuhkan kesimpulan yang positif benar

Pragmatism; Nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalahmasalah praktis.

Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang dinamis , tersusun sebagai teori-teori yang saling mengeritik, mendukung dan bertumpu untuk mendekati kebenaran o JENIS JENIS ILMU
o o

Menurut Aristoteles ilmu diklarifikasikan berdasarkan tujuan dan objeknya. Berdasarkan tujuan ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu :

1. Ilmu ilmu teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang kenyataan. 2. Ilmu ilmu praktis atau produktif yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan. 6. Teori
o

Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar

Teori biasanya terdiri dari hukum-hukum, yaitu : pernyataan ( statement ) yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih

Teori memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi sebagai teori ilmiah

Tiga syarat utama teori ilmiah :


Harus konsisten dengan teori sebelumnya Harus cocok dengan fakta-fakta empiris Dapat mengganti teori lama yang tidak cocok dengan pengujian empiris dan fakta

7. Beberapa istilah yang biasa digunakan dalam komunikasi ilmu pengetahuan: Axioma pernyataan yang diterima tanpa pembuktian karena telah terlihat kebenarannya Postulat suatu pernyataan yang diterima benar semata-mata untuk keperluan berkomunikasi Presumsi suatu pernyataan yang disokong oleh bukti atau percobaan-percobaan, meskipun tidak konklusif dianggap sebagai benar walaupun kemungkinannya tinggi bahwa pernyataan itu benar

Asumsi suatu pernyataan yang tidak terlihat kebenarannya maupun kemungkinan benar tidak tinggi 8. Filsafat Ilmu Pengetahuan selalu memperhatikan : dinamika ilmu, metode ilmiah, dan ciri ilmu pengetahuan.
o

Dinamis : dengan aktivitas/perkembangan pengetahuan sistematik dan rasional yang benar sesuai fakta dengan prediksi dan hasil, ada aplikasi ilmu dan teknologi, dinamika perkembangan karena ilmu pengetahuan bersimbiose dengan teknologi

o o

Metode Ilmiah : dengan berbagai ukuran riset yang disesuaikan. Ciri Ilmu : perlu memperhatikan dua aspek, yaitu : sifat ilmu dan klasifikasi ilmu

Sistematik Ilmiah, benar (pembuktian dengan metode ilmiah Salah satu Klasifikasi Ilmu : Sifat ilmu Konsisten (antara teori satu dengan yang lain tak bertentangan) Eksplisit (disepakati dapat secara universal, bukan hanya dikalangan kecil) Ilmu Pengetahuan Ilmu Alam (Natural Wissenschaft) Ilmu Alam / Eksakta Ilmu Moral Ilmu Sosial Ilmu Humaniora 9. ASPEK AKSIOLOGI Tujuan dasarnya : menemukan kebenaran atas fakta yang ada atau sedapat mungkin ada kepastian kebenaran ilmiah Contohnya : Pada Ilmu Mekanika Tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi tingkat kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai variasi kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar.

TERMINOLOGI FILSAFAT
Sumber: http://www.scribd.com/doc/15814870/Arti-Semantik-Filsafat Berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu Dengan filsafat, manusia berusaha menangkap makna, hikmah dari tiap pemikiran, realitas, dan kejadian Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih dan bijaksana dalam berpikir, bersikap, berkata, dan berbuat

Immanual Kant:
filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika); apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika);sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi) Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau mendalamisecara radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: hakikat tuhan, hakikat alam semesta, dan hakikat manusia,serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari paham tersebut

Filsafat:

kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna dibalik kenyataan/teori yang ada untuk disusun dalam sebuahsistem pengetahuan rasional....

Perenungan Kefilsafatan:
percobaan utk menyusun sebuah sistem pengetahuan rasional yang memadai utk memahami dunia maupun diri sendiri.

Berpikir didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi


realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian

FILSAFAT SELALU RASIONAL!!!


BERPIKIR DALAM FILSAFAT Rasional: tahu & paham dengan akal budi Logis: tahu & paham dengan teknik berpikir yang telah ditetapkan dalamaturan logika
formal, yakni menyusun silogisme-silogisme dengan tujuan mendapatkan kesimpulan yang tepat dengan menghilangkan setiap kontradiksi.

Dialektik: menetapkan tesis dan antitesis dengan tujuan mendapat sintesis dengan
mengaktifkan kontradiksi

Intuisi: diutamakan kemampuan inventif, mendapat pengetahuan segera tanpa terlalu


mempedulikan prosedur atau langkah untuk sampai pada kepada pengetahuan tersebut

Taksonomi: susun klasifikasi dengan tujuan menyederhanakan kenyataan dan gejala


dalam kategori

Simbolisme: lihat gejala sbg lambang dg tujuan mengerti apa yang Dilambangkan

FILSAFAT BISA BERUPA


(1) Sikap, (2)Metode berpikir, (3) Kel. persoalan, (4) Kel. Teori (5) Analisa bahasa/Istilah, (6) Pemahaman yg menyeluruh atau Pandangan Hidup

FILSAFAT-FILSAFAT KHUSUS
1. Filsafat Politik 2. Filsafat Ekonomi 3. Filsafat Kebudayaan 4. Filsafat Pendidikan 5. Filsafat Hukum 6. Filsafat Bahasa 7. Filsafat Seni 8. Filsafat Ilmu

FILSAFAT KEILMUAN
Filsafat Ilmu Umum Filsafat Ilmu-ilmu Khusus 1. Filsafat Matematika 2. Filsafat Ilmu-ilmu Fisik 3. Filsafat Biologi 4. Filsafat Psikologi 5. Filsafat Linguistik 6. Filsafat

OBJEK FILSAFAT
Objek Material (OM): Segala sesuatu yang ada 1. Tipikal/sungguh-sungguh ada 2. Dalam kemungkinan 3. Dalam pikiran/konsep Objek Formal (OF) : Hakikat terdalam/substansi/esensi/intisari Keterangan : O.M. = Sesuatu hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), yg diselidiki, yg dipelajari. O.F. = Cara memandang, meninjau, seorang peneliti terhadap OM-nya serta prinsip-prinsip yang digunakan. OF: Memberi keutuhan suatu ilmu Membedakannya dengan bidang ilmu lain

1 OM = sekian OF

CIRI-CIRI PERSOALAN FILSAFAT


Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dg objek2 khusus) Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (nonfaktawi) Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yg ada pd suatu hal) Bersifat kritis thd konsep dan arti2 yg biasanya diterima bgt saja oleh ilmu Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan memunculkan persoalan baru yg saling berhubungan. Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.

10

CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT


o o o o Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pd hakikat/esensi) Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur2 utk mencapai tujuan ttt) Berpikir ttg hal/proses umum, universal, ide2 besar, bukan ttg peristiwa tunggal Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya) dan koheren (sesuai dg kaidah2 berpikir, logis) o Secara bebas, tak cenderung bias prasangka, emosi. Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pd prinsip2 pemikiran logis serta tanggung jawab pd hati nurani sendiri) o o Berusaha memperolah pandangan komprehensif/menyeluruh. Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan abstraksi dr pengalaman ttg hal2 serta proses2 individual melampaui batas pengalaman hidup sehari2

TUJUAN & MANFAAT FILSAFAT


o Mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik & menilai pengetahuan ini, menemukan hakikatnya & menerbitkan serta mengatur semua itu dlm bentuk yg sistematis. o Bukan Problem Solving, tetapi memberi kejernihan dalam berpikir tentang sesuatu, memetakan secara komprehensif & radikal. Dengan filsafat, manusia mampu menghindar dari arogansi akulah yang benar, dogmatisme kepercayaan. Melalui filsafat semua argumen diakui sama potensinya dalam meraih kebenaran. o Para filosof tampak selalu gelisah, semakin banyak tahu semakin merasa banyak yang belum diketahui. Kebenaran, kebahagiaan, keadilan, keindahan, nilai-nilai itu selalu dalam proses & debatable, tak pernah finish tergenggam..! subjektif

Filsafat membicarakan fakta dengan 2 cara:


o mengajukan kritik atas makna yg dikandung fakta sungguh finalkah kebenaran faktawi bahwa tangan itu materi padat?

11

o menarik kesimpulan yg bersifat umum dari fakta kebenaran bisa ganda: tangan materi padat sekaligus gelombang tak kasat mata

JENIS-JENIS PERSOALAN FILSAFAT


Keberadaan (being) atau eksistensi (exixtence) cab. Metafisika

Pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth) cab. Epistemologi & Logika

Nilai-Nilai (values) cab. Etika (kebaikan) & Estetika (keindahan)

METAFISIKA
Merupakan studi terdalam dari kenyataan/keberadaan Persoalan Ontologis Makna dan penggolongan ada, eksistensi. Sifat dasar kenyataan

Persoalan Kosmologis Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam Hubungan kausalitas Permasalahan ruang dan waktu

Persoalan Antropologis o Hubungan tubuh dan jiwa o Kesadaran, kebebasan

EPISTEMOLOGI
Pelajari asal/sumber, struktur, metode, & validitas pengetahuan Theory of knowledge Episteme = pengetahuan + logos = ilmu

12

LOGIKA
Ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus Logos = nalar, kata, teori, uraian, ilmu OM = pemikiran OF = kelurusan berpikir Pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme Bagaimana manusia berpikir secara lurus? Perbedaan logika material dan formal Penerapan logika induksi dan deduksi Macam-macam sesat piker

ETIKA
Filsafat Moral Ethos = watak; Mores = kebiasaaan; kesusilaan OM = perilaku secara sadar dan bebas; OF = baik dan buruk Syarat baik-buruknya perilaku Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan susila Kesadaran moral, hati nurani Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan mora

ESTETIKA
Filsafat Keindahan Estetika berasal dari kata Yunani aisthesis = cerapan indera Arti keindahan Subjektivitas, objektivitas, dan ukuran keindahan Peranan keindahan dalam kehidupan Hubungan keindahan dengan kebenaran 13

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Persoalan Keberadaan
A. Dari segi jumlah Monisme = satu kenyataan fundamental Dualisme = dua substansi Pluralisme = banyak substansi B. Dari Segi Kualitas spiritualisme = roh ~ idealisme Materialisme = materi C. Dari Segi Proses, Kejadian/Perubahan Mekanisme = asas-asas mekanik Teleologi = alam diarahkan ke suatu tujuan Vitalisme = kehidupan tidak semata-mata fisik-kimiawi Organisisme = hidup adl struktur dinamis, sistem yg teratur

2. Persoalan Pengetahuan
A. Sumber Rasionalisme = akal ~ deduksi Empirisme = indera Realisme = objek nyata dalam dirinya sendiri Kritisisme = Pengamatan indera dan Pengolahan akal B. Hakikat Idealisme = proses mental/psikologis ~ subjektif

14

Empirisme = pengalaman Positivisme = pengetahuan faktawi Pragmatisme = guna pengetahuan

3. Persoalan Etika/Nilai-Nilai
Idealisme etis ideal Deontologisme etis kewajiban Etika Teleologis = tujuan Hedonisme = kenikmatan Utilitarisme = Kebahagiaan sebesar2nya utk man sebanyak2nya

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU


keduanya tumbuh dari sikap refleksif, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran o Perbedaannya, filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakankeabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mempumempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannyasendiri. o Ilmu lebih bersifat ekslusif, menyelidiki bidang-bidang yangterbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat inklusif. o Dengan demikian filsafat berusaha mendapatkan pandangan yanglebih komprehensif tentang fakta-fakta. o Ilmu dalam pendekatannya lebih bersifat analitik dan deskriptif: menganalisis keseluruhan unsur-unsur yang mnjadi bagian kajiannya, sedangkan filsafat lebih sintetik atau sinoptik menghadapi objek kajiannya sebagai keseluruhan. o Filsafat berusaha mencari arti fakta-fakta. o Jika ilmu condong menghilangkan faktor-faktor subjektivitas dan menganggap sepi nilai-nilai demi menghasilkan objektivitas, maka filsafat mementingkan personalitas, nilai-nilai dan bidang pengalaman 15

o Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. "Filsafat itu pemeriksaan ('survey') dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafat itu menyelaraskan ilmu-ilmu dan melengkapinya." o Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-abstraksi dari ilmuilmu betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan keterangan yang menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini: membandingkan hasil ilmuilmu dengan pengetahuan intuitif mengenai alam raya, pengetahuan yang lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-skema berpikir yang lebih menyeluruh. o Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafati, dan suatu perubahan besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat. Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat. Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Tiap filsafat dari suatu periode condong merefleksikan pandangan ilmiah di periode itu. Ilmu melakukan cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan ide-ide yang tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat memberikan kritik tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik tentang istilah-istilah yang dipakai

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SENI


merupakan sarana manusia untuk tahu, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri, sesama, alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam kompleksitas kehidupannya o Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru serta menyajikannya secara kiasan. Manusia membutuhkan seni,sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu, karena melalui seni manusia dapat mengekspresikan dan menanamkan apresiasi dalam pengalamannya. o Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan pemahaman sebagaimana filsafat, juga bukan seperti ilmu yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi, eksperimentasi, dan kontrol, tetapi seni bertujuan untuk mewujudkan kreativitas, kesempurnaan, bentuk, keindahan, komunikasi, dan ekspresi.

16

HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA


merupakan sarana manusia untuk tahu, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri, sesama, alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat, dan bertanggung jawab dalam aneka macam kompleksitas kehidupannya o Filsafat bukan agama, meskipun banyak juga manusia dari berbagai belahan dunia yang menjadikan filsafat (dalam arti pandangan hidup) sebagai agama, misalnya filsafat konfusianisme. o Tujuan agama lebih dari sekedar pengetahuan, yakni untuk mencari keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian. Agama yang matang dan kokoh akan mencantumkan latar belakang filsafat dan sekaligus menimba dan menyaring informasi dari ilmu. Ini diperlukan agama dalam rangka memberi jawaban komprehensif, integral, dan berwibawa (dalam arti tidak asal menjawab) terhadap berbagai pertanyaan dan gugatan. o Kasus-kasus yang membawa-bawa agama seperti terorisme, tentu bisa dirunut pada latar belakang filsafat dari agama tersebut, misalnya bagaimana pandangan agama tersebut terhadap kekerasan, keadilan, dan kemanusiaan. o Seperti kata Einstein, tanpa ilmu (dan filsafat), agama akan lumpuh

SEKILAS FILSAFAT ILMU


Filsafat ilmu merupakan bagian atau cabang dari filsafat yang lahir di abad ke-18. Lingkup permasalahan filsafat ilmu (dipakai secara luas di Indonesia): Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (apa yang terjadi-eksistensi suatu entitas) Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal, sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir, validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran) Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam peradaban manusia 17

Ketiganya digunakan juga sebagai landasan penelaahan ilmu

CIRI SAHNYA ILMU


Memiliki objek atau pokok soal, yakni sasaran dan titik pusat perhatian tertentu Bermetode, yakni cara atau sistem dalam ilmu untuk memperoleh kebenaran agar rasional, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah Bersistem: mencakup seluruh objek serta aspekaspeknya sehingga saling berkaitan satu sama lain Universal: keputusan kebenarannya berorientasi sifat keumuman, bukan tunggal Verifikatif: dapat dilacak kebenarannya Rasional/objektif: dapat dipahami dengan akal o Ternyata perkembangan ilmu tidak semata-mata mengandalkan rasio atau empiris saja, tetapi merupakan suatu petualangan yang tak habis-habisnya (an unending adventure), yang selalu hadir di ambang ketakpastian (uncertainty) dan menuntut tindakan keputusan (act of judgment). o Diperlukan penerobosan (penetration) antara kehidupan berpikir (rasio), berbuat (pengalaman = empiri), dan intuisi (sebagai pemahaman tertinggi terhadap masalah itu sebagai keseluruhan), suatu interpenetrasi yang interaktif yang melahirkan ilham untuk mewujudkan tindakan kreatif.
o Oleh karena itu, ilmu tidak semata-mata disusun secara logis rasional (menekankan fungsi akal) atau bersifat empiris (menekankan fungsi pengalaman/indera) atau rasionalistis kritis (dalam arti Kantian), ataupun konstruktivistis (penekanan keseluruhan konteks, rasional maupun empiris), tetapi merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kehidupan manusiawi dengan seluruh aspek pembangunan masyarakat spiritual maupun material ataupun dalam kaitan dengan konteks ilmu itu sendiri. Tanggung jawab etis kemudian menjadi tuntutannya (dalam hal inilah value bond-nya ilmu dalam konteks aksiologi).

o Bertitik tolak dari hal ini, filsafat ilmu bisa dirumuskan sebagai ilmu yang berbicara tentang
dinamika ilmu pengetahuan itu sendiri, dan bisa disebut sebagai meta-science yang berarti ilmunya ilmu lainnya Sering disebutkan, kesepakatan antara para ilmuwan dan filsuf dengan tegas

18

menunjuk empiris sebagai ciri ilmu, baik menyangkut metode, observasi, ataupun

analisis yang digunakan ilmu ilmu social maupun ilmu ilmu alam.

o Namun tidak semua kenyataan kehidupan dapat dijawab oleh kedua golongan ilmu ini. Ilmu ilmu humaniora merupakan wadah bagi hal tersebut. Berbagai peri

kehidupan manusia yang paling esensial dalam kawasan perkembangan manusiawi seperti kebebasan berpikir, keadilan, kelurusan moral, ataupun ketegaran nilai, jauh lebih luas jangkauannya untuk dapat disederhanakan dan direduksikan menjadi persamaan atau teori sosial tanpa kehilangan maknanya o Nilai penting filsafat ilmu untuk seharusnya diajarkan di semua universitas tidak hanya sebagai komplemen semata dari pendidikan keilmuan suatu fakultas keilmuan, tetapi juga terkait dengan kebutuhan akan keterbukaan cakrawala pengetahuan ilmiah disiplin ilmu yang semakin lama semakin terspesialisasi. o Spesialisasi ilmu ini memerlukan jembatan atau penghubung yang menghubungkan struktur keilmuan suatu disiplin ilmu khusus dengan informasiinformasi dan kritik-kritik ilmiah aspekaspek di luar bahasan disiplin keilmuan tersebut (meskipun tentu saja dibatasi pada aspek-aspek keumumannya).

STRUCTURING HUMAN INQUIRY

19

20

ILMU DALAM PANDANGAN ISLAM

Uhar Suharsaputra
Sumber: http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/ 1. Apakah Ilmu itu ? Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian : Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact (And English readers dictionary) Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment (Websters super New School and Office Dictionary) dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu. 2. Kedudukan Ilmu Menurut Islam Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL quran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. 21

Didalam Al quran , kata ilmu dan kata-kata jadianya di gunakan lebih dari 780 kali , ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari AL quran sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ; Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al quran dan Al sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya: ALLah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasakepada ALLah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan fuirman ALLah: sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat faatir:28) Disamping ayat ayat Quran yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, AL quran juga mendorong umat islam untuk berdoa agar ditambahi ilm u, seprti tercantum dalam AL quran sursat Thaha ayayt 114 yang artinya dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan . dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman

22

ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya: bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan Kamu dari segummpal darah . Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala . Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui. Ayat ayat trersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal . Di samping ayat ayat AL quran, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaamiu Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) : Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim(hadis riwayat Baihaqi). Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim . sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut (hadist riwayat Ibnu Abdil Bar). Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah,

23

3. Klarsfikasi Ilmu menurut ulama islam. Dengan melihat uraian sebelumnya ,nampak jelas bagaimana kedudukan ilmu dalam ajaran islam . AL quran telah mengajarkan bahwa ilmu dan para ulama menempati kedudukan yang sangat terhormat, sementara hadis nabimenunjukan bahwa menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Dari sini timbul permasalahan apakah segala macam Ilmu yang harus dituntut oleh setiap muslim dengan hukum wajib (fardu), atau hanya Ilmu tertentu saja ?. Hal ini mengemuka mengingat sangat luasnya spsifikasi ilmu dewasa ini . Pertanyaan tersebut di atas nampaknya telah mendorong para ulama untuk melakukan pengelompokan (klasifikasi) ilmu menurut sudut pandang masing-masing, meskipun prinsip dasarnya sama ,bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Syech Zarnuji dalam kitab Taliimu AL Mutaalim (t. t. :4) ketika menjelaskan hadis bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim menyatakan : Ketahuilah bahwa sesungguhya tidak wajib bagi setiap muslim dan muslimah menuntutsegsls ilmu ,tetapi yang diwajibkan adalah menuntut ilmu perbuatan (ilmu AL hal) sebagaimana diungkapkan ,sebaik-baik ilmu adalah Ilmu perbuaytan dan sebagus bagus amal adalah menjaga perbuatan. Kewajiban manusia adalah beribadah kepeda ALLah, maka wajib bagi manusia(Muslim ,Muslimah) untuk menuntut ilmu yang terkaitkan dengan tata cara tersebut ,seprti kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji ,mengakibatkan wajibnya menuntut ilmu tentang hal-hal tersebut . Demikianlah nampaknya semangat pernyataan Syech Zarnuji ,akan tetapi sangat di sayangkan bahwa beliau tidak menjelaskan tentang ilmu-ilmu selain Ilmu Hal tersebut lebih jauh di dalam kitabnya. Sementara itu Al Ghazali di dalam Kitabnya Ihya Ulumudin mengklasifikasikan Ilmu dalam dua kelompok yaitu 1). Ilmu Fardu ain, dan 2). Ilmu Fardu Kifayah, kemudian beliau menyatakan pengertian Ilmu-ilmu tersebut sebagai berikut : Ilmu fardu ain . Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahui ilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahui ilmu fardu ain (1979 : 82)

24

Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapat dikesampingkan dalam menegakan urusan duniawi (1979 : 84) Lebih jauh Al Ghazali menjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu ain ialah ilmu agama dengan segala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementara itu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antara lain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmu politik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapat membantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia. Klasifikasi Ilmu yang lain dikemukakan oleh Ibnu Khaldun yang membagi kelompok ilmu ke dalam dua kelompok yaitu : 1. Ilmu yang merupakan suatu yang alami pada manusia, yang ia bisa menemukannya karena kegiatan berpikir. 2. Ilmu yang bersifat tradisional (naqli). bila kita lihat pengelompokan di atas , barangkali bisa disederhanakan menjadi 1). Ilmu aqliyah , dan 2). Ilmu naqliyah. Dalam penjelasan selanjutnya Ibnu Khaldun menyatakan : Kelompok pertama itu adalah ilmu-ilmu hikmmah dan falsafah. Yaituilmu pengetahuan yang bisa diperdapat manusia karena alam berpikirnya, yang dengan indraindra kemanusiaannya ia dapat sampai kepada objek-objeknya,

persoalannya, segi-segi demonstrasinya dan aspek-aspek pengajarannya, sehingga penelitian dan penyelidikannya itu menyampaikan kepada mana yang benar dan yang salah, sesuai dengan kedudukannya sebagai manusia berpikir. Kedua, ilmuilmu tradisional (naqli dan wadli. Ilmu itu secara keseluruhannya disandarkan kepada berita dari pembuat konvensi syara (Nurcholis Madjid, 1984 : 310) dengan demikian bila melihat pengertian ilmu untuk kelompok pertama nampaknya mencakup ilmu-ilmu dalam spektrum luas sepanjang hal itu diperoleh melalui kegiatan

25

berpikir. Adapun untuk kelompok ilmu yang kedua Ibnu Khaldun merujuk pada ilmu yang sumber keseluruhannya ialah ajaran-ajaran syariat dari al quran dan sunnah Rasul. Ulama lain yang membuat klasifikasi Ilmu adalah Syah Waliyullah, beliau adalah ulama kelahiran India tahun 1703 M. Menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi ke dalam tiga kelompok menurut pendapatnya ilmu dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu : 1). Al manqulat, 2). Al maqulat, dan 3). Al maksyufat. Adapun pengertiannya sebagaimana dikutif oleh A Ghafar Khan dalam tulisannya yang berjudul Sifat, Sumber, Definisi dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Syah Waliyullah (Al Hikmah, No. 11, 1993), adalah sebagai berikut : 1). Al manqulat adalah semua Ilmu-ilmu Agama yang disimpulkan dari atau mengacu kepada tafsir, ushul al tafsir, hadis dan al hadis. 2). Al maqulat adalah semua ilmu dimana akal pikiran memegang peranan penting. 3). Al maksyufat adalah ilmu yang diterima langsung dari sumber Ilahi tanpa keterlibatan indra, maupun pikiran spekulatif Selain itu, Syah Waliyullah juga membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok yaitu: 1). Ilmu al husuli, yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat indrawi, empiris, konseptual, formatif aposteriori dan 2). Ilmu al huduri, yaitu ilmu pengetahuan yang suci dan abstrak yang muncul dari esensi jiwa yang rasional akibat adanya kontak langsung dengan realitas ilahi . Meskipun demikian dua macam pembagian tersebut tidak bersifat kontradiktif melainkan lebih bersifat melingkupi, sebagaimana dikemukakan A.Ghafar Khan bahwa al manqulat dan al maqulat dapat tercakup ke dalam ilmu al husuli 4. Apakah filsafat itu ? Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin 26

lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan. Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh Ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalahmasalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak. Menurut Sidi Gazalba (1976: 25) Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen) ; batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat : segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatuyang diluar alam, yang disebut oleh agama Tuhan. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964: 7) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat 5. Apakah Filsafat Ilmu itu ? filsat ilmu pada dasarnya merupakan upaya untuk menyoroti dan mengkaji ilmu, dia berkaitan dengan pengkajian tentang obyek ilmu, bagaimana memperolehnya serta bagaimana dampak etisnya bagi kehidupan masyarakat. Secara umum kajian filsafat ilmu mencakup : 1) Aspek ontologis 2) Aspek epistemologis 3) Axiologis Aspek ontologis berkaiatan dengan obyek ilmu, aspek epistemologis berkaiatan dengan metode, dan aspek axiologis berkaitan dengan pemanfatan ilmu. Dari sudut ini folosuf muslim telah berusaha mengkajinya dalam suatu kesatuan dengan prinsip dasar nilai-nilai keislamanyang bersumebr pada Al Quran dan Sunnah Rasul.

27

Sabtu, 29 Agustus 2009

Pengertian Filsafat Ilmu


Diposkan oleh sunny di 08.10 . Sabtu, 29 Agustus 2009 Label: Alam Akal Menurut Filsafat, DIALEKTIKA, Filsafat Etika, IDEALISME, Pengertian Filsafat Ilmu, RASIONALISME, Stop Dreaming Start Action Langkah Awal Menuju Sukses

Sumber: http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/pengertian-filsafatilmu.html
Pengertian Filsafat Ilmu Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001) * Robert Ackerman philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. * Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan) * A. Cornelius Benjamin That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsepkonsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabangcabang pengetahuan intelektual.)

28

* Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.) * May Brodbeck Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science. (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan landasan ilmu. * Peter Caws Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan. * Stephen R. Toulmin As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics. Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan

29

metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika). Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti : * Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis) * Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis) * Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982) File:Filsafat_Ilmu_3.docx

30

Anda mungkin juga menyukai