Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden, Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004). Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pendidikan. Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabelvariabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru un-tuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Po-pham, 1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan.

BAB II SELECTED RESPONSE ASESSMENT

A. Definisi Asesmen Asesmen adalah mengumpulkan informasi yang relevan, sabagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut (Mcloughlin and Lewis, 1986:3; Rochyadi & Alimin 2003:44; Sodiq, 1996; Fallen danUmansky, 1988 dalam Sunardi dan Sunaryo, 2006:80). Demikian pula dengan apa yangdinyatakan oleh McLEan, Wolery, dan Bailey (2004 dalam Rahardja, Dajdja, 2006:14) bahwa asesmen merupakan istilah umum yang berhubungan dengan proses pengumpulan informasiuntuk tujuan pengambilan keputusan.Asesmen kebutuhan merupakan aspek strategis dalam perencanaan pendidikan, sebagailangkah strategis penetapan kebijakan pendidikan serta dapat memproyeksi, guru, siswa, peta,lokasi, luas lingkup/keadaan goegrafis, tinggi angka droupout serta persentase jumlah usia sekolah terhadap penduduk. Assessment dapat diartikan atau disamakan dengan dua aktivitasyang sangat berbeda yaitu: 1. Pengumpulan informasi (M easurement) 2. Penggunaan informasi untuk perbaikan individual dan institusional (Evaluasi)

B. Tujuan dan Peran Asesmen dalam Pembelajaran Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan profesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (dalam Mulyana, 2005) sebagai seorang guru sangatlah pentinguntuk memahami asesmen. Ada beberapa alasan mengapa guru harus memahami asesmen, yaitu sebagai berikut: 1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar 2. Memonitor kemajuan siswa

3. Menentukan jenjang kemampuan siswa 4. Menentukan efektivitas pembelajaran 5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran 6. Mengevaluasi kinerja guru kelas 7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

Asesmen memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Asesmen dapatmemberikan bantuan yang sangat berarti bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Berikut ini adalah fungsi asesmen terhadap pembelajaran: 1. Meningkatkan motivasi belajar siswa 2. Meningkatkan daya transfer hasil belajar 3. Membantu siswa untu melakukan asesmen diri sendiri (self asessment) 4. Membantu mengevaluasi efektivitas proses pembelajaran

C. Konsep Dasar Asesmen Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Popham, 1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal, sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991:2-3) sebagai berikut; A general term enhancing all methods customarily used to appraise per-formance of an individual pupil or group. It may refer to a broad ap-praisal including many sources of evidence and many aspect of pupil's knowledge, understanding, skills and attitudes; An assessment instrument may be any method and procedure, formal or informal, for producing in-formation about pupil . . . . Pengertian asesmen dalam berbagai literatur asing selaras dengan makna penilaian yang digariskan dalam Buku Pedoman Penilaian pada kurikulum pendidikan dasar. Dalam buku tersebut tertulis bahwa, penilaian adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai. (Depdikbud, 1994:3). Jadi asesmen pembelajaran adalah penilaian berupa mekanisme pengumpulan dan penyampaian informasi berkaitan dengan aspekaspek pembelajaran. Dimulai dari bentuknya yang konvensional seperti tes tertulis, hingga bentuk alternatif yang lebih maju. Ada pun yang dimaksud dengan asesmen alternatif (alternative assessment) adalah segala jenis bentuk asesmen diluar asesmen konvensional (selected respon test dan paper pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Dalam beberapa literatur, asesmen alternatif ini ka-dang-kadang disebut juga asesmen autentik (authentic assessment), asesmen portofolio (portfolio assessment) atau asesmen kinerja (performsnce assessment). (Herman, 1997:197-198; Niemi, 1997:243; Harlen, 1992:6; Marzano, et al., 1993:13; Popham, 1995:142).

D. Selected Response Asessment Istilah yang lebih sering digunakan untuk respon terpilih adalah objective paper and pencil test atau uji tertulis. Istilah ini dapat menimbulkan kesalahpahaman bahwa penilaian yang dilakukan tidak melibatkan subjektivitas, bahwa segala sesuatu yang terkait dengannya bersifat ilmiah, dan bahwa ada resiko terjadinya kebiasaan yang disebabkan oleh pendapat penilai. Tiga langkah dasar yang harus dilakukan oleh pengembang soal ujian: membuat rancangan atau cetakbiru pengujian yang menyajikan kerangka pencapaian mengidentifikasi unsur spesifik pengetahuan dan pemikiran yang akan dinilai mengubah unsur-unsur tersebut menjadi soal ujian.

Prinsip-prinsip Guru mempunyai posisi sentral dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan kegiatan penilaian. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaianharus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Valid PBK harus mengukur obyek yang seharusnya diukur dengan

menggunakan jenis alat ukur yang tepat atau sahih (valid). Artinya, ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk salah sehingga kesimpulan yang ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.

2. Mendidik PBK harus memberikan sumbangan positif pada pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, PBK harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan untuk memotivasi siswa yang berhasil (positive reinforcement) dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil (negative reinforcement), sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap diapresiasi dalam penilaian.

3. Berorientasi pada kompetensi PBK harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.

4. Adil dan obyektif PBK harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektivitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam

penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena merasa dianaktirikan.

5. Terbuka PBK hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.

6. Berkesinambungan PBK harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.

7. Menyeluruh PBK harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.

8. Bermakna PBK diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, PBK hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihakpihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Selain harus memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian, pelaksanaan PBK juga harus memegang prinsip-prinsip khusus sebagai berikut: Apapun jenis penilaiannya, harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta

mendemonstrasikan kemampuan yang dimilikinya; Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur PBK dan pencatatan secara tepat prestasi yang dicapai siswa. Selected Response Assessment, termasuk ke dalamnya pilihan ganda (multiple-choice items), benar-salah (true-false items), menjodohkan atau mencocokkan (matching exercises), dan isian singkat (short answer fill-in items). Respon terpilih dapat digunakan untuk menilai aspek pengetahuan, pemikiran, dan afektif.

a) Pilihan ganda (multiple-choice items) Dalam Arikunto (2005: 164), tes objektif adalah tes yang dalam pemeiksaannya dapat dilakukan secara objektif. Berikut kebaikan tes objektif: 1. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representative mewakili isi dan luas bahan 2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya 3. Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain 4. Dalam pemeriksaan tidak ada unsure subjektif

Kelemahan tes objektif: 1. Persapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes essay 2. Soal-soalnya cendreung mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saa 3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan 4. Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

b) Benar-salah (true-false items) Dalam Arikunto (2005: 165), soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataann dengan meligkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari jawaban S jika salah. Kebaikan tes benar-salah:

1. Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaaannya singkat 2. Mudah menyusunnya 3. Dapat digunakan berkali-kali 4. Dapat dilihat secara cepat dan objektif 5. Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti Kelemahan tes benar salah: 1. Sering membingungkan 2. Mudah ditebak/didugabanyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dua kemungkinan benar atau salah 3. Hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali

Contoh salah satu tes bentuk uraian adalah : B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah. B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara

c) Menjodohkan atau mencocokkan (matching exercises) Tes obyektif bentuk matching sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Tes obyektif bentuk matching merupakan salah satu bentuk tes obyektif dengan ciri-ciri sebagai berikut: Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas testee adalah mencarai dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya.

Jadi dalam tes obyektif bentuk matching ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai dengan petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut.

Contoh 1: Dibawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar I dan daftar II.Tiap-tiap pada daftar I mempunyai pasangan yang terdapat pada daftar II.Tulislah huruf adjad yang terdapat pada daftar II di atas titik-titik yang terdapat pada daftar I. Nomor 1 adalah contoh mengenai cara mengerjakan soal-soal berikutnya:

Daftar I 1. .B....Shalat sunnah yang dilaksanakan pad atiap malam bulan

Ramadhan 2. .......Shalat sunnah yang dilakukan sewaktu memasuki masjid 3. .....Shalat sunnah yang tidak ditentukan waktunya dan tidak

ditentukan bilangan raka'atnya. 4. .......shalat yang dilakukan sewaktu dalam keadaan takut atau dalam keadaan bahaya. Daftar II

A. Istisqa' B. Tarawih C.Istikharah

D. Rawatib E. Khauf F. Mutlak

G. Tahajjud

Beberapa kelebihan tes obyektif bentuk matching ini di antaranya ialah: a. Pembuatannya mudah. b. Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif.

Kelemahan tes obyektif bentuk matching antara lain ialah: a. Mathing test cenderung lebih banyak mengungkap aspek halafan atau daya ingat saja. b. Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.

c. Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpertasi). d. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk halhal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan.

d) Isian singkat (short answer fill-in items) Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu. Tugas peserta tes adalah mengisi bagian-bagian yang kosong dengan jawaban yang sesuai. Salah satu contoh tes isian adalah sebagai berikut : 1. Yang merupakan nama asli dari Sultan Hamengkubuwono X adalah .. 2. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia sendiri. Namun tentang aspek mana yang berperan ada beda pendapat. Aliran .. beranggapan bahwa sumber

pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Aliran , sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran . yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu.

E. Manfaat Asesmen Pembelajaran Assessmen pembelajaran bermanfaat untuk: 1) Memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang dapat dijelaskan; sebelum pendidik melakukan asesmen terhadap siswanya terlebih dulu harus mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. Pengetahuan, keterampilan dan performa siswa yang

dibutuhkan dalam pembelajaran disebut dengan target atau hasil pembelajaran; 2) Memilih teknik asesmen untuk kebutuhan masing-masing siswa, bila mungkin guru dapat menggunakan beberapa indikator keberhasilan untuk setiap taget pembelajaran; masing masing target pembelajaran

memerlukan pemilihan teknik asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat melakukan asesmen kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika tentu akan sangat berbeda dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan berbeda pula untuk pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi; 3) Memilih teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik asesmen harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik asesmen ini harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk mengembangkan kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus pula dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan menghindari berbagai

keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana asesmen. 4) Tiga langkah dasar yang harus dilakukan oleh pengembang soal ujian: membuat rancangan atau cetakbiru pengujian yang menyajikan kerangka pencapaian mengidentifikasi unsur spesifik pengetahuan dan pemikiran yang akan dinilai mengubah unsur-unsur tersebut menjadi soal ujian.

BAB III KESIMPULAN

Assessmen pembelajaran bermanfaat untuk:

1) Memberi penjelasan secara lengkap tentang target pembelajaran yang dapat dijelaskan; sebelum pendidik melakukan asesmen terhadap siswanya terlebih dulu harus mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan siswa, informasi yang dibutuhkan tentang pengetahuan, keterampilan, dan performa siswa. 2) Memilih teknik asesmen untuk kebutuhan masing-masing siswa, bila mungkin guru dapat menggunakan beberapa indikator keberhasilan untuk setiap taget pembelajaran; masing masing target pembelajaran

memerlukan pemilihan teknik asesmen yang berbeda, misalnya untuk dapat melakukan asesmen kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dalam matematika tentu akan sangat berbeda dengan kemampuan membaca atau mendengarkan, dan berbeda pula untuk pemecahan masalah IPS yang memerlukan diskusi; 3) Memilih teknik asesmen untuk setiap target pembelajaran, pemilihan teknik asesmen harus didasarkan pada kebutuhan praktis di lapangan dan efisiensi. Teknik asesmen ini harus dapat mengungkapkan kemampuan khusus serta untuk mengembangkan kemampuan siswa, sehingga ketika memilih teknik asesmen harus pula dipertimbangkan manfaatnya untuk umpan balik bagi siswa. Sebab itu, ketika melakukan interpretasi dari hasil asesmen haruslah dengan cermat, dengan menghindari berbagai

keterbatasan yang bersumber dari subyektifitas pelaksana asesmen.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga. Anonim.2009.Pengertian Asesmen. http//:unsilster.com/2009/12/pengertian-

asesmen/. Diakses pada tanggal 16 april 2011Anonim.2010. http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/tes-prestasi-hasil-belajar.html Edi Hendri Mulyana. Asesmen dalam Pembelajaran Sains SD. http://researchengines.com/0405edi.html http://hany.ngrambe.net/2012/11/evapen-4-teknik-penyusunan-tes.html http://smpsetianegara.wordpress.com/2010/06/07/pengertian-evaluasi pengukuran-tes-dan-penilaian-assessment/ http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/asesmen-pembelajaran.html http://rizfadli.blogspot.com/2009/12/asesmen-otentik.html Konsep Dasar Asesmen. http//: konsep dasar asesmen blog

Anda mungkin juga menyukai

  • Kurikulum 2013
    Kurikulum 2013
    Dokumen3 halaman
    Kurikulum 2013
    Danns Bonek Satoe Hati
    Belum ada peringkat
  • TiO2 Bahan
    TiO2 Bahan
    Dokumen2 halaman
    TiO2 Bahan
    Danns Bonek Satoe Hati
    Belum ada peringkat
  • TSUNAMI
    TSUNAMI
    Dokumen14 halaman
    TSUNAMI
    Danns Bonek Satoe Hati
    Belum ada peringkat
  • Sintesis Nanomaterial
    Sintesis Nanomaterial
    Dokumen5 halaman
    Sintesis Nanomaterial
    Danns Bonek Satoe Hati
    Belum ada peringkat
  • Taksonomi Bloom
    Taksonomi Bloom
    Dokumen6 halaman
    Taksonomi Bloom
    izzay
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Danns Bonek Satoe Hati
    Belum ada peringkat
  • Optik Gasing
    Optik Gasing
    Dokumen12 halaman
    Optik Gasing
    Sujak Amir Syarifuddin
    Belum ada peringkat