Anda di halaman 1dari 20

I.

JUDUL PERCOBAAN

IDENTIFIKASI MIKROBA

II.

TUJUAN PERCOBAAN

: - Mengamati morfologi dan fisiologi mikroba Membuat pewarnaan bakteri dan

menerangkan reaksi kimia yang terlihat serta perbedaan reaksi yang terjadi.

III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Identifikasi Bakteri

3.1.1 Pemeriksaan Langsung Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang pada saat mengalami fixasi panas serta selama proses pewarnaan mengakibatkan beberapa perubahan. Cara yang paling baik adalah dengan membuat sediaan tetesan gantung (Kusnadi, 2010).

3.1.2 Pewarnaan Gram Pewarnaan yang digunakan untuk melhat salah satu struktur sel dinamakan pewarnaan khusus, sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memlilahkan mikroorganisme dinamakan pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi kelompok Gram Positif dan Gram negatif. Pewarnaaan diferensial yang lain adalah pewarnaan Ziel-Neelsen yang memilahkan bakteri menjadi kelompok tahan asam dan kelompok tidak tahan asam. Ada berbagai macam teori yang menjelaskan bagaimana mekanisme pewarnaan mikroorganisme. Secara garis besar ada dua macam mekanisme yakni : a. Berdasarkan atas mekanisme pengikatan kimia Mekanisme ini menurut Ehrlich, Heidin-Hain, Giemsa, dan lain-lain. Menurut teori pengikatan kimia, jaringan sel terdiri atas gugus bersifat basa dan gugus yang bersifat asam, yang akan bereaksi dengan gugus asam atau

gugus basa zat warna (konstituen sel merupakan protein atau asam-asam amino yang merupakan senyawa amfoter) (Waluyo, 2010).

3.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pewarnaan Pewarnaan sel mikroorganisme umumnya menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Hasil pewarnaan tergantung beberapa faktor antara lain : 1. Fiksasi Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan mikroba, berfungsi untuk : a. Merekatkan sel mikroba pada gelas obyek. b. Membunuh mikroorganisme secara cepat dengan tidak menyebabkan\ perubahan-perubahan bentuk dan strukturnya. c. Mengubah afinitas (daya ikat) zat warna. d. Membuat sel-sel mikroba lebih kuat (keras). e. Melepaskan granular (butiran) protein menjadi gugus reaktif (NH3+) yang akan bereaksi dengan gugus OH dari zat warna. f. Mencegah otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan oleh enzimenzim yang dikandungnya sendiri g. Mempertinggi sifat reaktif gugus-gugus tertentu (gugus karboksil, amino primer, sulfhidril). 2. Peluntur Zat Warna Peluntur zat warna adalah sesuatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel yang telah diwarnai. Peluntur zat warna (decolorizer) berfungsi untuk menghasilkan kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Ada beberapa macam peluntur zat warna, antara lain : a) Peluntur zat warna bersifat asam, yakni HNO3, HCl, H2SO4, dan campuran asam-asam tersebut dengan alkohol. b) Peluntur zat warna bersifat basa, yakni KOH, NaOH, sabun dan garamgaram basa. c) Peluntur zat warna lemah, yaitu alkohol, air, minyak, cengkeh, aseton, dan gliserin. d) Garam-garam logam berat : AgNO3, CuSO4 dan lain-lain. e) Garam-garam logam ringan : Na2SO4, MgSO4 dan lain-lain.

3. Intensifikasi Pewarnaan Mordan adalah suatu zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel mikroba yang diwarnai lebih intensif atau menyebabkan zat warna terikat lebih kuat pada jaringan sel bila dibandingkan dengan cara pewarnaan tanpa diberi mordan. 4. Substrat Setiap zat warna, apakah zat warna asam atau zat warna basa dapat bereaksi dengan konstituen-konstituen sel tertentu. Oleh karena itu, substrat organik seperti lipida, protein, asam-asam nukleat dan karbohidrat juga mempengaruhi pewarnaan. 5. Zat warna penutup atau zat warna lawan (Counterstain) Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan memberi kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama. Beberapa macam zat warna penutup yang banyak digunakan adalah metilen blue, safranin, erythosin, dan lain-lain tergantung dari macam (cara) pengecatan (Waluyo, 2010).

3.2

Klasifikasi Bakteri Berdasarkan perbedaan ketebalan lapisan peptidoglikan dinding sel, bakteri dapat dibedakan atas bakteri gram positif dan gram negatif. 1. Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tebal. Bakteri ini akan berwarna ungu jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contohnya Neisseria gonorrhoeae, Troponema pallidium, vibrio chloreae, dan Bacillus subtili. 2. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram negatif adalah bakteri yang memiliki dinding sel dengan lapisan peptidoglikan yang tipis. Bakteri ini akan berwarna merah muda atau merah jika diwarnai dengan pewarnaan gram. Contohnya Propionibacterium acnes, streptococcus mutans, Escherichia coli dan Staphylococcus aeurus. (Oman, 2008)

3.3

Proses Pewarnaan Bakteri Gram Proses pewarnaan bakteri gram memang terlihat sangat rumit bagi orang awam. tetapi sebenarnya kalau ingin mengikuti langkah-langkahnya, tidaklah terlalu rumit. Mulailah dengan membersihkan gelas objek dan cover glass dengan alkohol 70%. Setelah itu, ambil biakan bakteri dari NA atau NB dengan jarum ose, lalu oleskan atau teteskan biakan tersebut di atas gelas objek. Selanjutnya, tetesi biakan tersebut dengan akuades, melalui pipet tetes (pipet pasteur) dan panaskan (fiksasi) biakan di gelas obyek tersebut di atas bunsen. Difiksasi artinya dipanaskan dengan melewatkan gelas objek di atas bunsen berkali-kali. Langkah berikutnya adalah menetesi biakan tersebut dengan larutan gram A dan biarkan selama 1 menit. Lalu bilas dengan akuades mengalir, kemudian dikeringanginkan di atas rak pengecatan. Tetesi biakan dengan larutan gram B, biarkan selama 1 menit dan bilas dengan akuades mengalir, kemudian dikeringanginkan. Bila proses itu sudah selesai, tetesi biakan dengan larutan D selama 30 detik dan bilas dengan akuades mengalir, kemudian dikeringanginkan. Setelah gelas objek kering, tutup dengan cover glass, lalu amati biakan tersebut di bawah mikroskop dengan perbesaran antara 400 hingga 1000 kali. Jnagan lupa, catatlah bentuk dan warna bakteri. Bila sel bakteri tersebut berwarna merah, bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif (Ahira, 2011).

3.4

Bahaya dan Manfaat Bakteri Gram Negatif Seperti jamak diketahui bahwa ada dua jenis bakteri, yaitu bakteri yang baik dan bakteri yang tidak baik atau bakteri jahat. Bakteri baik tentu saja memberikan manfaat bagi manusia. Sedangkan bakteri yang jahat pasti merugikan. Walau bakteri jahat ini merugikan, dia tetap memberikan manfaat bagi para ilmuwan yang mempelajarinya. Dengan adanya bakteri jahat ini, pemikiran para ilmuwan dan penemu adalah menemukan cara bagaimana menghambat pertumbuhan dan

mengenyahkan bakteri jahat dari tubuh dan kehidupan manusia. Sama seperti nyamuk yang membahayakan manusia. Dari bahaya nyamu itulah sebenarnya manusia mendapatkan manfaat. Buktinya adalah berapa banyak pekerja yang

menggantungkan hidupnya di pabrik atau perusahaan yang menghasilkan obat anti nyamuk. Berapa banyak peneliti dan ilmuwan yang bisa menyelesaikan sekolahnya karena meneliti dengan nyamuk dan hidup hewan kecil yang menjengkelkan itu. Dari namanya, dapat diketahui bahwa bakteri gram negatif adalah bakteri yang menimbulkan sesuatu yang negatif alias menimbulkan penyakit. Bakteri satu ini cukup luar biasa karena bisa kebal terhadap antibiotik. Kalau satu jenis bakteri kebal terhadap antibiotik, maka pemebrian satu jenis antibiotik yang berdaya lemah tentunya tidak akan mempan. Kalau seorang pasien mengkonsumsi antibiotik dalam dosis yang tinggi dan dalam tempo waktu yang lama, dikhawatirkan bahwa sang pasien akan mengalami kekebalan terhadap banyak jenis antibiotik. Akibatnya cukup fatal. Gagal ginjal dan gagal jantung bisa saja terjadi. Bakteri gram negatif mampu bertahan terhadap antibiotik karena kapsulnya menghasilkan endotoksin dan bakteri jenis ini mempunyai sistem enzim yang memang mampu bertahan dari gempuran antibiotik. Luar biasanya lagi adalah bahwa ternyata kekuatan bakteri gram negatif ini tidak hanya dari karakternya yang menyebabkan banyak penyakit. Bakteri satu ini juga ada yang memeberikan keuntungan kepada manusia. Bakteri gram negatif yang menimbulkan penyakit cukup berbahaya kepada manusia, di antaranya adalah Neisseria Gonnorhoeae, Haemophillus influenzae, Bordetella pertusis. Dilihat dari namanya, kelihatan bahwa penyakit-penyakit yang ditimbulkan oelh bakteri satu ini memang cukup membuat hati ciut. Sedangkan nilai positifnya adalah bahwa bakteri ini juga membarikan manfaat. Misalnya, bakteri Eschericia coli yang menjadi pembusuk makanan di usus dan juga mampu menghasilkan vitamin K. Bakteri gram yang baik lainnya adalah bakteri Rhizobium, yang mampu menyuburkan tanah, bakteri yang menghasilkan vitamin B12 yang disebut dengan Pseudomonas denitrificans. Ada juga bakteri gram yang bermanfaat untuk membuat makanan terutama makanan turunan dari susu. Di antara contoh bakteri gram yang baik itu adalah Lactobacillus casei, yang digunakan dalam pembuatan keju,

Actobacer xylinum, yang digunakan dalam pembuatan nata de coco yang lezat itu, Acetobacer, yang digunakan dalam pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaris, yang digunakan untuk pembuatan yoghurt yang nikmat. Selain itu, ada juga bakteri gram yang menghasilkan natibiotik. Bakteri ini dinamakan Streptococcus griceus (Ahira, 2011).

3.5 3.5.

Aplikasi Pewarnaan Bakteri Pengaruh Fermentasi Saccharomyces cerevisiae Terhadap Kandungan

Nutrisi dan Kecernaan Ampas Pati Aren (Arenga pinnata MeRR) Ampas pati aren (Arenga pinnata Merr) merupakan limbah industry pembuatan tepung aren yang jumlahnya cukup melimpah dan sampai saat ini masih terabaikan. Namun sebagaimana bahan asal limbah yang lain kandungan nutrisi ampas pati aren cendeung rendah sehingga diperlukan pengayaan nilai nutisinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh fermentasi Saccharomyces cerevisiae terhadap kandungan nutrien dan kecernaan ampas pati aren secara in vitro. Materi yang digunakan adalah ampas pati aren dan inokulum Saccharomyces cerevisiae dari ragi tape. Metode yang dipakai

adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yang terdiri dari Po = ampas pati aren terfermentasi dengan inkubasi 0 jam, P1 = ampas pati aren terfermentasi dengan inkubasi 24 jam, P2 = ampas pati aren terfermentasi dengan inkubasi 48 jam, P3 = ampas pati aren terfermentasi dengan inkubasi 72 jam. Setiap perlakuan diulang tiga kali dan untuk mengetahui perbedaan antarperlakuan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Umiyasih , dkk ; 2008).

IV. METODOLOGI PERCOBAAN 4.1 Bahan dan Fungsi Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah : 1. Air Sungai Denai Fungsi : sebagai sampel yang akan diwarnai mikrobanya. 2. Tape berjamur Fungsi : sebagai sampel yang akan diamati mikrobanya. 3. Kristal Violet Fungsi : sebagai zat warna utama pada bakteri. 4. Larutan Iodin Fungsi : Untuk semakin merekatkan zat warna utama pada bakteri. 5. Aseton Alkohol Fungsi : untuk melunturkan warna utama. 6. Safranin Fungsi : untuk mewarnai kembali sel yang kehilangan warna.

4.2

Alat dan Fungsi Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan adalah : 1. Kawat Inokulasi Fungsi : untuk mengambil mikroba dari media cair ke kaca objek. 2. Pipet Tetes Fungsi : untuk meneteskan zat pewarna ke kaca objek dalam ukuran yang kecil. 3. Kaca Objek Fungsi : tempat untuk meletakkan mikroba ketika pewarnaan dan pengamatan 4. Mikroskop Fungsi : untuk mengamati morfologi bakteri. 5. Penjepit Tabung Fungsi : untuk menjepit kaca benda saat proses pencucian. 6. Tisu Fungsi : mengeringkan wadah dari cairan tersisa.

4.3

Prosedur Percobaan

4.3.1 Prosedur Pengamatan Mikroba Lingkungan 1. Mikroskop diatur sedimikian rupa sehingga dapat digunakan dengan jelas dan baik, antara lain dengan membersihkan kaca dan cermin dengan tisu, serta mengatur penyinaran yang baik. 2. Kaca objek dibasahi dengan aquadest dan dilap dengan tisu hingga bersih. 3. Dengan memakai pipet tetes atau kawat inokulasi, sampel air sungai Denai ditetes atau digoreskan pada kaca objek. 4. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran yang sesuai dan diatur sejelas mungkin. 5. Digambarkan hasilnya. Hasil yang terlihat dibandingkan dengan referensi agar mikroba tersebut dapat diidentifikasi.

4.3.2 Prosedur Percobaan Proses Pewarnaan Gram 1. Preparat diambil dari tape bejamur dengan kawat inokulasi yang telah disterilkan dengan lilin. 2. Bakteri digoreskan ke kaca objek lalu dibiarkan kering di udara terbuka kemudian difiksasi. 3. 4. 5. Diamati di bawah mikroskop. Digambarkan hasil yang didapat. Preparat dibasahi dengan kristal violet lalu didiamkan 30-60 detik kemudian dimiringkan untuk membuang cairan berlebih lalu dicuci dengan air. 6. Kemudian dibasahi dengan iodin lalu didiamkan 30-60 detik kemudian dimiringkan untuk membuang cairan berlebih. 7. Lalu dicuci dengan air dan dilanjutkan dengan alkohol-aseton lalu didiamkan 30-60 detik kemudian dicuci dengan air. 8. Kemudian preparat dicuci dengan pewarna lengkap safranin dan dibiarkan selama 30 60 detik. 9. Preparat dimiringkan untuk membuang larutan sisa dan dicuci dengan air.

10. Preparat dikeringkan dengan tisu lalu diamati dengan mikroskop dan hasilnya digambarkan.

4.4

Flowchart Percobaan

4.4.1 Pengamatan Mikroba Lingkungan

Mulai Mikroskop Disiapkan dengan penyinaran yang baik Kaca benda dan penutup dibersihkan Air sungai Denai diambil menggunakan pipet tetes Diteteskan ke kaca benda Diamati menggunakan mikroskop Hasil dibandingkan dengan referensi

Selesai Gambar 4.1 Flowchart Pengamatan Mikroba Lingkungan

4.4.2 Pewarnaan Gram

Mulai Mikroba dibiakkan selama dalam tape berjamur Preparat diambil dengan kawat inokulasi yang telah disterilkan dengan lilin Bakteri diambil lalu digoreskan ke kaca objek lalu dibiarkan kering di udara terbuka kemudian difiksasi Diamati di bawah mikroskop dan digambar hasilnya

Preparat dibasahi dengan kristal violet dan dibiarkan selama 30-60 detik

Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

Preparat dibasahi dengan iodin dan dibiarkan selama 30-60 detik Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

Preparat dibasahi dengan alkohol-aseton dan dibiarkan selama 30-60 detik Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

Preparat dibasahi dengan safranin dan dibiarkan selama 30-60 detik

A
Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air Preparat dikeringkan Preparat diamati dengan mikroskop

Apakah preparat berwarna ungu? Tidak Gram positif Ya Gram negatif

Hasilnya digambar dan di bandingkan dengan referensi

Selesai Gambar 4.2 Flowchart Pewarnaan Gram

V. 5.1

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan

5.1.1 Pengamatan Mikroba Lingkungan Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Mikroba Lingkungan Sampel Gambar Bakteri Morfologi Bakteri Bersifat patogen Basil Air Sungai Denai Bakteri fakultatif anaerob Ukuran 0,4-0,7 m x 1,4 m Escherichia coli Gram negatif Nama Bakteri Keterangan

5.1.2 Proses pewarnaan Gram Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Proses Pewarnaan Gram Gambar Sampel Sebelum Pewarnaan Setelah Pewarnaan Nama Bakteri Morfologi Bakteri Keterangan

Berbentuk oval Mengandung lipid yang Tape berjamur Saccharomyces cerevisiae sangat sedikit Bakteri yang menguntungkan Gram positif

5.2

Pembahasan

5.2.1 Air Sungai Denai Dari hasil pengamatan mikroba lingkungan, yaitu terhadap mikroba akuatik yang terdapat pada air Sungai denai, setelah diamati di bawah mikroskop tampak bahwa mikroba yang terdapat pada sampel air sungai Denai berbentuk basil yaitu Escherichia coli. Ciri-cirinya : a. b. Merupakan batang gram negatif. Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek. c. d. e. Gambar 5.1 Escherichia coli f. Biasanya tidak berkapsul, tidak berspora. Motil atau tidak motil, peritrikus. Aerobik, anaerobik fakultatif. Penghuni normal usus, seringkali

menyebabkan infeksi. Bakteri Escheria Coli merupakan kuman dari kelompok gram negatif, berbentuk batang dari pendek sampai kokus, saling terlepas antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga yang bergandeng dua-dua (diplobasil) dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter 1,1 1,5 x 2,0 6,0 m, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51 mol %. Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas.Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 8 oC-46 oC, tetapi suhu optimumnya adalah 37 oC (Ahira, 2012).

5.2.2 Tape Berjamur Pada prosedur pewarnaan sederhana kita hanya dapat melihat mikroba dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri yang berbeda dengan morfologi sama. Christian Gram, seorang ahli bakteriologi Denmark secara kebetulan menemukan suatu pewarnaan bertingkat, yang dinamakan pewarnaan Gram. Pewarnaan ini merupakan salah satu prosedur yang penting dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan gram juga merupakan tahap penting dalam identifikasi bakteri, termasuk pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjdai 2 kelompok, yakni bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif berwarna ungu yang disebabkan komplek warna kristal violet-iodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat. Sedangkan bakteri berwarna merah karena kompleks warna tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil zat warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan tersebut disebabkan perbedaan struktur, terutama dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut (Waluyo, 2010). Dari hasil pengamatan pewarnaan gram, yaitu terhadap mikroba tape berjamur, setelah diamati di bawah mikroskop tampak bahwa mikroba yang terdapat pada tape berjamur berbentuk oval yaitu Escherichia coli.

Ciri-cirinya : a. Merupakan bakteri gram positif b. Bakteri berbentuk oval c. Mengandung lipid yang sangat sedikit d. Mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari kapsul, dinding sel, membran sitoplasma, nukleus, vakuola, mitokondria e. Glabula lipid f. Bersifat fermentatif

Gambar 5.2 Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup banyak jenis ragi. Saccharomyces berasal dari bahasa Latin yang berarti gula jamur. Banyak anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah satu contoh adalah Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk Saccharomyces bayanus, digunakan dalam pembuatan anggur, dan Saccharomyces boulardii, digunakan dalam obat-obatan. Koloni dari Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka rata, mulus, basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna. Ketidak mampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk berbagai memfermentasi karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces. Saccharomyces memproduksi ascospores, khususnya bila tumbuh di V-8 media, asetat ascospor agar, atau Gorodkowa media. Ascospores ini adalah bundar dan terletak di asci. Setiap ascus berisi 1-4 ascospores. Asci tidak menimbulkan perpecahan pada saat jatuh tempo. Ascospores yang berwarna dengan Kinyoun noda dan ascospore noda. Bila dikotori dengan noda Gram, ascospores adalah gramnegatif sedangkan sel vegetatif adalah gram positif. Jamur Saccharomyces

cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama jamur ragi, telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi. Karena kemampuannya dalam menghasilkan alkohol inilah, S. cerevisiae disebut sebagai mikroorganisme aman (Generally Regarded as Safe) yang paling komersial saat ini. Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol, mikroorganisme tertua yang dikembangbiakkan oleh manusia ini memungkinkan terjadinya proses bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring dengan berkembangnya genetika molekuler, S. cerevisiae juga digunakan untuk menciptakan revolusi terbaru manusia di bidang rekayasa genetika. S. cerevisiae yang sering mendapat julukan sebagai super jamur telah menjadi mikroorganisme frontier di berbagai bioteknologi modern. S. cerevisiae adalah jamur bersel tunggal yang telah memahat milestones dalam kehidupan dunia. Jamur ini merupakan mikroorganisme pertama yang dikembangbiakkan oleh manusia untuk membuat makanan (sebagai ragi roti, sekitar 100 SM, Romawi kuno) dan minuman (sebagai jamur fermentasi bir dan anggur, sekitar 7000 SM, di Assyria, Caucasia, Mesopotamia, dan Sumeria). Di Indonesia

sendiri, jamur ini telah melekat dalam kehidupan sehari-hari. Nenek moyang kita dan hingga saat ini kita sendiri menggunakannya dalam pembuatan makanan dan minuman, seperti tempe, tape, dan tuak. Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol). Saccharomyces cerevisiae juga telah digunakan dalam beberapa industri lainnya, seperti industri roti (bakery), industri flavour, (menggunakan ektrak ragi/yeast extracts), industri pembuatan alcohol (farmasi) dan industri pakan ternak (Krisno, 2010).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan adalah : 1. Bakteri yang terdapat pada air sungai Denai adalah bakteri Escherichia coli.

2. Dari hasil pengamatan mikroba lingkungan, mikroba yang terdapat pada air
sungai Denai adalah mikroba berbentuk basil

3. Bakteri yang terdapat pada tape berjamur adalah bakteri gram positif
bernama Saccharomyces cerevisiae . 4. Dari hasil pengamatan proses pewarnaan gram, mikroba pada tape berjamur berwarna ungu dan berbentuk oval. 5. Bakteri pada tape berjamur merupakan bakteri gram positif, sedangkan bakteri pada air sungai Denai merupakan bakteri negatif

6.2

Saran Adapun saran yang dapat disampaikan setelah melakukan percobaan adalah: 1. Ketika dalam pengamatan mikroba di bawah mikroskop, sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengenal nama dan bentuk bakteri itu sendiri. 2. Disarankan untuk menambah variasi zat warna untuk pewarnaan bakteri sebagai perbandingan misalnya air fuchsin. 3. Sebaiknya praktikan harus lebih memerhatikan lamanya waktu dalam proses pewarnaan gram agar warna yang diperoleh tidak terlalu tebal sehingga bakteri dapat terlihat ketika pengamatan. 4. Sebaiknya pada saat melakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop, kaja objek disterilisasi terlebih dahulu. Agar bakteri yang terdapat pada sampel terlihat jelas. 5. Sebaiknya pengambilan sampel air sungai dilakukan pada pagi hari, agar bakteri pada air tersebut mudah teridentifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ahira, Anne. 2011. Identifikasi Bakteri Negatif. http ://ahnneahira.blogspot.com. Diakses 24 Maret 2013 Krisno, Agus. 2011. Peranan Jamur Ragi Saccharomyces cerevisiae sebagai Fermentasi Roti. http ://krisnoagus.fermentasiroti.com. Diakses 24 Maret 2013 Kusnandi. 2010. Pemeriksaan Bakteri Secara Langsung. http://kusnandi.com// bakteri pemeriksaan. Diakses 24 Maret 2013 Oman. 2008. Bakteri Peptidoglikan. http://biologyofbacteria.com. Diakses 24 Maret 2013 Umiyasih, Uum ; Anggraeny, Y.N. 2008. Pengaruh Fermentasi Saccharomyces cerevisiae Terhadap Kandungan Nutrii dan Kecernaan Ampas Pati Aren (Arenga pinnata MERR). Pasuruan : Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Diakses 24 Maret 2013 Waluyo, Lud. 2010. Teknik Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang : Umm Press

LAMPIRAN A FOTO PERCOBAAN


L.A.1 Pengambilan Sampel

Gambar A.1 Foto Pengambilan Sampel Air Sungai Denai L.A.2 Air Sungai Denai

Gambar A.2 Air Sungai Denai

L.A.3 Tape Berjamur

am

Anda mungkin juga menyukai