Anda di halaman 1dari 3

Puasa: Meningkatkan Kepedulian Sosial

Ajaran Islam di samping berdimensi spiritual tentu juga berdimensi sosial. Salah satu ajaran tersebut adalah puasa (shiyam). Puasa adalah konsepsi keimanan yang mampu mempengaruhi kepribadian. Sehingga puasa akan memberikan makna dan visi kehidupan manusia, yang terpenting adalah menjaga keseimbangan antara tuntutan individu dan kebutuhan sosial masyarakat. Maka sejauh manakah puasa memberikan dampak sosial dalam kehidupan manusia? Puasa Ramadhan selalu menyita perhatian karena karakteristiknya yang unik, pertama, spesifikasi waktu. Zakariyah al-Anshari dalam kitab Tuhfatu at Tullab menyebut dua jenis waktu khusus puasa Ramadhan, yaitu ilm bil-waqt dan wujub al-tatabu. Kedua, ruang punishment, yaitu sanksi yang diberikan kepada seorang muslim yang melakukan pelanggaran. Syaikh Muhammad bin Qasim dalam Fathul Qarib Mujib menyebut hal ini dengan qadha dan kafarat. Bentuk sanksi tersebut adalah mengulangi puasa di hari lain, memerdekakan budak, atau memberi makan 60 orang miskin. Ketiga, santunan konsumtif (zakat fitrah). Syaikh Nawawi Banten dalam Sullam al-Taufiq menegaskan bahwa zakat fitrah mempunyai keterkaitan dengan puasa Ramadhan (bi idraki juzin min ramadhana wa juzin min syawwal). Santunan konsumtif ditentukan berbentuk makanan pokok (ghalibi qut al-balad). Said Aqil Siraj, Ketua Umum PBNU menjelaskan puasa dari tiga dimensi di atas, menurutnya, Spesifikasi waktu puasa Ramadhan berkorelasi dengan kehidupan umat Islam yang masih terbelakang, hidup dalam kelompok-kelompok kecil di wilayah-wilayah sudut dunia, yang berkonsekuensi pada hilangnya kebersamaan. Puasa Ramadhan yang dilakukan dalam waktu tertentu mampu menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat sehingga ekspresi kesadaran atas sesuatu secara kolektif dapat berkembang. Kolektifitas yang muncul secara berulang-ulang sekaligus mendapatkan legitimasi agama akan mengandung kekuatan sakral. Lebih lanjut kang Said mengatakan bahwa punishment yang identik dalam puasa Ramadhan sejalan dengan perilaku manusia yang cenderung membangkang dari aturan. Punishment merupakan langkah antisipatif atas perilaku yang kontraproduktif bagi pencapaian target-target spiritual-sosial puasa. Sehingga mendorong umat Islam untuk tertib aturan dan bersama-sama konsisten mewujudkan agenda-agenda spiritual-sosial. Punishment yang berkaitan dengan Ramadhan inilah yang menjadikan kelompok muslim tampak menjadi sebuah perkumpulan masyarakat beragama prophetis (umat Muhammad) yang dipaksa untuk menciptakan kepastian, mempunyai antusiasme spiritual dan sosial, sekaligus melakukan perubahan sosial secara radikal dan meluas. Yang ketiga adalah Santunan konsumtif (zakat fitrah) juga identik dengan puasa Ramadhan. Seseorang yang akan melakukan zakat fitrah harus melalui puasa Ramadhan. Karena itu zakat Fitrah adalah aksi sosial secara massal yang digerakkan oleh individu-individu yang telah melakukan proses penyadaran dan empati. Zakat fitrah perspektif keimanan merupakan kewajiban sosial yang berdampak akhirat dan ekspresi kepentingan akhirat yang berdimensi sosial. Zakat Fitrah, Peretas Kesenjangan Sosial Zakat memiliki posisi yang sangat urgen. Ia tidak saja sebagai ibadah vertikal kepada Allah, tetapi juga berfungsi sebagai ibadah sosial dalam rangka mengharmoniskan hubungan antar manusia. Zakat adalah perintah yang di dalamnya terkandung semangat

kesejahteraan dan keadilan dalam kehidupan sosial. Al-Quran senantiasa mensejajarkan kata shalat dan zakat sebagai inti dari seluruh ajaran Islam. Allah SWT berfirman: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka (QS At-Taubah, 9 : 103) Beragama yang baik ialah yang melaksanakan segala ritual dengan istikamah, dan mematangkan maknanya dengan sikap sosial nyata demi kemaslahatan manusia. Al-Quran menyatakan bahwa kesediaan berzakat menjadi ciri orang yang mendapatkan kebahagiaan. Orang yang berzakat dianggap sebagai orang yang memperhatikan hak fakir miskin dan para mustahik (orang yang berhak mendapatkan zakat, red), sekaligus membersihkan, menyuburkan, dan mengembangkan hartanya serta mensucikan jiwanya. Rasulullah SAW.bersabda Islam itu didirikan atas lima sendi yaitu:persaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan Zakat, Haji dan Puasa pada bulan Ramadhan .(Riwayat Bukhari dan Muslim). Dari saking urgennya Zakat sebagai penyelarasan sosial, Nabi Muhammad memberikan peringatan keras terhadap orang yang enggan mengeluarkan zakat sebagai orang yang berhak diperangi, (HR. Imam Bukhari). Ada beberapa hikmah yang terkandung dari kewajiban berzakat, di antaranya; Pertama, sebagai sarana untuk membersihkan harta. Kedua, sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang Allah SWT. berikan. Ketiga, menghindari kesenjangan sosial antara si kaya dan si papa. Keempat, mewujudakan keseimbangan dalam distribusi harta, dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat. Dan kelima, mewujudukan solidaritas sosial, rasa kemanusian dan keadilan, ukhuwah islamiyah, persatuan ummat, dan pengikat batin antara yang kaya dengan yang miskin. Keutamaan zakat fitrah dengan menyebut bahwa ada hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa belum sempurna amal ibadah seseorang yang dilakukan pada bulan Ramadhan sebelum dia menunaikan kewajiban zakat fitrah. "Ini wajib hukumnya bagi setiap umat Muslim yang mampu. Karena itu, zakat fitrah harus ditunaikan dan disalurkan sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. Pembayarannya dengan menggunakan komponen bahan makanan pokok, seperti beras, korma, gandum, dan sebagainya. Tujuan dari zakat fitrah sendiri adalah agar pada hari lebaran nanti, jangan sampai ada kaum fakir miskin, dhuafa, yang tidak menikmati rezeki dan kebahagiaan. Diharapkan dengan berbagai kebahagiaan di hari fitri, hubungan antar sesama dapat terjalin dengan baik dan terutama muncul semangat keberpihakan terhadap kaum lemah. Oleh karenanya menjadi tanggung jawab bersama agar pada hari fitri nanti semua merasakan kenikmatan. Jumlah rakyat miskin semakin bertambah, maka kewajiban zakat fitrah harus benar-benar diamalkan. Meski begitu, sebenarnya itu simbolis saja sifatnya, Namun lebih dari itu, diharapkan melalui zakat fitrah, jiwa sosial seseorang terketuk untuk selanjutnya bersedia mengeluarkan zakat, sadaqah, amal jariah dan sebagainya yang nilainya lebih besar."Jangan kemudian ada yang berpikir setelah membayar zakat fitrah, selesailah sudah kewajiban zakat yang lain. Sedekah, amal jariyah juga wajib bagi yang berpunya. Pada hakikanya, pesan inti dari perintah berzakat fitrah adalah guna menggugah kedermawanan bahkan zakat fitrah sebenarnya simbol kepedulian sesaat. Tapi dalam jangka panjang harus ada tindak lanjut yang signifikan. Semisal dengan membayar zakat maal yang berupa hisab (perhitungan) dari harta yang tentunya jumlahnya bisa lebih besar. Sebagai upaya mendorong peningkatan zakat, perlu ada sosialisasi zakat secara berkesinambungan demi terwujudnya pemerataan keadilan sosial.

Idealnya setiap individu muslim yang telah berpuasa mempunyai kepedulian sosial. Sikap ini termasuk modal dasar bagi upaya pengikisan perbedaan kelas sosial ekonomi masyarakat. Kelompok masyarakat yang mempunyai kepedulian sosial berpotensi mampu menyelesaikan persoalan sosial ekonomi kelompoknya. Di sinilah titik strategis umat Islam, di mana agamanya mempunyai konsepsi dalam Pengentasan kemiskinan. Kepedulian sosial dalam Islam menjadi bagian dari sebuah sistem yang menjanjikan gerakan masif dan kolosal. Puasa tidak diragukan lagi mempunyai sakralitas yang mampu menimbulkan perasaan khidmat keagamaan saat menghadapi bahaya kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai