Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

PEMBUATAN FORMULA DAN UJI AKTIVITAS OBAT ANTI MALARIA


BERBASIS BUAH SIRIH
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI VACUUM DRYING
PROGRAM INSENTIF RISET TERAP AN
Fokus Bidang Prioritas: BIDANG KESEHATAN DAN OBAT
Kode Produk Target: 2.01
Kode Kegiatan: 2.01.12
Peneliti Utama: Ora. Yun Astuti Nugroho, MKes
PUSAT PENELITIAN PENGEMBANGAN BIOMEDIS DAN FARMASI
BAD AN PENELITIAN PENGEMBANANGAN KESEHA TAN
JL. PERCETAKAN NEGARA 29. JAKARTA I 0560
021-4261088 ps. 306/ 0811162645 .
E-mai I :yunast@l itbang.depkes.go. id dan astuti_1955@yahoo.com
03 - II - 2009
Lembar Pengesahan
Judul Penelitian : Pembuatan Sediaan Komposit Menggunakan Teknologi Vacuum Drying Dari Formula
Berbasis Buah Sirih Sebagai Obat Antimalaria
Fokus Bidang Prioritas (pengusul wajib melingkari satu bidang yang sesuai):
I . Ketahanan pangan
2. Sumber energi baru dan terbarukan
3. Teknologi dan manajemen transportasi
4. Teknologi informasi dan komunikasi
5. Teknologi pertahanan dan keamanan
6. Teknologi kesehatan dan obat
Kode Produk Target: 2.01 (isi sesuai Lampiran I, contoh 1.01.)
Kode Kegiatan: 2.01.12 (isi sesuai Lampiran I, contoh 1.0105.)
Lokasi Penel itian: Jakarta
Penelitian Tahun Ke: I
Keteran
A. Lemba!!a Pelaksana Penelitian
Nama Koordinat-r Peneliti Utama
Nama Lemba\!a lnstitusi
Unit Onzanis:1si
; Alamat
Telepon HP Faksimile/e-mai/
a Pelaksana/Pen!!elola Penelitian
Dra. Yun Astuti Nugroho, MKes
Puslitbang Biomedis dan Farmasi
Badan Litbangkes. Deokes
Jl. Percetakan Negara 29. Jakarta I 0560
021-4261088 ps. 306/0811 162645
E-mail :yunast@litbang.depkes.go.id a tau
astuti 1955(ci).vahoo.com
at lebih dari satu)
Nama Pimpinan
Nama Lembaga
Alamat
Te leoon/Faks i mile/e-mail
Diusu1kan:
Uraian
2
Indah Yuning Praoti, SKM.,MKes
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat- Obat Tradisional. Tw-mangu
Jl. Raya Lawu. Tw-mangu. Kra-SOLO
027!. 6970 I 0
Jumlah (R
49.920.000
117.030.000
3 Perjalanan (tidak untuk perjalanan luar negeri)
20.200.000
4 Lain-Lain
Jumlah biava tahun van!! diusulkan
Ketoa c=:lam
Dra. Lucie Widowati , Apt.,MSi
NIP. 19571121198603200 I
Ketua PPI
D e ~
NIP.I95404271981072001
Setuju diusulkan:
ii
12.850.000
200.000.000
Koordinator/Peneliti Utama
~ ,
Dra.Yun Astuti N,Mkes
NIP.1955062&1iJ8302200 I
Drs.OT}l1ri Dwi Sampurno, Apt.MSi
NIP.J95621 I 191988031001
DAFTARISI
Hal am an
JUDUL PENELITIAN ....... ... ... ............................................ .
LEMBAR PENGESAHAN . .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. I 11
DAFTAR IS! .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. ......... I 11
RINGKASAN PENELITIAN ................................................................. 1 111
BAB I I PENDAHULUAN ................................................ ..
BAB II I TINJAUAN PUSTAKA ..................................... ,..... I 3
BAB III I PERUMUSAN MASALAH .................................... . I 18
BAB IV I TUJUAN DAN MANF AA T ..................................... I 18
BAB V I HASIL DAN PEMBAHASAN .................................. I 20
1 . Kerangka Pikir ........................................................... I 20
2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................. . I 21
3. Jenis Penelitian ......................................................... I 21
4. Desain Penelitian ...................................................... I 21
5. Estimasi Besar Sampel ............... .................... ........... I 21
6. Variabel ..................................................................... I 21
7. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data .................... I 2 I
8. Bahan dan Cara Kerja ........ ........ ................................ I 22
9. Analisa Data .............................................................. I 3 I
BAB VI I HASIL DAN PEMBAHASAN............................................. I 32
BAB VII I KESIMPULAN DAN SARAN............................................. I 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... I 37
iii
RINGKASAN PENELITIAN
Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih memerlukan
perhatian, terutama di daerah luar Jawa-Bali. Angka kesakitan malaria tahun 2002 di Jawa-Bali
sebesar 0,47 per 1.000 penduduk dan luar Jawa 22,3 per 1.000 penduduk. Target angka
kesakitan malaria secara nasional yang in gin dicapai pad a tahun 2010 sebesar 5 per 1.000
penduduk. Meskipun ketersediaan obat malaria telah dilaksanakan oleh pemerintah secara
murah atau bahkan gratis tapi karena tidak terjangkau oleh masyarakat karena kendala tersebut
diatas maka KLB malaria masih tetap terjadi . Beban terbesar dari penyakit malari a ini ada di
provinsi-provinsi bagian timur Indonesia di mana malaria merupakan penyakit endemik.
Disisi lain peran obat tradisional/herbal dalam pembangunan nasional semakin nyata
karena tuntutan kebutuhan obat tradisional/ herbal yang merupakan warisan budaya bangsa
semakin jelas baik yang menyangkut aspek kesehatan dan kesejahteraan masyarakat maupun
aspek ekonomi. Sebagai contoh adalah Formula untuk antimalaria yang dipakai di Sula\\'esi
Utara terdiri dari buah sirih, daun mayana, madu dan telur. Sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menyebabkan perubahan pol a pikir dan peri laku budaya, terjadi
pula perubahan konsep pada penggunaan obat tradisional/ herbal. Perubahan konsep menuntut
perubahan pemikiran yang mendasar dimana penggunaan obat tradisional/herbal untuk S\\ a
pengobatan dimana pembuktian keamanan dan efektifitas secara empirik berubah m.:njadi
pembuktian secara ilmiah yang dapat dipertanggungjavvabkan maka obat tradisional/herbal yang
beredar harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, efektifitas.
Namun demikian kekayaan pengetahuan tentang formulasi dan basil penelitian : ang
membuktikan bahwa ramuan tersebut aman dan berkhasiat tidak dapat dipatenkan begitu saja
karena dianggap teiah tersedia di publik domain. Ramuan tersebut hanya dapat dilindungi
sebagai pengetahuan tradisional (Traditional Knowledge). Hal ini sangat merugikan bangsa
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan penelitian dan pengembangan Tahap I:
Pengembangan formula anti malaria dengan komposisi buah sirih, daun mayana, madu dan telur
menggunakan metoda vacuum drying; uji toksisitas akut, imunomodulator dan khasiat
antimalaria invivo;
Hasil observasi klinis yang dilakukan didaerah endemis malaria di Sulawesi Utara.
ramuan yang mengandung sirih efektif menghilangkan parasit malaria dalam darah (91..+%
tidak menunjukkan adanya parasit malaria pada minggu I) (
2
)
Ramuan yang digunakan di Sulawesi Utara adalah bentuk jus, hasii pengembangan
sediaan dengan teknologi vacuum drying diperoleh serbuk yang sangar halus sehingga lebih
praktis, tahan lama dan mudah cara meminumnya. Hasil uj i keamanan (toksisitas akut
oral)sediaan yang terdiri dari buah sirih, mayana, madu dan telur (perbanding:m
30%:5%:30%:30%) sampai dengan pemberian 3000 mg/200 g bb. tidak menunjukkan efek
toksik. Uj i imunomodulator dan khasiat sebagai anti malaria secara prekl inik diharapkan dapar
memberikan sumbangan obat antimalaria dari kekayaan lokal yang berkasiat dan aman.
i:
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih memerlukan
perhatian, terutama di daerah luar Jawa-Bali . Angka kesakitan malaria tahun 2002 di Jawa-
Bali sebesar 0,47 per 1.000 penduduk dan luar Jawa 22,3 per 1.000 penduduk. Target angka
kesakitan malaria secara nasional yang ingin dicapai pada tahun 2010 sebesar 5 per 1.000
penduduk ( I )
Pelaksanaan program upaya kesehatan masyarakat antara lain menurunkan angka
kesakitan malaria. Sebagai negara kepulauan upaya kesehatan dapat berjalan maksimal
antara lain untuk masyarakat daerah terpencil yang jauh dari tempat pengobatan karena
kesulitan transportasi dan kendala biaya maka upaya yang disediakan oleh
pemerintah yang seharusnya murah menjadi sangat mahal
11
' . .ladi meskipun ketersediaan
obat malaria telah dilaksanakan oleh pemerintah secma murah atau bahkan gratis tapi karena
tidak terjangkau oleh masyarakat karena kendala tersebut maka KLB malaria masih
tetap terjadi. Beban terbesar dari penyakit malaria ini ada di provinsi-provinsi bagian timur
Indonesia di mana malaria merupakan penyakit endemik.
Di sisi lain peran obat tradisional/herbal dalam pembangunan nasional semakin nyata
karena tuntutan kebutuhan obat tradisional/ herbal yang merupakan vvarisan budaya bangsa
semakin jelas baik yang menyangkut aspek kesehatan dan kesejahteraan masyarakat maupun
aspek ekonomi. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengctahuan dan teknologi yang
menyebabkan perubahan pola pikir dan perilaku budaya, terjadi pula perubahan konsep pada
penggunaan obat Perubahan konsep menuntut perubahan pemikiran yang
mendasar dimana penggunaan obat tradisional/herbal untuk swa pengobatan dimana
pembuktian keamanan dan efektifitas secara empirik berubah menjadi pembuktian secara
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan maka obat tradisional/herbal yang beredar harus
memenuhi persyaratan mutu, keamanan, efek.tifitas.
Oleh karena Indonesia merupakan negara kedua terkaya di dunia setelah Brazilia
untuk keaneka-ragaman hayati , pemakaian tanaman obat menjadi alternatif untuk pengobatan
di daerah. Seperti ramuan buah sirih, daun mayana, madu dan telur telah dimanfaatkan oleh
masyarakat daerah terpencil di Sulawesi Utara. Hasil observasi klinis yang dilakukan
didaerah endemis malaria di Sulawesi lJtara, ramuan yang mengandung sirih efektif
menghilangkan parasit malari a dalam darah (91 ,4% tidak menunjukkan adanya paras it
malaria pada minggu I) <
2
l
Hasil penelitian keamanan dan khasiat preklinik dengan menggunakan ramuan buah
sirih, mayana, madu dan telur dalam bentuk tradisional yang berasal dari Sulawesi Utara,
adalah, ramuan buah sirih, mayana, madu dan telur (perbandingan 30%:5%:30%:30%)
berdasarkan uji toksisitas akut oral sampai dengan pemberian 6,328 ml/200 g bb. tidak
menunjukkan efek toksik. Pemberian ramuan tersebut secara berulang selama 3 bulan dengan
dosis terbesar 6,25 ml/200 bg bb. tidak menunjukkan gejala toksik. Hasil uji khasiat
antimalaria dengan dosis 0,562 ml/30 g bb dapat menekan perkembangan P. berghei dalam
darah mencit. Ramuan juga dapat menurunkan suhu tikus sampai dengan 2 C pada
pemberian dosis 3,75 m l ! ~ O O g bb. Kandungan kimia buah si rih adalah steroid, tanin,
terpenoid, flavonoid dan tunJnJn kinon dengan zat identitas arecolin(3)
Selain data penelitian : ang telah kita lakukan data penelitian yang lain menyebutkan
bahwa sirih mempun: ai bnJungan kimia arecoline pada seluruh bagian tanaman dan
berkhasiat sebagai antibaktcr i ~
5

6
) dan meningkatkan imunitas. (?) Tanaman ini tersebar luas
di Jawa, Madura. Bali. :\cel1. Sumatra, Timor, Sulawesi, Ternate, Lampung (S). Daun mayana
telah diteliti berkhasiat sebagai antibakteri dan sebaga i peluruh dahak penderita TB C
9
l .
Sedangkan madu secara turun temurun diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
sebagai antibakteri. Berdasarkan data-data tersebut peluang ramuan tersebut sebagai obat
malaria sangat besar. Namun demikian kekayaan pengetahuan tentang fonnulasi dan hasil
penelitian yang membuktikan bahwa ramuan tersebut aman dan berkhasiat tidak dapat
dipatenkan begitu saja karena dianggap telah tersedia di publik domain. Ramuan tersebut
hanya dapat dilindungi sebagai pengetahuan tradisional (Traditional Knowledge). Hal ini
sangat merugikan bangsa Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan penelitian dan pengembangan Tahap I:
Pengembangan formula anti malaria dengan komposisi buah sirih, daun mayana, madu dan
telur menggunakan metoda vacuum drying; karakterisasai fisikokimia, uji toksisitas akut
dan khasiat antimalaria invivo: observasi klinik dan tahap II: Upscaling proses produksi obat
antimalaria. Hasil penelitian tahap I dan II diperlukan untuk untuk melindungi formula
tradisional dengan melakukan inovasi bentuk formula untuk alternatif obat malaria yang
dapat diminum dengan mudah dan aman.
Tuj uan um um dari penel it ian adalah mendapatkan sed iaan kom posit menggunakan
teknologi vacuum d1ying dari formula berbasis buah sirih dalam bentuk tepung instan dan
tablet untuk alternatif obat malaria.
Tinjauan (state of t!te art review) atas paten/ri set, bahan yang digunakan adalah
ramuan yang dipakai oleh pengobat tradisional yang ada di Sula\\esi Utara. Penelitian yang
2
ada adalah daun sirih yang digunakan untuk antibakteri; daun mayana untuk antipiretk.
Keunggulan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sediaan berupa formula dal am bentuk
konsentrat yang mudah cara meminumnya bisa disimpan lebih lama yang diberi landasan
ilmiah sebagai antimalaria, meningkatkan daya tahan tubuh, antipiretik dan aman berdasarkan
toksisitas akut dan subkronik.
Apabila hasil penelitian selesai maka akan dapat diajukan paten dari formula (produk),
pengetahuan tradisional (Ti-adi tiona! Knowledge), dan merek dagang
..,
.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Umum Tanaman
1. Sirih
a. Klasifikasi
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Bangs a Diperales
Suku Piperaceae
Marga Piper
Jenis Piper betle L. .
b. Sinonim
Chavica auriculata M iq.
Chavica betle Miq.
Gambar I. Buah sirih
4
c.
d.
Nama daerah
Sumatera
Jawa
Bali
Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Deskripsi
Habitus
Satang
Daun
Bunga
Buah
Biji
Akar
Sireh (Palembang), sirih (Minangkabau).
Seureuh (Sunda), suruh (Jawa Tengah).
Base, seclah.
Nahi (Bima), kuta (Sumba), mota (Flores).
Uwit (Dayak), sirih (Sampit).
Dontile (Gorontalo), gamjeng (Makasar).
Amu (Ambon), biclo (Ternate) (1 5, 16).
Perdu, tumbuh merambat, tinggi 5 111 sa111pai I ~ 111.
Berkayu, bulat, berbuku-buku, beralur. '':una hijau
keeoklatan, permukaan kulit kasar, mempun: ..1i ruas yang
besar tempat keluarnya akar.
Tunggal, bulat panjang, tumbuh berseli ng. pangkal bentuk
jantung, ujung 111eruncing, tepi rata. panjang 5-18 em,
menyi rip, hijau-hijau tua.
Majemuk, bentuk bulir, bulat panjang. bulir _ianran panjang
I ,5-3 em, benang sari dua, pendek, bulir betina panjang I ,5-6
em, kepala putik tiga sampai lima, putih, hijau kekuningan.
Buni, bulat panjang sepet1i jari kelingking dengan ujung
gundul, berdaging, tebal 1-1 ,5 em, \\a rna h ijau kd; un ingan.
Buah harus dipungut sebelum sempurna masaknya, kalau
. tidak buah akan lunak dagingnya dan mudah busuk.
Bulat, membentuk lingkaran.
Tunggang, bulat, warn a eoklat kekun ingan ( 15. 16).
e. Ekologi dan penyebaran
Sirih diketemukan di bagian timur pantai Afrika, di sekitar pulau Zanzibar, daerah
sekitar sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang. kepulauan
Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar eli Nusantara dalam
skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan
sampai ketinggian 300 m di atas permukaan laut. Untuk memperoleh
pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan
pengairan yang baik.
f. Kandungan kimia
5
Arekolin, minyak atsiri (hidroks ikavikol, kavikol , kavibetol, karvakrol, eugenol ,
sineol), saponin, terpenoid. tanin, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat,
vitamin C, diastase, gula, pati dan asam amino.
g. Khasiat
Mengham bat pertum buhan bakteri, menghentikan batuk, bronkh it is, rematik,
nyeri sendi, menghilangkan bau badan, menghilangkan bau mulut (obat kumur),
keputihan, mimisan, sariawan, obat jerawat, sakit gigi, menghilangkan
wasir dan bisul .
2. Miyana
a. Klasifikasi
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ban gsa
Suku
Marga
Jenis
b. Sinonim
Spermatoph: w
Angiospermac:
Dicotylc:ckn:-te
Solanalc:s
Lam iac.:ae
Plectranthus
Plectrcmthus scwellarioides (L.) R. Br.
Gambar 2. Daun miyana
Coleus atropurpureus Benth.
Coleus (L.) Benth ..
6
c. Nama daerah
Sumatera : Sigresing (Batak), adang-adang (Palembang), miana, pilado
(S umatera Barat).
Jaw a
Sulawesi
d. Deskripsi
Habitus
Satang
Jawer kotok (Sunda), iler, kentangan (Jawa Tengah).
Serewung (Minahasa), majana (Manado)
Tanaman semak, semusim, tinggi I ,5 m, terna, tumbuh tegak
atau berbaring pada pangkalnya.
Lunak, segi empat, pereabangan banyak, berambut, berwarna ungu
kemerahan.
Daun Tunggal, helaian daun berbentuk bulat telur, pangkal membulat
Bunga
menyerupai bentuk jantung, ujung meruneing, tepi rata, tulang
daun menyirip, panjang 7-11 em, Iebar 5-7 em, permukaan daun
agak mengkilap, berambut halus, berwama ungu keeoklatan sampai
ungu kehitaman.
Majemuk, bentuk tandan di ujung batang, kelopak bentuk eorong,
mahkota bentuk bibir, warna ungu keputihan, benang sari dua,
putih, putik kecil, ungu.
Buah Kotak, berbentuk bulat, buah muda berwarna hijau dan setelah tua
berwarna coklat.
Biji : Kecil , keras, pipih. mengkilap dan berwarna hitam.
Akar T<mggang, berwarna kLming keputihan .
e. Ekologi uan penyebaran
Umumnya, miyana ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau tanaman
obat. Tanaman miyana yang ber:-ts:-tl dari Asia Tenggara ini ditemukan tumbuh liar
pada tempat-tempat lembab dan terbuka, seperti di pinggir selokan, pematang
sawah, atau tepi jalan pedesaan pada ketinggian 1-1.300 m di atas permukaan ]aut
( 17).
f. Kandungan kimia
Daun dan batang mengandung minyak atsiri , alkaloid, flavonoid, saponin,
polifenol , phytosterol, tanin ,Jan kalsium oksalat.
g. Khasiat
7
B. Madu
Menghambat pertumbuhan bakteri (antiseptik) . Digunakan untuk pengobatan
wasir, bisul, gangguan pencernaan makanan, sembelit, diare, kencing manis
(diabetes mellitus), demam, peluruh haid, keputihan, cacingan, radang telinga dan
penetralisir racun (antitoksik).
1. Definisi
Madu merupakan pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan manusia
jauh sebelum mengenal gula. Definisi madu menurut Food and Drug Administration
(FDA) adalah produk alam yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga
(senyawa kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar necterifjier dalam bunga dan
berbentuk larutan gula) dari tanaman yang dihisap dan dikumpulkan oleh lebah madu,
kemudian diolah dan disimpan dalam sarang lebah untuk dimatangkan. Bentuk maclu
berupa cairan kental seperti sirup, warnanya kuning pucat sampai coklat kekuningan,
rasanya khas manis dengan aroma yang enak dan segar.
Sebelum menjadi madu ada beberapa tahap yang harus dilalui , yaitu :
a. Mengumpulkan nektar dan tanaman.
b. Mengubah nektar menjadi gula invert yang terjadi ketika ada kontak antara nektar
dengan cairan saliva lebah. Cairan saliva lebah mengandung enzim-enzim
hidrolase sehingga pada tahap ini terjadi pemecahan gula.
c. Mengurangi jumlah kandungan air.
d. Mematangkan madu di dalam sarang lebah.
2. Penggolongan madu
Madu dapat dibedakan menjadi beberapa golongan menurut jenis tanaman yang
menjadi sumber nektarnya, yaitu:
a. Madu flora
Madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Bila nektar tersebut berasal dari satu
jenis bunga disebut madu monoflora, sedangkan yang berasal dari beraneka ragam
bunga disebut madu poliflora.
b. Madu ekstra flora
rvladu yang dihasilkan dari sumber tanaman yang tidak m ~ m i l i k i bunga atau dari
nektar yang terdapat di luar bunga yaitu dari bagian tanaman lain seperti daun.
abang atau batang.
8
c. Madu embun
Madu yang dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga yang terdapat di pohon-
pohon. Cairan ini dihisap dan dikumpulkan oleh lebah madu di dalam bagian
tertentu yang disebut sarang madu. Kemudian diproses menjadi madu. Madu
embun banyak mengandung dekstrin, tetapi kekuatan antibakterinya lebih renclah
dibandingkan dengan madu biasa.
Selain madu yang rasanya man is ada juga yang rasanya asam dan pahit, bahkan
ada juga madu yang beracun. Madu yang asam dihasilkan oleh genus Trigona. Maclu
yang rasanya pahit dihasilkan dari bunga mahoni (sejenis bunga matahari). Sedangkan
yang beracun adalah madu dari bunga rhododendron, bunga tersebut merupa!--.t n
bunga beracun .
3. Kandungan madu
Kandungan tertinggi yang terdapat dalam madu adalah gula (fruktosa 4 l . O ~ o . glukvsa
35%, sukrosa 1.9%). Disamping itu, kandungan lain yang terdapat eli ualam madu
antara lain :
a. Mineral
Madu mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, kalium.
aluminium, mangan, besi dan fosfor.
b. Vitamin
Vitamin yang terdapat dalam madu adalah vitamin A, tiamin (B
1
), ribofla\ in (8
2
).
piridoksin (B
6
), asam askorbat (C).
c. Enzim
Enzim yang penting dalam madu adalah enzim diastase, invertase. glukosa
oksidase, katalase, peroksidase dan lipase.
d. Asam organik
Madu juga mengandung berbagai asam organik seperti asam malat, asam sitrat.
asam tartrat, asam laktat, asam oksalat dan asam piruvat.
4. Manfaat madu
Madu memiliki peranan yang penting bukan hanya untuk pemanis makanan atau
minuman, tetapi lebih dari itu dengan adanya zat-zat yang terkandung dalam mac!u.
maka secara tradisional mac!u telah lama c!igunakan untuk mengobati berbagai
penyakit. Salah satu cara pemanfaatan madu adalah clenQ:an menambahkan awu
9
mencampurkan herbal (bagian tanaman yang berkhasiat sebagai obat) yang memiliki
khasiat tertentu bagi kesehatan.
Secara umum madu berkhasiat untuk menghasilkan energi, meningkatkan
daya tahan tubuh, meningkatkan stamina, mempermudah proses pencernaan, serta
untuk perawatan tubuh dan kecantikan. Banyak penyakit yang dapat disembuhkan
dengan madu diantaranya penyakit pant (tuberkulosis), lambung, radang usus,
jantung, tekanan darah rendah dan batu ginjal. Penyakit luar yang yang dapat diobati
dengan madu adalah luka bakar, sariawan, bibir pecah-pecah dan penyakit kulit
lainnya.
C. Telur
Telur merupakan produk peternakan yang sangat akrab Jan banyak digemari oleh anak-
anak maupun orang tua. Telur telah menjaJi l ' . : l ~ . 1 n makanan masyarakat karena
mempunyai nilai gizi yang tinggi, komposisi nutri:;i kngkap dan mudah dicerna. Telur
lebih baik dikonsumsi dalam keadaan setengah matang atau mentah karena dapat
meningkatkan stamina. Namun pada beberapa indiYidu yang sensitif tidak dianjurkan
mengonsumsi telur mentah karena dapat menyebabkan alergi. Selain sebaga i bahan
pangan, telur juga mempunyai beberapa manfaat antara lain :
I. Dalam telur tersusun oleh asam amino essensial yang baik untuk pet1umbuhan
maupun untuk mengganti sel-sel yang rusak.
2. Mengandung lemak yang terdiri dari trigliserida. fosfolipida dan kolesterol. Fungsi
trigliserida dan fosfolipida umumnya menyediakan energi yang diperlukan untuk
aktivitas sehari-hari. Kolesterol digunakan untuk membentuk garam-garam empedu
yang diperlukan bagi pencerriaan lemak yang berasal dari makanan.
3. Telur mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium untuk
pembentukan tulang. Selain itu, telur juga mengandung sumber vitamin lain sepcni
vitamin E, vitamin B
6
dan vitamin 8
12
4. Telurjuga merupakan sumber mineral diantaranya besi , fosfor dan kalsium
Telur terdiri dari enam bagian, yaitu kerabang telur atau kulit luar (shell), se laput
kerabang, putih telur (albumin), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan se l
benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi khas. Putih telur merupakan
tempat penyimpanan air dan zat makanan di tlalam telur yang digunakan ulttuk
pertumbuhan embrio. Kuning telur merupakan bagian telur yang bulat bentuknya.
berwarna kuning sampai jingga dan terdapat di tengah-tengah telur. Warna pada kuning
10
telur dihasilkan oleh adanya karotenoid yang terkandung dalam makanan yang dimakan
unggas, burung dan hewan lain yang bertelur. Semakin banyak karotenoid yang dimakan
induk ayam, semakin banyak pula karotenoid yang disimpan dalam kuning telur. Pigmen
karotenoid sebagian besar terdiri dari lutein dan zeaxanthin yang termasuk dalam istilah
xanthophylls. Semakin banyak kandungan xanthophylls yang dimakan oleh unggas,
semakin gelap warna kuning telurnya.
Karotenoid berperan dalam pembentukan energi melalui proses pemecahan
(oksidasi) asam-asam lemak dari hming telur yang kaya akan lemak. Asam-asam lemak
dari ktming telur juga merupakan sumber asam lemak tidak jenuh untuk perkembangan
jaringan otak. saraf dan retina. Selain itu, basil penelitian Surey (1999) menunjukkan
bahwa karotenoiJ h.u ning telur berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mencegah
peroksidasi lipiJ j:1ringan.
D. Malaria
l. Spesies parasit malaria
Parasit penyebab malaria pada manusia di Indonesia sampai saat ini ada empat
macam. yaitu : P.fhlciparum, P. vivax, P.ma!ariae dan P.ova!e. Seorang penderita
dapat ditulari oleh lebih dari satu jenis plasmodium yang disebut infeksi campuran
(mixed infection), misalnya infeksi oleh P.fa!ciparum dengan P. vivax atau P.ma!ariae.
Dari keem pat paras it terse but, P.falciparum yang seri ng menyebabkan ma I aria dengan
gejala klinis berat sampai dapat menimbulkan kematian.
Siklus hidup keempat spesies malaria pada umumnya sama. Proses ini terdiri
dari fase seksual eksG>gen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase
aseksual (skizogoni) dalam oadan hospes vertebrata.
II
!::>)
v
!::>)
...,
!::>)
(/)
"TJ

::>
(/) 0..
(]) !::>)
'--
!::>)
!::>)
...,
-'
::::;
-'
(/Q
0
!::>)
(/)
::::;
"0
(])
(/)
<
(])
...,
(;
CT
...,
s
!::>)
-
N
stadium tunrhuh
A =
/
Sporozil da Ia m
kclcnjar ludah
ny:uuul;
'
......__ ;:.::::
,. 1.' ,.
tili s:rsi G
1
a;nctosit
r
dihisap
_ { nyanrul;


ll = Man usia
1-lipnozoit dalam Skizogoni EE sckundcr
sci hali - (Relapse)

:.;; ::.t.: _;:::
= . ?Lt!J .
Sporozoit ' _ . ....
:;- dimasukanol ch / : .: ,F
n_ramul\ :;,r..;_::.. . . ' crOZ!Ht . ,
. . . j:Z i\1 . ;.:.
: .. : .. .. :.' .. . . -.:
--- E.E ..
(l'racrilrosil ) .
' - . . ; mcrah ., .:,- - froluzorl
. . ::.-:. Sci darah @ _ _ .
.... Mcrozoll 'iY(. -,.; .. : .. i muda
,. .. J.Io ' :,,
, ,1.1. . 1\l'-. Sci darah , (ffp l 1
" l '"ro- ln.lO- aamctosit :
- ga mctosit "' , : .; .;; Skizon pccah
tua muda .y
\

1\1 i kro-
gamctosi t
lua
Mikro-
::amctosit
mud a
Sci darah / Trofozoit
mcrah + tmt
ga mctosi t . '----
Sluzon
matang
Skizon
muda
Gam bar 3. Siklus hidup parasitmalaria (24)
(>)
u
(>)
....,
(>)
""Tj

::>
Vl 0..
(i)
P:l
'-
P:l
(>)

::;

(/0
0

Vl
::;
u
(i)
Vl
<
(i)
....,
ro-
CT
....,
;:;.
(>)

N
stadium tumbuh
A = Nyamuk
.
/
Sporozil d;da 111
kelcnjar Judah
nyanwk
..___


'
r tilis:tsi Gamctosit
dihisap
nyamuli


B = Man usia
1-lipnozoit dalam Skizogoni [[ sckundcr
., sci hati (Relapse)
> 63\ l?Gl

Sporozoit ' .. .
zdimasukanol<:h .: ..,,.., .: .. . ..V
nl'arnuk ' .'.-'i'R;, . . Mcrozott ,
. :!:,.:.' .. . -.: o....,:_ .. J"f'
--- Skizogoni E.E :;; (ll ;,.
(l'racritrosit ) .. \
' .. . " . ; mcrah .,., . rrotozoil
. -;:,:;. Sci darah (]) . .
Mcrowll iY(. c .: .. ; mtHh
../ ,, . - .. ,:
l'vl .1.. , ,
1
.k. Sci damh (ffp )
r-ro- ,, J Jo- "amctosit '/-. :
- gamctosit gamctosit "' , : : .;; 1> . Skizon pccah
tua muda /D S'
\
Mikro-
gamctosit
tua
Mikro-
gamctosit
mud a
Sci d;mth ('ffm!\.. / Trofozoit
mcrah + :'i;:toit. tua
gamctosit _- '----
SkJZon W.:
matang
Skizon
muda
Gambar 3. Siklus hidup parasit malaria (24)
Bila nyamuk Anopheles betina yang mengandung sporozoit malaria dalam
kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit yang berada dalam air liurnya
masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit segera
masuk ke dalam peredaran darah dan setelah sampai I jam masuk ke
dalam sel hati. Sebagian sporozoit masuk ke sel hati dan berkembang biak,
proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Inti parasit membelah diri berulang-
ulang disertai oleh pembelahan sitoplasma yang mengelilingi setiap inti
sehingga terbentuk beribu-ribu merozoit berinti satu. Pada akhir fase
praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar dan masuk di peredaran darah .
Sebagian besar menyerang eritrosit yang berada di sinusoit hati tetapi
beberapa difagositosis. Pada P. vivax dan P.ova/e sebagian merozoit
menyerang sel hati dan menjadi fase hipnozoit/dorman. Setelah beberapa lama
(beberapa bulan sampai 5 tahun) parasit dalam se l hati tersebut menjacli aktif
kembali dan mulai dengan skizogoni eksoeritrositik sekunder. Proses ini
dianggap sebagai penyebab timbulnya relaps jangka panjang atau
Pada P.jalciparum dan P.malariae tidak mempunya i fase eksoeritrositik;
relapsnya disebabkan oleh proliferasi stadium eritrositik yang dikenal sebagai
rekrudesensi.
2) Fase aseksual dalam darah
Waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam
darah tepi disebut masa prepaten, masa ini dapat disebut dengan masa tunas
atau masa inkubasi yang berhubungan dengan timbulnya gejala klinis penyakit
malaria. Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan mulai menyerang
eritrosit. Stadium termuda dalam darah berbentuk bulat. kecil dan beberapa
diantaranya mengandung vakuola. Stadium muda ini disebut tropozoit.
Kemudian parasit berkembang biak secara aseksual melalui
pembelahan yang disebut skizogoni. Inti parasit membelah diri menj adi
sejumlah inti yang lebih kecil, kemudian dilanjutkan dengan pembelahan
sitoplasma untuk membentuk skizon. Skizon matang mengandung merozoit
berbentuk bulat kecil , terdiri dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit.
Setelah skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit dilepaskan dalam aliran
darah (sporulasi), kemudian merozoit memas uki eritrosit baru cla n generas i
lain dibentuk dengan cara yang sama. Pada daur eritrosi t. sk izogoni
berl(!ngsung secara berulang-ulang se lama infeksi dan menimbulkan
13
parasitemia yang meningkat dengan cepat sampai proses dihambat oleh imun
hospes.
3) Fase seksual dalam darah
Setelah 2 atau 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit
tum buh menjad i bentuk seksual. Proses 1111 d isebut gametogon i
(gametogenesis). Bentuk seksual tumbuh tetapi intinya tidak membelah dan
berkembang menjadi stadium gametosit jantan (mikrogametosit) atau betina
(makrogametosit).' Gametosit mempunyai bentuk yang berbeda-beda setiap
spesies. Pada P.falciparum bentuknya seperti sabit atau pisang, sedangkan
pada spesies lain bentuknya bulat.
b. Parasit dalam hospes invertebrata
I) Eksflagelasi
Bila nyamuk Anopheles betina mengisap clarah manusia yang
mengandung parasit malaria, parasit aseksual dicerna bersama clengan
eritrosit, tetapi gametosit dapat bertahan terus. Inti mikrogametosit
membelah menjadi 4-8 yang masing-masing menjadi bentuk panjang seperti
benang (flagel) dengan ukuran 20-25 mikron, menonjol keluar dari sel induk,
bergerak-gerak sebentar dan kemudian melepaskan diri. 1-lagel atau gamer
jantan disebut mikrogamet. Makrogametosit mengalami proses pematangan
(maturasi) dan menjadi gamet betina atau makrogamet. Dalam lambung
nyamuk mikrogamet tertarik oleh makrogamet yang membentuk tonjolan kecil
tempat masuk mikrogamet sehingga pembuahan clapat berlangsung. 1-lasil
pembuahan disebut zigot.
2) Sporogoni
Pada pennulaan, zigot merupakan bentuk bulat tidak bergerak. terapi dalam
waktu 18-24 jam menjadi bentuk panjang dan clapat bergerak. Stadium seperti
cacing ini berukuran panjang 8-24 mikro dan di sebut ookinet. Ookinet
kemudian menembus dinding lambung nyamuk me!Jlui sel epitel ke
permukaan luar lambung dan menjadi bentuk bul:lt. disebut ooki sta. Ookista
makin lama makin besar dan kemudian pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan
bergerak dalam rongga badan nyamuk untuk mencapai kelenjar liur, nyamuk
betina sekarang menjadi infektif. Bila nyamuk ini menghisap clarah setelah
menusuk kulit manusia, sporozoit dimasukkan ke lub tusuk dan mencapai
al iran darah hospes perantara. Sporogon i yang cl i mula i dari pematangan
1-l
gametosir sampai menj:1di sporozoit infektif berlangsung se lama 8-35 hari ,
tergantung pada suhu luar dan spesies parasit .
2. Obat antimalari a
a. Kl orokuin dan turunannya
Kl oroku in adalah runman 4-am inoku inol in. Zat in i merupakan senyavva d ifosfat
berupa kristal putih yang pahit, larut baik pada pH asam tetapi kurang larut pada
pH basa. Klorokuin hanya efektifterhadap parasit dalam fase eritrosit, sama sekali
tidak efektif terhadap parasit di jaringan. Efektivitasnya sangat tinggi terhadap
P. vivax dan P jalciparum. Selain itu, klorokuin juga efektif terhadap gamet
P. viva\. !vlekanisme ke1j:1 obat ini diduga berhubungan dengan sintesis asam
nukleat dan nukleoprotein ; .1 itu dengan menghambat DNA polimerase dan RNA
polimerase.
b. Pirimetamin
Pirimetamin aualah wrun.111 pirimidin yang berbentuk serbuk putih, tidak berasa,
tidak larut dalam air h : - ~ n ; a sedikit larut dalam asam klorida. Mantaat utama
pirimetamin ialah Jalam p.:ncegahan dan terapi supresi. Kombinasi pirimetamin
dengan sulfonamid dan kuinin digunakan untuk mengobati serangan akut malaria
oleh plasmodium yang resisten terhadap klorokuin. Mekani sme ke1ja obcrt ini
adalah menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia pacla kadar yangj auh
lebih rendah daripada yang diperlukan untuk menghambat enzim ya ng sama pada
manus1a.
c. Primakuin
Primakuin adalah tunman 8-aminokuinolin. Garam difosfatnya larut dalam air dan
relatif stabil. Primakuin berguna dalam penyembuhan radika l malaria yang
di sebabkan oleh P. l ' il '{/_\' dan P.ovale. Primakuin merupakan obat anrimalaria yang
bersifat skizontosida jaringan, gametositosida dan sporontos ida untuk jenis
plasmodium man usia.
d. Kuinin dan Alkaloid si nkona
Kuinin (kina) adalah alkaloid penting dari kulit pohon sinkona. Kina mengandung
gugus kuinolin. Efek antimalarianya digunakan untuk tcrapi supresi clan
pengobatan serangan klinis, namun lebih toksik dan kurang efektif dibanding
klorokuin.
e. Obat antimalaria lain
I) Tetrasiklin
15
Tetrasikl in. doksisiklin dan minosiklin merupakan obat antimalaria golongan
antibioti ka. Tetrasiklin bersifat sebagai skizontosida jaringan dan skizontosida
darah untuk P.falciparum. Golongan ini bekerja menghambat sintesis protein
dengan cara berikatan pada ribosom 70s dari mitokondria parasit, sehingga
plasmodium tidak dapat mensintesis proteinnya sendiri. Sebagai akibatnya
yaitu dapat menghambat pertumbuhan plasmodium tersebut .
2) Meflokuin
Kombinasi pirimetamin sulfadoksin
Meflokuin merupakan turunan 4-kuinolin metanol. Dengan dosis tunggal yang
lazim, meflokuin dapat menghilangkan demam dan parasitemia pada pasien
yang terinfeksi P.falciparum strain resisten di daerah endemik.
3) Artemisinin
Merupakan senyawa trioksan yang diekstrak dari tanaman Artemisia annua.
Obat ini bersifat skizontosida darah untuk P.falciparum dan P. vivax.
E. Plasmodium bergltei
1.
2.
Klasifikasi P. bergltei
Superkingdom
Eukariota
Kingdom
Protozoa
Phylum
Microspora
Kelas
Microsporea
Subkelas
Microsporida
Ordo
Haemosporina
Famili
Plasmodiidae
Genus
Plasmodium
Spesies
Pfas111odium berghei
Galur
Plasmodium berghei strain ANKA .
P.berghei
P.berghei diisolasi pertama kali dari tikus hutan Thamnomys surdas/er di Katanga,
Zaire oleh Vincke dan Lips dari Antwerp, Belgia sehingga disebut P.berghei ANKA
(Antwerp-Katanga). Vektor P.berghei adalah Anopheles dureni dan Anopheles
stephensi .
. P berghei adalah parasit malaria pacla roden (hewan pengerat) yang
mempunyai siklus hidup alamiah yang sama seperti parasit malaria pacla manusia.
16
Infeksi buatan di Iaboratorium dapat dilakukan dengan menyuntikan parasit malaria
stadium aseksual secara intraperitoneal. lnokulasi P.berghei pada mencit strain swiss
derived ternyata dapat menimbulkan parasitemia Iebih cepat daripada inokulasi pada
jenis mencit lainnya. Perbedaan ini tidak hanya kebetulan saja karena pada percobaan
pem indahan P. berghei dari mencit swiss derived ke mencit jenis lainnya ternyata
perkembangan P.berghei tersebut menjadi lambat. Persamaan antara plasmodium
pada hewan dengan pada manusia adalah :
a. Siklus hidupnya mirip
b. Keduanya memiliki lebih dari satu nukleolus
c. Keduanya mempunyai pigmen dan membran vesikula yang halus
d. Keduanya memperlihatkan membran pembatas yang rangkap
e. Keduanya tidak mempunyai bentuk mitokondria
f. Keduanya memperlihatkan tipe caryophyle yang merupakan tempat khusus
absorbsi.
3. Daur hid up P.berghei
Secara umum daur hidup P.berghei ini sama dengan daur hidup plasmodium pada
manusia. Tahap pertama adalah masuknya sporozoit ke peredaran darah lalu ke dalam
hati yang disebut dengan fase skizogoni praeritrosit. Proses pematangan skizon te1jadi
selama 50-5 I jam dan setelah skizon pecah, merozoit akan menyerang sel darah
merah. Perkembangan aseksual di dalam darah (skizogoni eritrosit) dan bentuk
tropozoit menjadi skizon terjadi selama 24 jam. Skizon matang mengandung
merozoit yang jumlahnya bervariasi antara 6-20 merozoit. Bentuk gametosit P.
berghei jarang terlihat, kecuali pada awal pasase persentasinya tinggi. tetapi
jumlahnya cenderung menurun setelah pasase darah dari 'mencit ke mencit lain secara
berulang. Cincin P.berghei dan perkembangan parasit dapat dilihat dengan
mikroskop, yaitu dengan membuat sediaan apus darah tebal maupun tipis )ang
di\\'arnai larutan giemsa.
-L Cara penularan atau infeksi P.berghei
Secara alami, infeksi dapat terjadi melalui gigitan nyamuk vektor Anopheles s1ephensi
(di Indones ia tidak ada). Sedangkan secara buatan dengan mengi njeksi stadium
aseksual (tropozoit muda/ring, tropozoit tua, skizon) fase eritrositik parasit secara
intraperitoneal ke mencit .
17
BABIII
PERUl\IUSAN MASALAH
Di Indonesia malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih memerlukan
perhatian, terutama di daerah luar Jawa-Bali . Beberapa tempat merupakan daerah endemis
malaria, diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal didaerah enclemis malaria.
Peningkatan insidens malaria tezjadi clalam periode 1997-2000 dan tahun 1998-200 l tezjadi
beberapa kali kejadian luar biasa (KLB) eli beberapa daerah eli Indonesia. Angka kesakitan
malaria tahun 2002 eli Jawa-Bali sebesar 0,47 per I .000 penduduk dan luar Jawa 22.3 per
1.000 penduduk. Target angka kesakitan malaria secara nasional yang ingin
tahun 20 I 0 sebesar 5 per 1.000 penduduk. Alternatif pengobatan malaria diperluh: an. h: .:rt:na
resistensi paras it malaria terhadap beberapa obat modern ban yak tezjad i. 1\1 is a l kl orLh. d i
hampir semua provinsi eli Indonesia. Daerah endemik malaria pun makin
lingkungan yang makin tak terkendali, membuat pemberantasan penyakit maupun \ - . : ::1 \ a
makin berat .
Presiden Susi lo Bam bang Y udhoyono mem inta pene I it ian dan pen gem bangaz1 vbat
herbal terus dilakukan karena dapat memberi sumbangsih bagi bangsa Indonesia clan clunia
internasional.
Strategi pen gem bangan obat bahan a lam untuk menclapatkan bahan baku obat
merupakan rangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan yang panjang dengan
permasalahan yang kompleks serta melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu diperlukan
terobosan dengan memberikan landasan ilmiah dan sentuhan teknol ogi fonnulasi dari
pengetahuan tradisional.
Tujuan Umum
BAB. IV
TUJUAN PENELITJAN
Mendapatkan formula dengan komposisi buah sirih, daun mayana, maclu cbn telur
menggunakan teknologi vacuum drying dalam bentuk tepung instan dan tablet untuk
alternatif obat anti malaria.
Tujuan Khusus
I. Pengembangan formula yang tercliri clari buah sirih. daun mayana. telur
menggunak(;!.n teknologi vacuum drying
18
2. Melakukan uji
3. Menghitung
berghei) ser
mayana. madu
Manfaat Penelit ian
- air pada hewan coba
lah parasi t (Plasmodium fa/ciparum dan Plas111odium
n ekstrak air fo rmula yang terdiri dari buah sirih, daun
Tersedianya formula ami malaria yang terdiri dari buah sirih, daun mayana, madu dan telur
dalam bentuk yang mudah diminu m dan tahan lama.
Diperolehnya paten dari formul a (produk), perlindungan pengetahuan tradi sional (Tradi
tiona! Knowledge), dan merek dagang
19
Kerangka Pikir
BABV
l\IETODE PENELITIAN
Hasi12006
Bentuk formula
tradisional
Aman : Uji toks. Akut da I :
Subkronik :
Berkhasiat: :
Menurunkan demam Toks.: Akut
Meningkatkan Toksisitas:subkronik
Penurunan jum.ah AntiP,iretik
Berkualitas : Imuhitas
Antinial aria
--
Aman berdasarkan uji
toks. Akut clan
subkronik
Berkhasiat
menurunkan demam,
meningkatkan
im un i tas, menurunkan
jumlah parasit.
Karakter tertentu dari
buah sirih dan mayana
Ramuan Lobi
berkhasiJt Jan 1tas
sebagai ant imalaria
'
'
Untuk Pate)1 maka
diperlukan :
v
Ramuan tradisional seb gai antimalaria
Pengembangat_
formulasi
Karakterisasi
I Ekstrak air I
+---
Uji bioaktivitas I +---
Formula ekstrak arr uji toksisitas

Upsca"ing proses produksi obat antimalaria.
,.
Bioaktivitas
+---
lmunomodulator
Antimalaria
Observasi klinik
Toksisitas akut
Catatan. :Huruf tebal adalah yang akan dilakukan tahap II (2011).
20
1. Tempat dan \Vaktu Penelitian
Puslitbang Biomedis & Farmasi Depkes, Puslitbang Gizi Bogor dan Balai Besar
Penelitian Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
April - Oktober 2009
2. Jenis Penelitian : eksperimental
3. Desain Penelitian
Toksisitas akut oral, immunostimulan, dan ~ m t i m a l a r i a menggunakan desain
penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL), Observasi klinik pre dan post
treatment.
-L Estimasi Besar Sam pel
Toksisitas akut oral memerlukan tikus putih sebanyak 25 ekor jantan dan 25 ekor
betina (sesuai WHO).
Untuk uji khasiat menggunakan rumus n (t-1) ~ 15 dimana n=jumlah sampel; t=
banyaknya treatmen atau perlakuan.
Berdasarkan rumus diatas dan untuk mendapatkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan maka, Antimalaria 150 ekor mencitjantan
lmmunostimulan 50 ekor mencit jantan. Pengelompokkan !-Iewan Percobaan
dilakukan secara random berdasarkan berat badan. Observasi klinik menggunakan
60 orang.
5. Variabel
Variabel bebas
Perlakuan ( Tingkatan Dosis sediaan komposit ramuan berbasis buah sirih)
Waktu
Variabel terikat
a. Toksisitas akut oral : Berat badan
b. lmunitas: kadar IgG
c. Malaria : penurunan jumlah paras it
d. Observasi klinik: penurunan jumlah parasit; SGOT, SGPT, ureum dan
kreatinin.
7. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
Alat yang digunakan pacla penelitian ini adalah juicer, Spray Drying (Buchi Mini
Spray Dryer B-290), neraca elektrik (Metler Toledo type PL303), seperangkat alat
gelas (pyrex), oven (i'vlemert), mesin tablet single punch (Korch type EK 0),
21
Hardness Tester (\' anguard t ) pe YD-2), Friability Tester (Erweka type T-200), alat
penghisap debu (lux). mikroskop, Spektrofotometer. Cara pengumpulan data dengan
melakukan pengukuran terhadap variabel-variabel terikat menggunakan alat
timbangan berat badan khusus hewan, mikroskop, Spektrofotometer.
BAHAN DAN CARA KERJA
1. Bahan
a. Bahan Uji
Formula berbasis buah sirih terdiri dari buah sirih, daun mayana, madu dan
telur. Buah sirih, daun mayana dan madu berasal dari Sulawesi Utara. Formula
secara bersama-sama dibuat ekstrak dan kemudian dikeringka dengan
teknologi vaccum d1ying .Sediaan dibuat dalam bentuk instan dan tablet.
b. Hewan Coba
1 ). Toksisitas akut menggunakan tikus putih, galur Wistar, jenis kelamin
jantan, dan betina umur 3 bulan, bobot badan rata-rata 160 gram. 2).
Immunostimulan menggunakan hewan mencit jantan, galur ddY, umur 3
bulan .. 3). Uji malaria menggunakan mencitjantan, galur ddY, umur 3 bulan.
a. Makanan Hewan Percobaan
Makanan dalam bentuk pelet dengan komposisi makanan standar untuk
mencit: Selulosa 4%; Kelembaban 14%; Protein 25%; Lemak 3,5% dan
mineral-mineral 7%. Untuk satu hari mencit diberi makanan I 0
gram/hari /ekor. Makanan berasal dari Lab. He\Yan Percobaan Puslitbang
Biomedis dan Fannasi. Air minum menggunakan air kran (PAM) dan minum
yang diperlukan untuk setiap hewan 1-2 mL/gram makanan. diberikan ad
libitum.
Makanan dalam bentuk pelet dengan komposisi makanan standar untuk tikus:
Selulosa 6%; Kelembaban 14%; Protein 16,5%; Lemak 3% dan mineral-
mineral 6,6%. Untuk satu hari tikus diberi makanan 20 gram/harilek or. Air
minum menggunakan air kran (PAM) dan minum yang diperlukan untuk
setiap hewan 1-2 mL/gram makanan, diberikan ad libitum.
PEl\IBUA TAN SEDIAAN (1 0)
')')
Campuran bahan (buah si rih. daun mayana, madu dan telur) di jus.:r tanpa penambahan air
dan disaring, hasil ekstrak ditambah filler ( dekstrin) kemudian dikeringkan dengan pengering
vakum suhu 600C dan tekanan 2 atmosfer. Bahan kering yang dihasilkan bisa dalam bentuk
tepung yang langsung larut ai r atau dalam bentuk tablet. Selanjutnya dilakukan analisa untuk
kualitas sediaa.
Uji Kualitas Tablet
Uji sifat fisik granul. Sebelum granul dicetak, terlebih dahulu dilakukan uji sifat fisik granul
yang meliputi kecepatan alir, sudut diam, pengetapan, dan densitas massa
Kecepatan alir. Granul seberat I 00 gram dituang perlahan-lahan kedalam corong yang
tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong. Buka tutup secara perlahan-lahan
biarkan granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang diperlukan 1 J ctik) dengan stop li'Otch
sampai semua granul melewati corong. Kecepatan alir granul: an g. b,t ik adalah lebih dari I 0
gram/detik.
Sudut diam. Granul seberat I 00 gram dituang secara perlahan m.:lalui dinding corong. Buka
penutup corong dan biarkan granul mengalir. Ukur tinggi kerucut dan jari-jari kerucut yang
terbentuk.
Pengetapan. Granul dituang pelan-pelan kedalam gelas ukur sampai \Olume 100 ml clan
dicatat sebagai Yo. Gelas ukur dipasang pada alat dan motor dihiJupkan. Catat perubahan
volume pada tap ke 5, I 0, 15 dan seterusnya sampai volume granul konstan dan dicatat
sebagai Vt. Kemudian bobot granul ditimbang. Pengurangan volume granul akibat
pengetapan dinyatakan sebagai harga Tap (%).
Densitas massa. Gelas ukur I 00 ml ditimbang, granul dimasukkan kedalam gelas ukur
hingga volumenya mencapai I 00 mllewat tepi gelas ukur. Gelas ukur yang sudah dii si granul
tersebut kemudian ditimbang. Densitas granul tersebut dihitung dengan rumus berikut.
P =(bobot gelas ukur +granu!) -bobot ge!as ukur kosong
volume ge!os ukur
Uji Sifat Fisik Tablet.
Untuk mengetahui kualitas tablet yang telah dicetak. maka dilakuh:an uji sifat fisik tablet yang
mel iputi, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan \\ aktu Ia rut.
Keseragaman bobot. Dua puluh tablet ditimbang satu persatu dengan neraca elektrik.
Kemudian dihitung harga rata-rata ( x_ ), Standar Deviasi (SO) dan persen penyimpangan
bobot. Hasil yang diperoleh dibandingkan dcngan persyaratan yang ada dal am Farmakope
Indonesia.
Kekerasan. Sebuah tablet diletakkan pada alat hardness tester ( lunguurd type YD-2)
')'l
_ J
A I at in i secara otomati s akan menentukan kekerasan tablet yang kem ud ian has i lnya da pat
dilihat dari angka yang muncul pada alat tersebut. Dilakukan terhadap I 0 tablet.
Kerapuhan. Dua puluh tablet dibebas debukan dengan aspirator kemudian ditimbang lalu
dimasukkan ke friability tester (Enveka type T-200) Alat dihidupkan dan diputar dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Setelah selesai tablet dikeluarkan dari alat dibebasdebukan
dan ditimbang lagi . Dihitung persentase bobot tablet yang berkurang dari bobot tablet mula-
mula.
Waktu larut. Sebuah tablet dimasukkan ke dalam air dengan volume 200 ml pada suhu 46
sekitar 25C. Waktu dicatat deng:1n srop \Vatch sampai tablet hancur dan larut semua.
Uji Tanggapan Rasa
Uji tanggapan rasa dibkubn J.:ngan memberikan angket pada 20 orang responden yang
telah meminum tablet ters.:but unt uk menilai rasa dari tablet effervescent yang dibuat. Data
yang diperoleh diana! isi s Je:, kriptif untuk mengetahui tanggapan responcl en terhadap
rasa tablet.
Karakterisasi Ramuan ( 11.12)
PARAl\IETER CEMAR-\:\ K-\PANG, KHAMIR DAN AFLATOKSIN
Prosedur
(3) Uji Angka Kapang dan Khamir
Pengertian dan prinsip
Pertumbuhan kapang dan khamir setelah cuplikan cliinokulasikan pada media yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25C.
Prosedur
Disiapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA Dari basi l homogeni sas i
pada penyiapan contoh dipipet I ml pengenceran I o
1
ke dalam tabung ASA pertama hingga
cliperoleh pengenceran I dan dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran se lanjutnya
hingga I Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 mi. clituangkan pacla permukaan
PDA. segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat dupl o. Untuk
mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko. Ke dalam satu cawan petri
dituangkan media dan dibiarkan memadat. Ke dalam cawan petri lainnya clituangkan media
dan pengencer. kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan diinkubasi pacla suhu 20--
250( se lama 5-7 hari . Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat j uml ah koloni jamur yang tumbuh.
pengamatan terakhir pada inkubas i 7 hari. Koloni ragi clibedakan karena bentuknya bila kec il-
2-t
kecil putih hampir menyerupai bakteri. Lempeng Agar yang cliamati aclalah lempeng climana
terclapat 40- 60 koloni Kapang/ Khamir.
Perh itungan
Misalkan pacla pengenceran I o-
4
terclapat sebanyak 40 koloni, maka angka kapang/khamir
(bila terdapat) adalah 40 X 1 0'
4
= 40.1 0'
4
koloni per gram contoh. Contoh, untuk beberapa
kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan eli atas, maka diikuti petunjuk sebagai
berikut:
(I) B i Ia hanya salah satu d iantara kedua caw an petri dari pengenceran yang sam a
menunjukkan jumlah antara 40-60 koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan
dan dikalikan dengan faktor pengenceran.
( 2) Bila pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi didapatjumlah koloni lebih besar dari
dua kali jumlah koloni pacla pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat
pengenceran terenclah(misal pada pengenceran 1 o-
2
diperoleh 60 koloni dan pacla
pengenceran 10-
3
diperoleh 20 koloni, maka dipilih jumlah koloni pacla tingkat
pengenceran I o-
2
yaitu 60 koloni).
(3) Bila dari seluruh ca\\an petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 40-
60 koloni, maka clicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terenclah dan
dihitung sebagai Angka Kapang/Khamir perkiraan.
( -t) B i Ia tidak ada pertum buhan pad a sem ua caw an clan bukan disebabkan karen a faktor
inhibitor, maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan
faktor pengenceran terendah.
PARAMETER SPESIFIK
Senyawa terlarut dalam pelarut tcrtentu
Prosedur
(I) Kadar senyawa yang larut dalam air.
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air kloroform LP
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama clan
kemuclian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu I 05C
hingga babot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air, dihitung
terhadap ekstrak awal.
25
(2) Kadar senyawa yang larut dalam etanol.
Maserasi sejumlah 5.0 gram ekstrak selama 24 jam dengan I 00 ml etanal (95%),
menggunakan labu bersumbat sambil berkalli-kali dikocok selama 5 jam pertama dan
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan
etanol, kemudian uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam ca.wan dangkal berdasar
rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu I 05C hingga bobot tetap. Hi tung
kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol (95%), dihitung terhadap ekstrak
awal.
POLA KROMATOGRAM
PROSEDUR
Penyiapan larutan uji :
Ekstrak d itim bang dan d iekstraksi berturut-turut dengan pelarut hexane, eti lasetat, etanol. air.
Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan pengocokan selama 15 menit atau dcngan gctaran
ultrasonik atau dengan pemanasan kemudian disaring untuk mendapatkan larutan uji.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT = TLC):
Umumnya dibuat kromatogram pada lempeng silika gel dengan berbagai jenis fase gerak
sesuai dengan golongan kandungan kimia sebagai sasaran analisis. Evaluasi clapat dilakukan
dengan dokumentasi foto hasil pewarnaan lempeng kromatografi dengan pereaksi yang scsuai
atau dengan melihat kromatogram hasil perekaman menggunakan instrumen densitometer
(TLC-Scanner). Perekaman.dapat dilakukan secara absorbsi-refleksi pada panjang gelombang
254 nm, 365 nm dan 415 nm atau pada panjang gelombang lain yang spesifik untuk suatu
komponen yang telah diketahui.
Kromatografi Gas (KG= GC) :
Sistem kromatografi gas mempunyai resolusi tinggi sehingga optimal untuk pemisahan
komponen yang stabil dengan pemanasan. Umumnya dibuat profil kandungan minyak atsiri
atau metabolit sekunder tertentu lainnya seperti jenis fitosterol. Jenis kolom umumnya ada 3
jenis sesuai dengan urutan kepolaritasannya, yaitu OV -I. OV -% dan CarbO\\ a:-; 20l\ I.
Pemi sahan dilakukan dengan menggunakan program temperatur, dari tempcratur rencl ah
sampai temperatur maksimal kolom. Detektor yang digunakan umumnya hanya FlO kmena
metabolit sekunder.tumbuhan umumnya senyawa organik hidrokarbon.
26
Uji Toksisitas Akut oral
13
>
Prinsip
Pemberian dosis tungga l suatu bahan uji secara oral yang dapat memperlihatkan efek
toksik.
Tujuan
Untuk menentukan organ sasaran yang mungkin rusak, efek toksik spesifik dan
petunjuk dosis dalam pengujian lebih lanjut dari bahan uji
Hewan Percobaan
Untuk toksisitas akut oral menggunakan hewan percobaan tikus putih. \\'istar
jenis kelamin jantan dan betina (sesuai metoda dari WHO). umur = 3 l, u,. tn dengan
bobot badan I 60 gram.
Jumlah hewan
Lima (5) kelompok dosis, jumlah he\\ an untuk setiap kelompok 5 ekor _iantan dan 5
ekor betina.
Dosis
Berdasarkan dosis pemakaian pada manusia kemudian untuk dosis paling bc::, ar
jumlah maksimal bahan uji yang secara teknis dapat diterima oleh He\\ an Percobaan.
Kemudian dosis diturunkan dengan menggunakan kelipatan dosis secara logaritmik.
Prosedur
Sebelum percobaan dimulai, hewan uji diaklimatisasi di dalam ruangan percobaan
selama kurang lebih 7 hari , kemudian dikelompokkan secara acak sedemikian rupa
sehingga penyebaran bobot tubuh merata untuk semua kelompok. Sebclum pemberian
zat uji, masing-masing hewan uji ditimbang.
Puasakan hewan selama I 6 sampai 18 jam sebelum pemberian u_j i. dan diberi
makan lagi lebih kurang 4 jam setelah pemberian zat uji.
Selama 6 jam setelah pemberian zat uji, hewan diamati secara scksama terhadap
adanya gejala toksik dan kematian.
Pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari , diamati 2 hari sekali. Bobot tubuh ditimbang
paling sedikit tiga kali dalam satu minggu.
,..,-
- I
Pad a akh i r percobaan (a tau bi Ia ada he\\ an yang mati) sem ua hewan uj i pad a mas ing-
masing kelompok diotopsi, dilakukan pengamatan makropatologi pacta setiap organ.
Bila perlu dapat dilakukan pengamatan histopatologi dan penimbangan bobot organ.
Observasi
Selama 6 jam setelah pem berian bahan uj i, hewan d iamati secara seksama terhadap
adanya gejala toksik dan kematian.
Pengamatan meliputi
tingkah laku (aktivitas spontan, peka sentuhan, rasa nyeri)
eksitasi sistem syarafpusat ( strarub, melompat, tremor, konvul si),
sistem syaraf otonom
Refleks ( refleks kornea. pinna 1
Hewan Percobaan yang mati pada \\ :lKtu pengamatan. Pengamatan dilakukan selama
1-l hari , setiap hari berat badan dicatat te1jadinya gejala klinik /toksik,
berat badan. jumlah kematian. suhu baJ:m.
Pada akhir penelitian, he\\ an percobaan: ang masih hid up di otopsi dengan melakukan
anestasi menggunakan eter 3 mL ' 5 ckor tikus, dilakukan pengarnatan sccara
makroskopis (organ hati. paru. lambung. ginjal, dan organ genital ). Apabila ada
kecurigaan dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Analisis data
Penentuan LDso menggunakan probit. Apabila tidak terjadi kematian hewan coba
maka basil toksisitas akut dapat ditentukan tingkatan toksisitas berdasarkan dos is
terbesar atau dikatakan harga LD
50
semu.
Immunostimulan
Prinsip
Pemberian bahan uji pacta He\\ an Percobaan yang diinduksi sel darah merah
Domba dapat menaikkan sistem imunitas dengan parameter berat badan.
limpa, kadar lgG dan jumlah sellimfosit.
Bahan Kim ia : Akuades; buffer saline jo!;fat; lempeng agar
imzmodifusion, darah merah domba
Peralatan : lmmunoviewer. micrometer pipet, pipet tips, copilor tube
dengan heparin. mikro rube sentrifuse. sonde larnbung.
28
H.: ,,an Percobaan : 1\lencit dengan galur tertentu, satu seks, umur 2-3 bulan clengan
b.:rat badan 20- 30.
Dosis bahan uji
: Ditentukan berdasarkan hasi I toksisitas akut
Prosedur Kerja
Pembuatan larutan Phosphat Buffered Saline (PBS) dengan pH=7,2.
Mula-mula NaH2P04, Na2HP04 dengan perbandingan I :3 dilarutkan dengan
akuades sedikit demi sedikit sampai larut. NaCI dilarutkan dalam akuades kemudian
die am pur dengan larutan pertama tambahkan akuacles sampai volume I 000 ml,
pH== - . .2 ditetapkan dengan kertas lakmus.
P.: n.: ;lluan kadar immunoglobulin:
S.: mbi bn puluh ekor mencit (Untuk antisipasi adanya mencit mati pada waktu
aJ...:lim:1tisasi makajumlah mencit ditambah 10 ekor), dibagi secara acak menjadi enam
J...:.:! perlakuan @ 15 ekor Uantan dan betina) setiap kelompok:
Kcklmpok I
K.:l vmpok II
: tanpa pemberian apapun (normal)
: disuntik dengan suspensi SDMD I% secara ip +
akuades sebagai kontrol negati f
Kclompok I [[ :disuntik dengan suspensi SDMD I% secara tp +
stimuno
Kelompok TV
Kelompok V
Kelompok VI
: disuntik clengan suspensi SDMD I% secara ip + bahan
uj i dosis keci I
: disuntik clengan suspensi SDMD 1% secara ip + bahan uji
closis seclang
. : disuntik dengan suspensi SDMD I% secara ip + bahan
uji dosis besar
Pem berian bah an uj i menggunakan sonde dengan ukuran syringe 5 mL, m inggu
sebelum bahan diberikan dilakukan pengambilan clarah sebanyak 0, I ml lewat ekor
a tau \'en a orbital is dengan menggunakan pipa kapi ler untuk penetapkan kadar
immunoglobulin awal, kemudian diu lang pengambilannya I minggu sebanyak 0, I ml
setelah pemberian bahan uji dan 2 minggu dan 4 minggu setelah pemberian bahan
uji. Pemisahan serum darah dilakukan clengan pemusingan pada 3000 RPM selama
I 0 men it. Serum yang terbentuk langsung diukur kadar imunoglobulinnya atau
clisimpan pada suhu -20 C paling lama sampai 30 hari sebelum dilakukan
pengukuran lgG.

Pengukuran kadar Jmunoglobulin-G(lgG) sebagai berikut:
Ke dalam sumuran immunodifusi radial diisi dengan 5 ~ t l (dengan mikropipet) serum
sampel. Pengukuran diameter presipitasi dilakukan pada hari ke 3 (3 hari kemudian).
Penentuan jumlah sel limfosit:
Dibuat preparat apus darah dengan pewarnaan Giemsa. Pembuatan preparat dilakukan
sebelum pem berian bah an uj i (awal), kemud ian satu m inggu dan 2 m inggu setelah
pem berian uj i. J umlah sel I im fosit dihitung secara m ikroskopik menggunakan alat
mikroskop cahaya. Pengujian dilakukan secara duplo
Pengamatan lain yang dilakukan:
Berat badan: penimbangan dilakukan pada awal dan akhir percobaan menggunakan
timbangan khusus untuk tikus.
Penimbangan berat limpa: pada akhir percobaan mencit dibius dengan eter dan
dilakukan pembedahan mulai dari bagian inguinal sampai torakal untuk mengangkat
limpa. Berat limpa ditimbang menggunakan timbangan listrik merk Sartorius.
Uji antimalaria lnYiYo(l4)
Plasmodium berghel/n vivo.
Sejumlah mencit putih galur tertentu, jenis kelamin sama diinfeksi Plasmodium
berghei secara intraperitoneal. Setelah diperiksa secara mikroskopis sudah tumbuh
parasit kemudian mencit-mencit yang telah ditulari dibagi secara acak menjadi 7
kelompok@ 28 ek?r (14 ekor jantan dan 14 ekor betina). Kepada setiap kelompok
diberikan perlakuan sebagai berikut:
I. Kontrol Negatip (akuabides)
2. Blanko (tidak diberi apa-apa)
3. diberi bahan percobaan dosis I selama 3 hari berturut-turut.
4. diberi bahan percobaan dosis II selama 3 hari berturut-turut.
5. diberi bahan percobaan dosis Ill selama 3 hari berturut-turut.
6. diberi primakuin 0, 75mg/kg bb selama satu hari sebagai standar
Cara ke1ja
a. Semua bahan percobaan dan primakuin diberikan secara oral menggunakan
sonde dengan syringe ukuran 5 mL.
b. Para:neter yang diukur adalah gambaran darah (eritrosit, lekosit, hemoglobin
30
dan hematokrit/pcv), parasitemia, hi stopatologi organ tertentu (limpa, hati.
usus. ginjal) dari mencit percobaan (menggunakan cara seperti no.2)
c. Seminggu sebelum diberi perlakuan semua mencit dilihat gambaran darah
normalnya. Pengambilan darah diu lang berturut-turut pada hari ke-1 , 5, 14, 21
dan 28 setelah pemberian bahan percobaan.
d. Parasitemia dihitung melalui preparat darah ulas yang diambil dari vena
opthalmica, berturut-turut pada hari ke-0, I sampai 7, 14, 21 dan 28 setelah
pemberian bahan percobaan.
e. Terhadap semua mencit yang mati sebelum hari ke-28 dan yang belum mati
sampai dengan hari ke-28. diotopsi dan diperiksa organ tubuh yang dipcrlubn
untuk pemeriksaan histopatologi.
f. Pemeriksaan histopatogi menggunakan pewarnaan hematoksi lin dan eosin
dengan cara standar.
g. Selama percobaan bobot badan mencit ditimbang setiap hari .
h. Untuk mendapatkan data yang akurat maka pcmeriksaan darah t ~ p i dilakukan
tripe I.
Analisa Data
Data kuantitatifyang diperoleh dari pengukuran variabel dependent diana! isi s secara statistik:
1. Uji kenormalan menggunakan metoda Distribusi Frekuensi. Apabila data yang
diperoleh berdistribusi normal dan varian homogen, dilakukan Analisis Sidik
Ragam (ANOVA). Apabila ada perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uj i
berganda, B.NT/BNJ untuk membandingkan angka rata-rata antar perlakuan.
2. Apabila data yang diperoleh tidak normal dan atau varian tidak homogcn,
maka data dianalisis secara statistik non parametrik ya itu dengan metoda
Friedman dan dilanjutkan dengan Uji berganda Friedman
31
BABVI
HAS\l DAN PEMBAHASAN
I . PEMBUA TAN SEDIAAN
Formula terdiri dari
Buah siri 400 gram
Daun mayana 50 gram
Madu 150 gram
Formula tersebut dijus tanpa air sesuai dengan ur utJn tersebut diatas se hingga
menghasilkan 500 ml cairan setara dengan 500 mg. ditambah filler ( dekstrin)
kemudian dikeringkan dengan pengering dalam kondi ::-i \ suhu 600C dan tekanan 2
atmosfer. Bahan kering yang dihasilkan dalam bentuk tepung yang langsung larut air.
Selanjutnya dil akukan analisa untuk kualiws sedi:1an.
Sa at ini sedang persia pan pem bua tan tablet dan uj i kuali tas tablet
Uji lmalitas meliputi
Uji sifat fisik granul. Sebelum granul dicetak, terlebih dahulu dilakukan uji sifat fisik
granul yang meliputi kecepatan alir. sudut diam. dan densitas massa
Kecepatan alir. Granul seberat I 00 gram dituang perlahan-lahan kedalam corong yang
tertutup bagian bawahnya lewat tepi corong. Buka tutup corong secara perlahan-lahan
biarkan granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang diperlukan (detik) dengan sl op ll'atch
sampai semua granulmele\\'ati corong. Kecepatan alir granu l yang baik adalah lebih dari
10
gram/det ik.
Sudut diam. Granul seberat I 00 gram dituang secar-a perlahan dinding corong.
Buka penutup corong dan biarkan granul mengalir. Ukur tinggi kerucut dan jari-jari
kerucut yang
terbentuk.
Pengetapan. Granul dituang pelan-pelan kedalam gelas ukur sampai volume I 00 ml dan
dicatat sebagai Yo. Gelas ukur dipasang pada alat dan motor dihidupkan. Catat perubahan
volume pada tap ke 5. I 0, 15 dan seterusnya sampai volume granul konstan clan dicatat
sebagai Vt. Kemudian bobot granul ditimbang. Pcngurangan volume granul akibat
pengetapan dinyatabn sebagai harga Tap(%).
Densitas massa. Gelas ukur I 00 ml ditimbang, grJnul di masukkan kedalam gelas ukur
,,
_)_
hingga \ a mcncapai I 00 ml lewat tepi gelas ukur. Gel as ukur yang sudah diisi
granul
tersebut kemudian ditimbang. Densitas granul tersebut dihitung dengan rum us berikut.
P =(bobot gelas ukl.r -granul) -bobot gelas ukur kosong
m lume gelas ukur
Uji Sifat Fisik Tablet.
Untuk mengetahui kualitas tablet yang telah dicetak, maka dilakukan uji sifat fisik tablet
yang meliput i. keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu larut.
Keseragaman bobot. Dua puluh tablet ditimbang satu persatu dengan neraca elektrik.
Kemudi an dihitung h:-tr ;.1 rata-rata ( x_ ), Standar Deviasi (SO) dan persen penyimpangan
bobot. Has il yang dibandingkan dengan persyaratan yang ada dalam Fannakope
Indonesia.
Kekerasan. Scbu,l h diletakkan pada alat hardness tesler (Vanguard type YD-2)
Alat ini secara otomati :> akan menentukan kekerasan tablet yang kemudian has ilnya dapat
clilihat d:-tri angka ;ang muncul pada alat tersebut. Dilakukan terhaclap 10 tablet.
Kerapuhan. Dua puluh tablet dibebas debukan dcngan aspirator kemudian ditimbang
lalu
dimasukkan k.eji-iabiliry lester (Enveka type T-200) Alat dihidupkan dan diputar dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Setelah selesai tablet dikeluarkan dari alat
dibebasdebukan dan ditimbang lagi. Dihitung persentase bobot tablet yang berkurang dari
bobot tablet mul::l-mula.
Waktu larut. Sebuah tablet dimasukkan ke dalam air dengan volume 200 ml pada suhu
46
sekitar 25C. Waktu dicatat dengari stop watch sampai tablet hancur dan larut semua.
Uji Tanggapan Rasa
Uji tanggapan rasa dilakukan dengan memberikan angket pada 20 orang responden yang
telah meminum tablet tersebut untuk menilai rasa dari tablet yang dibuat. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan responden terhadap
rasa tablet.
33
Hasil uji
Tabel. Tabel 1. Parameter standar simplisia daun Mayana dan buah
Nilai rata-rata(%)
Parameter non spesifik
Simplisia I Simplisia Buah Sirih
Mayan a
usur pengeri ngan 90,98 87,26
Kadar air 12,04 12,06
Kadar abu total 10,51 6,99
Kadar abu tidak 1arut asam 0,29 0,21
Kadar abu larut dalam air 2,69 3,74
Kadar sari larut air 14,70 17,50
Kadar sari lann etanol II ,38 8,92
Tabel.2. Kandungan kimia buah sirih dan daun Mayana
Nilai
Parameter non spesifik
Simplisia Simplisia
Mayana Buah Sirih
Saponin - +
Steroid
- +
Terpenoid
+ +
Tannin
+++ +
Tanin katekat
+
Flavonoid
+
Alkaloid:
Meyer
Dragendorff
Saponin
- +
Steroid
- +
Terpenoid
+ +
Tannin
+++ +
2. UJI TOKSISITAS AKUT ORAL
3-t
Sediaan selanjutnya dilakukan uji toksisitas akut menggunakan hewan coba tikus pulih,
25 ekor jantan dan 25 ekor betina.
Dosis yang dicobakan:
1. 3000mg/200 g bb
2. 2000mg/200 g bb
3. 1333,3 mg/200 g bb
4. 888,88 mg/200 g bb
5. 592,59 mg/200 g bb
Selama 6 jam setelah pemberian zat uji, hewan diamati secara seksama terhadap adanya
gejala toksik dan kematian.Pengamatan dilanjutkan sampai 14 hari, diamati 2 hari sekali.
Bobot tubuh ditimbang paling sedikit tiga kali dalam satu minggu.
Pada akhir percobaan (atau bila ada hewan yang mati) semua hewan uji pada masing-
masing kelompok diotopsi, dilakukan pengamatan makropatologi pada setiap organ. Bila
perlu dapat dilakukan pengamatan histopatologi dan penimbangan bobot organ.
Pada akhir penelitian, hewan percobaan yang masih hidup diotopsi ckngan melakukan
anestasi menggunakan eter 3 mLI 5 ekor tikus, dilakukan pengamatan secara makroskopi s
(organ hati , paru, lambung, ginjal, dan organ genital). Hasil pengamatan makroskopis
pada organ hati , paru, lambung, ginjal dan organ genital tidak menunjukkan kelainan.
Hasil toksisitas akut oral sampai dengan dosis 3000 mg/200 g bb tidak menunjukkan efek
toksik. Hasil ini sesuai dengan hasil sediaan bentukjus.
3. IMUNOSTIMULAN
Empat puluh delapan ekor rnencit, dibagi secara acak menjadi enam kelompok perlakuan@
8 ekor setiap kelompok:
Kel ompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok VI
: tanpa pemberian apapun (normal)
:disuntik dengan suspensi SDMD 1 / o sccara Ip+
akuades sebagai kontrol negatif
:disuntik dengan suspensi SDMD 1% secara lp +
stimuno
:disuntik dengan suspensi SDMD 1% secara 1p + bahan
uji dosis kecil
:d isuntik dengan suspensi SDMD 1% secara ip ..,.. bahan uj i dosis
sedang
:disuntik dengan suspensi SDMD I% secara ip- bahan
35
uji dosis besar
Pemberian bahan uji menggunakan sonde dengan ukuran syringe 3 n1L. minggu sebe\um
bahan diberikan dilakukan pengambilan darah sebanyak 0, I ml le\\at ekor atau vena orbital is
dengan menggunakan pipa kapiler untuk penetapkan kadar immunoglobulin awal, kemudian
diulang pengambilannya 1 minggu sebanyak 0,1 ml setelah pemberian bahan uji, 2 minggu
dan J minggu setelah pemberian bahan uji. Pemisahan serum darah dilakukan dengan
pemusingan pada 3000 RPM selama I 0 men it. Serum yang terbentuk langsung diukur kadar
imunoglobulinnya atau disimpan pada suhu -20 C paling lama sampai 30 hari sebelum
d i lakukan pengukuran IgG.
Pengukuran kadar Imunoglobulin-G(IgG) sebagai berikut:
Ke dalam sumuran immunodifusi radial diisi dengan 5 (dengan serum
sam pel.
Penentuan jumlah sellimfosit:
Dibuat preparat apus darah dengan pe\\arnaan Giemsa. pr.:p:trat dilakukan
sebelum pemberian bahan uji (awal), kemudian satu minggu dan :2 minggu setelah
pemberian uji. Jumlah sel limfosit dihitung secara mikroskopil-: m.:nggunakan alat
m ikroskop cahaya.
Pengamatan lain yang d i lakukan:
Berat badan: penimbangan dilakukan pada awal dan akhir menggunakan
timbangan khusus untuk hewan coba.
Uj i khasias sampai taraf pemesanan he\van coba, dan pembuatan dosis untuk penel it ian.
Penyiapan hewan coba menibutuhkan waktu 45 hari.
4. ANTIMALARIA PLASMODIUM BERGHE/LN VIVO.
Cara kerja
Sejumlah mencit putih galur tertentu. jenis kelamin sama diinfeksi P/usnwdium berghei
secara intraperitoneal. Sehari kem ud ian rnenc it-menc it yang telah ditulari J ibag i secara acak
menjadi 7 kelompok @ 28 ekor ( 14 ekor jan tan dan 14 ekor betina). Kepacla setiap kelompok
diberikan perlakuan sebagai berikut:
a. Kontrol Negatip (akuabides)
b. Blanko (tidak diberi apa-apa)
c. diberi bahan percobaan dos is l selama 3 hari berturut-turut.
36
d. diberi bahan percobaan dosis II selama 3 hari berturut-turut.
e. diberi bahan percobaan dosis III selama 3 hari berturut-turut .
f. diberi fansidarlsulfadoksin dosis 25/ I ,25 mg/kg selama satu hari, sebagai
standar.
g. diberi primakuin 0,75mg/kg bb selama satu hari sebagai standar
Untuk uj i anti malaria, sampai tahap persia pan hewan coba maupun perhitungan dosis bahan
LIJ I.
BAB VII
KESIMPULAN
1. Sediaan berupa serbuk halus sangat mudah larut dalam air
2. Sediaan aman berdasarkan uji toksisitas akut
3. Manfaat imunomodulator dan antimalaria sampau tahap persiapan
DAFT AR PUST AKA
I. Anonim. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Depkes. Rl. , 2001.
2. Andries, L. Uji Efektifitas Ramuan Buah Sirih Terhadap Malaria Tanpa Komplikasi.
Laporan Penelitian. FK. Univ. Sam Ratulangi Keja sama dengan SP3T Manado.
3. Nugroho, Y A. "Upaya Menurunkan angka kesakitan malaria di claerah terpencil
menggunakan ramuan lokal". Observasi Klinis Pemakaian Ramuan Buah Sirih, Daun
l'vlayana dan Madu Untuk Malaria. Laporan Penelitian. Badan Litbangkes. Depkes.,
2006.
4. Prayogo, B. Pelayanan Sirih untuk Pelayanan Kesehatan Primer. Warta Tumbuhan
Obat Indonesia. Vol. I. No.I., 1992
5. Suwondo, S., dkk. Aktivitas Antibakteri Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Bakteri
Gingivatis dan Bakteri Pembentuk Plak atau Karies Gigi (Streptococcus mutans).
Warta Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. I. No.I., 1992
6. Sundari ,S., Koenseomarduah, Nusratini . Minyak Atsiri Daun sirih dalam Pasta Gigi :
Stabilitas Fisis clan Daya Antibakteri. Wa11a Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. I. No.I .,
1992
7. Darwi s. Potensi Sirih (Piper betle L.) Sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan Obat
Indonesia. Vol. I. No.I. , 1992
37
8. Jaml\\ati. \1.. Rosita, SM. Faktor-faktor Ekologi yang Mempengaruhi Peretumbuhan
Tanaman Sirih \\ 'arra Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. I. No.I., 1992
9. Y.-\. Karakterisasi, Uj i Toksisitas Akut Oral dan Uj i Mukai itik Tanaman
\I a:;. ana (Piectranthus scutellarioides (L)R.Br). Laporan Penelitian Badan Litbangkes.,
2003.
I 0. Ansel, C. H., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, te1jemahan Farida Ibrahim, edisi
Ke-4, UI Press, Jakarta, 1994
I I. Anonim : Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Badan POM. (2000).
Harbon.JB. Metode Fitokimia. Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. ITB,
B:111dung. 1984
\\ ' HO. Research Guidenlines For Evaluating The Safety and Efficacy Of Herbal
.\fedicines. Manila Philippnes.l993.
1..; \ 'ogel, HG. Drug Discovery and Evaluation Pharmacological Assays.Springer., 2002.
38

Anda mungkin juga menyukai