Anda di halaman 1dari 29

ANALISA KEBIJAKAN PERMODALAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus Provinsi Bali

dan Sulawesi Utara)1 Achmad Sani Alhusain2 Abstract Indonesia is implementing a strategy to overcome the economic crisis thought strengthening micro, small, and medium enterprise (MSME). The research aimed at gathering information on how the growth condition, obstacles and policy to improve the accesibility to the funding of MSME by using qualitative method. The result shows that the growth of MSME is relatively low but it still shows good contibution to the Indonesian economy. The main obstacle for MSME and Cooperatives are management quality and funding. Government has tried to create some funding product that could be easier for MSME and Cooperation to access and provided some training to develop the management quality. Kata kunci: Permodalan, Usaha Mikro Kecil Menengah, Provinsi Bali, Provinsi Sulawesi Utara. I. Pendahuluan A. Latar Belakang Indonesia sedang gencar melakukan pembangunan yang berkesinambungan untuk kembali bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi yang dialami pada tahun 1997 lalu. Kejadian tersebut menjadi cambuk bagi bangsa Indonesia untuk selalu waspada dan matang dalam membuat kebijakan pembangunan guna menciptakan fondasi perekonomian yang kuat dan dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Hal ini dilakukan melalui

1 2

Tulisan ini adalah hasil penelitian pada tahun 2007. Penulis adalah Peneliti Muda Bidang Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data, dan Informasi, Setjen DPR RI.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 575

pembangunan ekonomi yang merata dan diimbangi dengan kehidupan sosial, dan politik yang demokratis dan berkeadilan. Struktur perekonomian Indonesia masih terkonsentrasi di pulau Jawa, Bali dan Sumatera. Diantara ketiganya, pulau Jawa masih menduduki peringkat pertama mobilitas perekonomian. Dari pulau Jawa ini secara khusus daerah DKI Jakarta merupakan daerah perekonomian yang paling tinggi perkembangannya dibanding daerah lain. Hal ini diindikasikan oleh jumlah uang beredar, alokasi kredit, pajak, dan alokasi sumberdaya produktif lainnya. Struktur perekonomian nasional masih mengandung berbagai ketimpangan, dengan pertumbuhan yang masih berpusat di Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu, perlu ada komitmen bersama guna menumbuhkan pusat-pusat aktivitas ekonomi di daerah melalui reformasi pembangunan ekonomi yang mampu mengembangkan sumberdaya lokal dan menggerakkan ekonomi rakyat yang lebih produktif dan berdaya saing. Komitmen yang kuat ini tertuang dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan salah satu tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum, yang berarti kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan representasi rakyat Indonesia dalam kehidupan ekonomi nasional, sehingga perlu diberikan prioritas yang tinggi dalam pembangunan nasional. Untuk itu, perlu disusun rencana pemberdayaan UMKM di Indonesia yang terintegrasi, sistematis, dan berkelanjutan. UMKMpada umumnya berbasis sumber daya ekonomi lokal dan tidak bergantung pada impor, serta hasilnya mampu diekspor karena keunikannya, sehingga pembangunan UMKM diyakini akan memperkuat fondasi perekonomian nasional. Perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang kuat jika UMKM dan koperasi telah menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya saing dalam perekonomian nasional. Untuk itu, pemberdayaan UMKM menjadi prioritas utama pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. Berdasarkan data BPS 2006, jumlah UMKM pada tahun yang sama sebanyak 48,9 juta unit atau sekitar 99,99 persen dari jumlah total unit usaha yang ada. Unit-unit tersebut diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja

576

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

sebanyak 96,2 persen. 3 Berdasarkan data ini tergambar bahwa UMKM merupakan andalan masyarakat dalam menopang perekonomian mereka. Disamping itu, UMKM terbukti dapat membantu pemerintah dalam upaya menyediakan lapangan kerja. UMKM bergerak hampir di semua sektor ekonomi dan berlokasi di seluruh daerah. Khusus usaha berskala mikro dan kecil, masih berada dalam keadaan tertinggal dibandingkan dengan pelaku ekonomi yang lain. Namun peran atau kontribusinya tidak kalah penting dalam menunjang perekonomian nasional. B. Perumusan Masalah Salah satu kendala utama dalam perkembangan UMKM adalah langkanya sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi modal mendukung produksi. Akses UMKM terhadap institusi keuangan atau pendanaan memang masih relatif terbatas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali bahwa dari sejumlah unit usaha itu sebanyak 99,96% merupakan usaha mikro dan kecil. Namun demikian perkembangan UMKM umumnya masih mengalami berbagai masalah dan belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Masalah yang hingga kini masih menjadi kendala dalam pengembangan usaha UMKM antara lain adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya UMKM mengakses sumber permodalan.4 Modal yang diperlukan untuk mengembangkan usaha kecil menengah dan koperasi lebih banyak mengandalkan modal pribadi dan perputaran hasil usaha yang diperoleh. Kendala lainnya adalah tingkat produktivitas usaha dan produktivitas tenaga kerja relatif rendah, nilai tambah rendah, pangsa pasar di dalam negeri dan ekspor masih rendah, jumlah investasi rendah, jangkauan pasar terbatas, jaringan usaha terbatas, permodalan dan akses pembiayaan terbatas, kualitas SDM terbatas, dan manajemen yang umumnya belum profesional, serta belum adanya pemisahan yang tegas antara keuangan pribadi dengan keuangan perusahaan.

Hanni Sofia, Penguatan Struktur Permodalan UMKM , cetakartikel.php?id=33124 diakses tanggal 6 Juni 2009.

http://www.pelita.or.id/

Analisa Kebijakan Permodalan....... 577

Selain itu masih ditemukan adanya mekanisme pasar yang distortif, termasuk regulasi dan retribusi yang dasar hukumnya kurang kuat dan proses perizinan yang kurang transparan, serta lemahnya koordinasi antar badan/ lembaga yang mengembangkan program pembinaan UMKM. Keadaan demikian menyebabkan UMKM menanggung beban biaya transaksi yang besar. Kondisi dan permasalahan tersebut di atas, memperlihatkan masih adanya masalah yang perlu segera diidentifikasi sehubungan dengan upaya pemerintah dalam menerapkan kebijakan untuk mendukung pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah khususnya mengenai permodalannya. Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan UMKM di Provinsi Bali dan Sulawesi Utara? 2. Kendala apa yang paling sering dihadapi UMKM dalam memperoleh fasilitas permodalan? 3. Bagaimana dukungan pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan bagi UMKM di daerahnya dalam memperoleh permodalan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan atau pelaksanaan kebijakan permodalan UMKM di Provinsi Bali dan Sulawesi Utara. Dari analisa ini akan diperoleh gambaran perkembangan UMKM, kendala-kendala yang paling sering dihadapi UMKM dalam memperoleh fasilitas permodalan dan gambaran dukungan pemerintah daerah dalam memberikan kemudahan bagi UMKM di daerahnya dalam memperoleh permodalan. Hasil temuan penelitian lapangan ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi para pembuat kebijakan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi DPR dalam mengatur lebih lanjut hal-hal yang terkait permodalan UMKM dalam undang-undang yang terkait. II. Kerangka Pemikiran A. Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU UMKM) Pasal 1 angka (1), (2), dan (3), Usaha Mikro
4

Hanni Sofia, ibid.

578

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU UMKM. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU UMKM. Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU UMKM. Adapun kriteria UMKM diatur dalam UU UMKM Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3). Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta Rp 2,5 miliar. Sedangkan Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2, 5 miliar Rp 50 miliar. Tabel. 1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah No. URAIAN KRITERIA ASSET OMZET 1 USAHA MIKRO Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2 USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar 3 USAHA MENENGAH > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Sumber: diolah dari UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Analisa Kebijakan Permodalan....... 579

B. Modal Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap usaha atau perusahaan membutuhkan dana atau biaya untuk dapat beroperasi. Hal ini sebenarnya menjadi persoalan yang dihadapi hampir semua pengusaha, karena untuk memulai usaha dibutuhkan pengeluaran sejumlah uang sebagai modal awal. Pengeluaran tersebut untuk membeli bahan baku dan penolong, alat-alat dan fasilitas produksi serta pengeluaran operasional lainnya. Melalui barang-barang yang dibeli tersebut perusahaan dapat menghasilkan sejumlah output yang kemudian dapat dijualnya untuk mendapat sejumlah uang pengembalian modal dan keuntungan. Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan seterusnya begitu sampai pengusaha mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan atau target. Tambunan5 menjelaskan bahwa modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Sedangkan Budiwati6 menyebutkan bahwa dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modal untuk usahanya. Mengutip Suryadi Prawirosentono, lebih lanjut Budiwati menjelaskan bahwa modal adalah salah satu faktor penting diantara berbagai faktor produksi yang diperlukan. Bahkan modal merupakan faktor produksi penting untuk pengadaan faktor produksi seperti tanah, bahan baku, dan mesin. Tanpa modal tidak mungkin dapat membeli tanah, mesin, tenaga kerja dan teknologi lain. Pengertian modal adalah suatu aktiva dengan umur lebih dari satu tahun yang tidak diperdagangkan dalam kegiatan bisnis sehari-hari.7

Tulus Tambunan,Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Penerbit Salemba Empat Tahun 2002, hal 61. 6 Neti Budiwati, Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi. 2009, ( online), (http:// netibudiwati.blogspot.com diakses pada tanggal 5 Juni 2009. 7 Prawirosentono, Suryadi (2002:117) sebagaimana dikutip Neti Budiwati, ibid. 8 Ibid.

580

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni: (1) sebagian dibelikan tanah dan bangunan; (2) sebagian dibelikan persediaan bahan; (3) sebagian dibelikan mesin dan peralatan; dan (4) sebagian lagi disimpan dalam bentuk uang tunai (cash).8 Selain sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi, modal juga merupakan faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam pengembangan perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan atau laba bagi pengusaha. Selanjutnya, mengutip Bambang Riyanto, Budiwati menjelaskan pentingnya faktor modal bagi suatu usaha sebagai berikut:9 Modal kerja sangat berpengaruh terhadap berjalannya operasi suatu perusahaan sehingga modal kerja harus senantiasa tersedia dan terus menerus diperlukan bagi kelancaran usaha, dengan modal yang cukup akan dapat diproduksi optimal dan apabila dilakukan penambahan modal maka produksi akan meningkat lebih besar lagi. Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume penjualan.10 Modal dapat dibedakan atas pengertian sempit dan yang luas. Dalam arti sempit, modal sering diartikan sebagai uang atau sejumlah dana untuk membiayai suatu usaha atau kegiatan. Dalam arti luas, modal diartikan sebagai segala sesuatu (benda modal: uang, alat, benda-benda, jasa) yang dapat digunakan untuk menghasilkan lebih lanjut. Dilihat dari segi fungsinya modal dapat dibedakan atas modal individu dan modal sosial. Modal individu adalah tiap-tiap benda yang memberikan pendapatan bagi pemiliknya. Modal sosial adalah setiap produk yang digunakan untuk produksi selanjutnya. Dengan modal maka produksi dapat berjalan dan produktivitas menjadi tinggi.11

Bambang Riyanto (1985:61) sebagaimana dikutip Neti Budiwati, ibid. Ibid. 11 Ibid.
10

Analisa Kebijakan Permodalan....... 581

Khusus untuk UMKM yang berbadan hukum perseroan, mengenai modal ini diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dimana dinyatakan dalam Pasal 31 ayat (1) bahwa Modal dasar Perseroan terdiri atas seluruh nilai niminal saham. Selanjutnya pada Pasal 32 ayat (1) dinyatakan bahwa Modal dasar Perseroan paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). III. Metodologi Penelitian A. Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu analisis dengan mendasarkan pada data primer dan sekunder, yang kemudian dari hasil pembahasan diambil kesimpulan dan rekomendasi. B. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam guna memperoleh keterangan yang lengkap dari pihak-pihak yang mengetahui pasti dan berhubungan erat UMKM dan pengembangannya. Adapun pihak yang dijadikan sumber data primer ini di Provinsi Bali dan Sulawesi Utara ini adalah Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk mengetahui rencana prioritas pembangunan daerah khususnya yang berhubungan dengan pengembangan UMKM, Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah untuk mengetahui perkembangan UMKM, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengetahui perkembangan perdagangan yang dilakukan UMKM. Untuk memperoleh gambaran dukungan sektor keuangan terhadap UMKM maka Bank Indonesia di daerah dipilih menjadi sumber data primer untuk mengetahui kebijakan penyaluran keuangan atas dasar karakteristik daerah dan PT. Permodalan Nasional Madani sebagai salah satu perusahaan penyalur keuangan untuk UMKM. Disamping itu, untuk memperkaya sumber data primer di Provinsi Bali maka dilakukan wawancara dengan pengurus Kamar Dagang dan Industri Daerah dan untuk provinsi Sulawesi Utara melakukan wawancara dengan Ketua

582

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melakukan mengetahui apakah kebijakan pemerintah dalam mendukungan permodalan bagi UMKM ini dapat dirasakan para pelaku usaha dan harapannya atas kebijakan yang diterapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, buku, internet dan data yang diperoleh Badan Pusat Statistik. C. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah 2 (dua) daerah yaitu Kota Denpasar Provinsi Bali dan Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Alasan dipilihnya provinsi Bali ini sebagai daerah penelitian adalah karena daerah ini diketahui merupakan salah satu daerah yang memiliki perkembangan UMKM yang cukup besar dan memiliki pasar bukan hanya di tingkat nasional tapi sudah merambah tingkat internasional. Sedangkan Sulawesi Utara adalah karena daerah ini sedang giat untuk memajukan UMKM di daerahnya. Alasan lain dari dipilihnya kedua daerah ini agar dapat memperoleh perbandingan antara daerah yang sudah dulu memiliki UMKM yang aktivitas pemasaran produknya sampai luar negeri dan yang sedang melakukan pengembangan UMKM. Penelitian di Provinsi Bali dilakukan pada tanggal 8 14 April 2007 dan penelitian di Provinsi Sulawesi Utara dilakukan pada tanggal 15 21 Juli 2007. II. A. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Kebijakan Pemerintah dalam Mendorong Akses Permodalan Usaha Mikro, Kecil, Menengah

UMKM merupakan bentuk usaha yang dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dan mampu menyediakan serta menyerap lapangan kerja, pengembangan dan pemberdayaan ekonomi lokal, penciptaan pasar baru, sumber inovasi, dan sumbangan dalam kegiatan ekspor. Karenanya UMKM memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan struktur perekonomian nasional. Namun demikian, UMKM masih banyak dihadapkan pada berbagai hambatan dan kendala diantaranya adalah dalam memenuhi kebutuhan modal. Dalam rangka pemberdayaan UMKM melalui peningkatan akses permodalan/pembiayaan, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya meningkatkan kemampuan aksesabilitas para pelaku UMKM terhadap
Analisa Kebijakan Permodalan....... 583

pembiayaan baik dari dana perbankan maupun non perbankan. Strategi pokok kegiatan pembiayaan UMKM dilandaskan pada strategi segmentasi dengan memperhatikan sisi pelaku UMKM sebagai penerima layanan pembiayaan dikaitkan dengan jenis pembiayaan yang efisien, lembaga keuangan penyedia dana yang efektif, dan lembaga pendukung yang partisipatif. Strategi yang ditempuh dalam upaya pemberdayaan UMKMK yang terkait dengan permodalan/pembiayaan UMKMK dilaksanakan melalui: 1. Peningkatan akses pembiayaan UMKMK yang diorientasikan pada substansi perkuatan usaha mikro, kecil, dan menengah. 2. Peningkatan layanan pembiayaan UMKMK yang difokuskan pada substansi peningkatan layanan pembiayaan UMKMK oleh Lembaga Keuangan Mikro, sepert KSP/USP, BMT, BPR/S, bank umum, dan PKBLBUMN. Dalam peningkatan perkuatan permodalan dan pembiayaan bagi UMKMK, ada berbagai sumber pembiayaan yang dapat diakses pada saat ini yakni:12 1. Dana Bergulir Selama ini, Koperasi Simpan Pinjam (KSP)/ Unit Simpan Pinjam (USP) atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) menjadi sangat penting bagi masyarakat lapisan bawah, terutama bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sedangkan kemampuan KSP/USP, baik dari sisi permodalan maupun sumber daya manusia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak dalam pemberdayaan KSP/USP ini. Salah satu dukungan finansial yang dapat dilakukan adalah perkuatan permodalan melalui dana bergulir, baik dengan pola konvensional, pola syariah dan dana bergulir bagi KSP agribisnis. Adapun jumlah dana bergulir konvensional, pola syariah dan dana bergulir bagi KSP agribisnis yang telah disalurkan adalah: a. Jumlah dana bergulir pola konvensional, (PKPS-BBM) yang disalurkan melalui KSP/USP dan LKM untuk UMK sejak tahun 2000-2003 sebesar Rp 617,40 miliar.

12

Ibid.

584

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

b.

Jumlah dana bergulir yang disalukan melalui KSP/USP dengan pola syariah untuk UMK sejak tahun 2003-2004 sebesar Rp 6,3 miliar. Jumlah dana bergulir yang disalurkan melalui KSP Agribisnis untuk anggotanya sejak tahun 2003-2004 sebesar Rp 156 miliar dari plafond semula sebesar Rp 160 miliar.

c.

2. Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi Untuk meningkatkan akses sumber dana kredit UMKMK, maka pemerintah telah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor: 176/1999, tentang Penerbitan Surat Utang Pemerintah (SUP), dalam rangka pembiayaan kredit program, dengan plafon Rp 9,97 triliun, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Menteri Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 40/KMK.6/2003, tanggal 29 Januari 2003, tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil. Pemerintah menyediakan pendanaan kredit untuk UMK melalui dana SUP 005 (SU/005/ MK/1999, tanggal 29 Desember 1999). Berdasarkan persetujuan pemanfaatan Dana SUP 005 tersebut telah dialokasikan dana sebesar Rp 3,1 triliun bagi UMK yang saat ini penyalurannya dilaksanakan melalui BUMN Pengelola, yaitu Bank Mandiri dan PT Permodalan Nasional Madani; serta Lembaga Keuangan Pelaksana/LKP, yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN, Bukopin, Perum Pegadaian, dan BPD. Adapun tujuan dari kredit UMK melalui dana SUP-005 ini adalah: a. Untuk meningkatkan akses UMK terhadap dana pinjaman untuk pembiayaan modal kerja dan investasi kegiatan usaha produktif disemua sektor ekonomi dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau. b. Menyediakan pinjaman dana likuiditas kepada lembaga keuangan dalam menyalurkan kredit produktif kepada UMK. c. Meningkatkan kegiatan ekonomi sektor riil UMK sehingga dapat membuka lapangan kerja yang luas, meningkatkan nilai tambah produk, peningkatan daya beli masyarakat, dan meningkatkan pendapatan UMK, serta menurunkan angka kemiskinan. 3. Rencana Usaha (Business Plan) Perbankan Disamping dana-dana tersebut diatas, terdapat sumber pembiayaan lain yang justru jumlahnya sangat besar yakni dana rencana usaha Perbankan untuk UMKM, yang disediakan dalam tahun 2005 mencapai Rp 60,4 miliar.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 585

Alokasi dana ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan perbankan. Perbankan sebagai mediator penyaluran dana untuk UMKM ini mempunyai kewajiban untuk membuat suatu rencana usaha yang dapat mendorong berkembangnya UMKM sesuai dengan kebijakan pemerintah. 4. Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan merupakan partisipasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Bentuknya berupa Program Kemitraan (PK) BUMN dengan usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PBL). PK adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, sementara PBL merupakan program pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja BUMN tersebut. Dana ini merupakan penyisihan laba setiap BUMN yang besarnya sekitar 1-3 persen dari laba bersih, yang merupakan dana murah dengan tingkat suku bunga maksimal 8 persen per tahun. Dana ini dapat dimanfaatkan bagi penanggulangan krisis ekonomi melalui pemberdayaan usaha-usaha mikro pemula. Penyaluran dana PKBL ditetapkan setiap tahun oleh Menteri BUMN melalui surat Penetapan Alokasi dana PK, BUMN Pembina, dan Koordinator BUMN Pembinaan di setiap propinsi. Alokasi pada tahun 2004 sebesar Rp 8,65 miliar dan meningkat pada tahun 2005 menjadi Rp 1,64 triliun untuk 30 propinsi. Dalam pelaksanaannya, dana PK diberikan kepada usaha kecil baik perorangan maupun badan usaha, termasuk koperasi yang memenuhi persyaratan, baik yang mempunyai keterkaitan langsung atau tidak langsung dengan bidang usaha BUMN, belum bankable, dan beberapa persyaratan lainnya. Dalam rangka peningkatan dukungan akses pembiayaan bagi UMKMK, berbagai sumber dukungan untuk membuka akses pembiayaan perbankan pada saat ini adalah13: 1. Penjaminan Kredit Untuk meningkatkan akses UMKMK terhadap sumber pembiayaan perbankan, maka Kementerian Koperasi dan UKM melaksanakan program penyediaan dana Penjamin Kredit bagi UMKM. Dana penjaminan ini dapat dimanfaatkan oleh UMKMK yang layak usaha namun kurang memiliki agunan yang memadai dalam memperoleh kredit perbankan.

13

Ibid.

586

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

2. Sertifikasi Tanah Pengusaha Mikro dan Kecil (PMK) Dalam rangka perkuatan permodalan UMK melalui peningkatan aksesabilitas kredit perbankan diperlukan upaya peningkatan kemampuan penyediaan jaminan kredit dengan meningkatkan status hukum atas tanah yang dimiliki Pengusaha Mikro dan Kecil (PMK). Kementerian Koperasi dan UKM serta instansi terkait berupaya memberikan bantuan peningkatan status hukum atas tanah PMK guna penyediaan jaminan kredit melalui kegiatan pemetaan dan sertifikasi hak atas tanah. 3. BDS dan KKMB Business Development Service (BDS) Pembiayaan seperti Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) atau Lembaga Pelayanan Jasa Keuangan (LPJK) merupakan lembaga yang memberikan layanan advokasi, mediator, dan pendampingan khusus di bidang pembiayaan kepada UKM. BDS Pembiayaan juga diposisikan untuk melakukan peran fasilitas lanjutan dari proposal yang diajukan dan UKM.

B. Kondisi Perkembangan UMKM di Provinsi Bali dan Sulawesi Utara 1. Provinsi Bali Data Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Kota Denpasar menggambarkan bahwa jumlah koperasi di Provinsi Bali sampai dengan bulan Maret 2007 sebanyak 2.851 buah. Sedangkan jumlah anggota koperasi 755.670 orang. Modal sendiri Rp. 540.883 juta, modal luar Rp. 1.223.819. juta, Aset Rp. 1.764.702 juta. Volume usaha Rp. 2.473.079. juta dan SHU sebesar Rp. 83.996 juta. Tenaga kerja yang diserap, sebagai manajer 882 orang dan karyawan 12.805 orang.14 Kegiatan usaha yang dilaksanakan meliputi bidang: Distribusi dan Pemasaran komoditi di bidang pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Perdagangan, Industri, Pariwisata, Jasa Keuangan, dan lain-lain.15 Disamping itu, Jumlah Pengusaha Kecil di Propinsi Bali per Maret 2007 sesuai dengan hasil pendataan dikoordinasikan dengan instansi terkait sebanyak

14

Wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali, Nengah Artawayasa pada tanggal 10 April 2007. 15 Ibid.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 587

180.111 buah, dengan rincian Usaha Kecil Formal 35.533 buah dan Informal 144.578 buah. Adapun rincian per sektornya adalah sebagai berikut16 : Tabel. 2 Jumlah Pengusaha Kecil per Sektor SEKTOR FORMAL INFORMAL Perdagangan 17.961 65.599 Industri Pertanian 1.866 21.850 Industri Non Pertanian 6.643 41.680 Aneka Usaha 9.063 15.449

NO. 1. 2. 3. 4.

(sumber data : Kantor Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali)

Data BI tentang perkembangan kredit UKM di Bali hingga bulan September 2007 sudah mencapai angka Rp 10,34 triliun, atau naik 11,13 persen dibandingkan dengan periode hingga Desember 2006 yang hanya mencapai Rp 9, 31 triliun.17 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah diperoleh keterangan bahwa secara kualitatifi, kinerja koperasi, pengusaha kecil dan menengah relatif sama. Produktifitas relatif masih rendah, nilai tambah rendah, pangsa pasar di dalam negeri dan ekspor masih rendah, jumlah investasi rendah, jangkauan pasar terbatas, jaringan usaha terbatas, permodalan dan akses pembiayaan terbatas, kualitas sumber daya manusia yang belum memadai dan manajemen relatif masih kurang profesional. Dalam arti masih dapat ditingkatkan agar menjadi optimal.18 2. Provinsi Selawesi Utara Sektor koperasi merupakan sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup besar serta dapat menumbuhkembangkan ekonomi kerakyatan masyarakat Sulawesi Utara. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Utara, perkembangan sektor koperasi sejak tahun 2000 hingga tahun

16 17

Ibid. Wawancara dengan Direktur Regional BI Ketut Sanjaya pada tanggal 11 April 2007. 18 Wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali, Nengah Artawayasa pada tanggal 10 April 2007.

588

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

2005 terus mengalami peningkatan signifikan, yang dapat terlihat dari jumlah koperasi, jumlah aset, jumlah omset dan jumlah tenaga kerja yang diserap jumlah anggota dan permodalan, sebagaimana tertera pada Tabel berikut:19 Tabel. 3 Perkembangan Jumlah Aset, Omset dan Tenaga Kerja Koperasi Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2000 - 2005

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Utara Ket: PK: Pengusaha Kecil PM: Pengusaha Menengah

Berdasarkan data perkembangan industri, perdagangan dan aneka usaha Sulawesi Utara dari tahun 2000 2005, terlihat bahwa dari tingginya jumlah Pengusaha Kecil, maka industri pertanian memiliki jumlah terbesar dari tahun ke tahun dibandingkan dengan industri non pertanian, perdagangan, dan aneka usaha. Sedangkan dari jumlah penyerapan tenaga kerja maka sektor aneka usaha dan perdagangan yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

19

Wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Utara, Drs. Sanny Parengkuan, MAP pada tanggal 18 Juli 2007.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 589

Penggerak ekonomi daerah lain di Provinsi Sulawesi Utara adalah pengembangan Usaha kecil dan Menengah di bidang industri seperti minyak kelapa, minyak cengkih, nata de coco, alkohol teknis, pengasapan ikan, preservasi ikan, kerajinan anyaman alsintan, genteng. Demikian juga halnya dengan UKM di bidang industri yang berorientasi ekspor seperti industri kulit ikan pari, meubel kayu rotan, keramik, gerabah, pangan, arang tempurung dan briket. Program pengembangan ini dijabarkan melalui kegiatan bimbingan, penyuluhan, pelatihan, sosialisasi temu usaha, bantuan peralatan, bimbingan kelembagaan berupa klinik HAKI, kemasan dan merek. Gugus Kendali Mutu (GKM), pameran regional, nasional, magang pengusaha dan pengrajin, pendataan monitoring bantuan peralatan, Achievment Motivation Tranning (AMT), Indonesian Good Design Selection (IGDS).20 Tabel. 4 Perkembangan UKM Provinsi Sulawesi Utara Tahun 200 - 2005

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Utara

Peningkatan profesionalisme dan sarana metrologi, penyebaran informasi kemetrologian, pengawasan ukur timbang takar dan perlengkapannya (UTTP), telah memberikan dampak positif terhadap bertambahnya jumlah pedagang dan pengusaha pengguna UTTP di Sulawesi Utara.

20

Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Utara, Drs. Sanny Parengkuan, MAP pada tanggal 18 Juli 2007

590

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Utara menjelaskan bahwa dilihat dari sisi pertumbuhan, Kabupaten Minahasa dan Kota Manado pada Triwulan I 2007 mencatat pertumbuhan tertinggi untuk total kredit UMKM di Sulawesi Utara masing-masing 8,29% dan 8,02% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, disusul Kabupaten Sangihe Talaud 3,04% dan Kabupaten Bolaang Mongondow 2,48%, kecuali Kota Bitung yang justru mengalami penurunan -1,1%.21 C. Analisa Perkembangan UMKM Provinsi Bali dan Sulawesi Utara Berdasarkan kerakteristik daerah, perkembangan UMKM dari kedua daerah ini terdapat perbedaan dari segi sektor usaha. Di Provinsi Bali, sektor usaha yang paling banyak diminati UMKM adalah sektor perdagangan yang berbentuk koperasi. Hal ini dikarenakan sebagian besar daerah Bali merupakan obyek wisata bagi domestik maupun manca negara dimana arus perdagangan akan sangat tinggi. UMKM di sektor perdagangan ini menjadi andalan sebagai sektor usaha yang banyak menyerap tenaga kerja. Namun demikian sangat disayangkan, perkembangannya relatif rendah. Berbeda dengan Bali, UMKM di Provinsi Sulawesi Utara sebagian besar berada pada sektor pertanian, hal ini dikarenakan karakteristik daerah Manado masih memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Meskipun sektor pertanian ini memiliki jumlah UMKM yang paling banyak namun peranannya dalam menyerap tenaga kerja masih dibawah sektor aneka usaha dan perdagangan. Faktor utama yang mendorong penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan dan aneka usaha ini adalah budaya masyarakat Sulawesi Utara. 1. Kendala yang dihadapi UMKM dan Koperasi dalam Memperoleh Permodalan Provinsi Bali

a.

Pertemuan dengan Direktur Regional Bank Indonesia Ketut Sanjaya di Bali diperoleh keterangan bahwa kelemahan secara umum yang dihadapi oleh koperasi, pengusaha kecil menengah antara lain, Sumber daya manusia, Manajerial, Permodalan, Cakupan dan skala usaha dan Kemampuan kerja sama.
21

Ibid.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 591

22

Ditambahkan bahwa hal utama yang menjadi kendala UMKM dan Koperasi kesulitan dalam memperoleh permodalan dari lembaga keuangan adalah kelemahan manajerial yang menimbulkan resiko bagi pemberi modal. Kelemahan lainnya adalah tidak mempunyai jaminan yang dapat diagunkan dan mudahnya berganti usaha karena usaha yang sedang dirintis tidak berjalan dengan baik.23 Selain itu karena kurang adanya aliran dana yang bisa menyokong usaha mereka sebab akses untuk mendapatkan tambahaan permodalan dari bank masih terbatas. Karena itulah diperlukan adanya kebijakan pemerintah daerah untuk bisa memberikan jaminan kredit bagi perkembangan UMKM.24 b. Provinsi Sulawesi Utara

Ketua pengurus Kerukunan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia (KUKMI) di Sulawesi Utara mengatakan bahwa UMKM dalam upaya menambah permodalan selalu berbenturan dengan kewajiban agunan yang diterapkan perbankan. Ditambahkannya dana yang disisihkan beberapa BUMN untuk perkembangan UMKM pada kenyataannya meminta jaminan. Untuk itu, KUKMI mempunyai solusi sementara yaitu bagi UMKM yang mau mengajukan kredit akan dijamin organisasi ini.25 Kendati demikian, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Utara mengatakan porsi penyaluran kredit UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Sulawesi Utara terhadap penyaluran kredit secara keseluruhan meningkat 2,50% dari 59,69% menjadi 62,19%. Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 69% dari total kredit UMKM yang disalurkan di wilayah Sulawesi Utara, diikuti Kota Bitung, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Sangihe Talaud.26 c. Analisa Kendala UMKM Provinsi Bali dan Sulawesi Utara

Kendala yang dihadapi UMKM provinsi Bali dalam memperoleh permadalah sebagian besar disebabkan lemahnya manajerial, mudahnya
22 23

Hasil wawancara dengan Direktur Regional BI Ketut Sanjaya pada tanggal 11 April 2007 Wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali, Nengah Artawayasa pada tanggal 10 April 2007. 24 Wawancara dengan Ketua Kadinda Bali, I Gede Wiratha pada tanggal 12 April 2007. 25 Hasil wawancara dengan Ketua Pengurus KUKMI pada tanggal 17 Juli 2007. 26 Ibid.

592

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

berganti jenis usaha sehingga tidak terlihat konsistens dan perkembangan yang dapat diukur sebagai bentuk keberhasilan UMKM. Disamping itu, tidak adanya kemampuan untuk memenuhi persyaratan yang diberikan oleh pemodal sebagai jaminan pengembalian modal. Kelemahan ini ditambah dengan kurang adanya usaha pemerintah daerah untuk memfasilitasi penyaluran modal bagi UMKM. Pemerintah daerah Sulawesi Utara sudah sangat peduli dengan pengembangan UMKM melalui fasilitas pemberian modal usaha yang bekerja sama dengan pihak perbankan. Namun demikian, sangat disayangkan bahwa UMKM belum dapat menyerap alokasi anggaran yang tersedia dikarenakan tidak adanya kemampuan UMKM untuk menyediakan jaminan atas pinjamannya. Disamping itu, penyebaran atau sosialisasi mengenai ketersediaan anggaran ini belum merata. 2. Kebijakan mendukung Permodalan UMKM dan Koperasi a. Provinsi Bali Daya tarik Pulau Bali ternyata tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan budayanya, tetapi juga menjadi tempat tumbuh suburnya usaha kecil, menengah, dan koperasi (UKMK). Tidak hanya itu, Bali juga sering disebut sebagai Pulau Seribu Bank. Sebab, bukan saja jumlah banknya yang banyak, namun aktivitas keseharian masyarakatnya sudah begitu akrab dengan perbankan. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya kantor bank di daerah ini, baik bank umum, BPR, maupun Lembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti Lembaga Perkredian Desa (LPD) dan berbagai kelompok simpan pinjam lainnya. Dengan berbasis ekonomi pariwisata, perkembangan bisnis di Bali mempunyai karakteristik tersendiri yang kadang berbeda dibandingkan dengan daerah lain. Sebagai contoh, ketika perekonomian nasional mulai dilanda krisis, perekonomian Bali justru meningkat. Hal tersebut bisa dimaklumi karena depresiasi nilai rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS, justru menguntungkan para wisatawan manca negara yang berkunjung ke Indonesia. Untuk menyikapi karakteristik Bali ini, Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah mengatakan bahwa Dinas yang terkait di propinsi Bali dalam upaya pengembangan UMKM dan Koperasi, sudah dan sedang membuat kebijakan dengan melakukan kerjasama dengan pihak perbankan, contohnya Bank Pembangunan Daerah Bali siap mengucurkan kredit tanpa agunan hingga sekitar Rp105 miliar bagi usaha kecil mikro, termasuk anggota koperasi di
Analisa Kebijakan Permodalan....... 593

delapan kabupaten dan satu kota setempat. Dikatakannya bahwa untuk Kota Denpasar, dan Kabupaten Klungkung sudah dilaksanakan. Kepala Dinas berharap bahwa di tujuh daerah lainnya akan mengikuti. Adapun respon atas penyaluran kredit tanpa agunan dengan bunga hingga 14 % itu sungguh luar biasa. Di Denpasar, telah disalurkan Rp10 miliar kepada 316 nasabah dan usaha kecil dari 51 koperasi setempat, kini yang antre untuk mendapatkan kredit serupa mencapai ratusan pemohon27. BPD Bali menggulirkan kredit tanpa agunan itu setelah melalui kerjasama dengan Pemkot Denpasar yang menyalurkan dana investasi ke BPD tersebut sebesar Rp1 miliar28. Kepala Dinas juga mengatakan bahwa Walikota Denpasar, tengah mengusulkan ke DPRD setempat untuk kembali menanamkan investasi ke BPD Bali Rp1,5 miliar, sehingga nantinya bisa disalurkan kredit lagi sampai Rp15 miliar. Pola serupa akan diterapkan di Kabupaten Klungkung dan diharapkan juga diikuti tujuh kabupaten lainnya di Bali29. Pemberian kredit kepada usaha kecil mikro dan anggota koperasi melalui mekanisme dan penelitian sesuai standar perbankan, sehingga diharapkan tidak terjadi pemalsuan data dan kesalahan penyaluran kredit. Pihak Bank akan meneliti apakah pemohon benar-benar memiliki usaha dan layak untuk mengangsur cicilan kredit hingga Rp30 juta. Dinas Koperasi memberikan rekomendasi setelah mendapat surat keterangan mengenai pemohon yang diberikan kepala desa/kelurahan. Penyaluran kredit tanpa agunan yang juga bekerjasama dengan PT Askrindo itu, diharapkan mampu membangkitkan berbagai usaha kecil-mikro. Harapannya program ini akan berhasil dan akan berperan besar dalam membangkitkan perekonomian30. Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Kota Denpasar mengungkapkan bahwa kredit yang disalurkan dengan bunga variatif, terendah empat persen setahun itu mulai menunjukkan perkembangan positif. Usaha mikro dan kecil yang menerimanya mulai dapat mengembangkan usahanya, sehingga diharapkan dapat terus meningkatkan kesejahteraan para penerimanya dan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.31

27

Wawancara dengan Kepala Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali, Nengah Artawayasa pada tanggal 10 April 2007. 28 Ibid. 29 Ibid. 30 Ibid. 31 Ibid.

594

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

Selain kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak perbankan, di Bali juga hadir BUMN yang bergerak pada Pembiayaan Nonbank yaitu PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Kehadiran PNM yang langsung disertai dengan penandatangan persetujuan pembiayaan terhadap enam BPR itu, diharapkan bisa mendukung perkembangan UKMK di daerah ini, baik UKMK yang terkait langsung dengan industri pariwisata maupun usaha lainnya seperti pertanian, perikanan, dan peternakan. Sesuai dengan strategi PNM sebagai whole seller, maka lembaga ini tidak akan melakukan pembiayaan langsung terhadap UKMK, tetapi melalui kemitraan dengan lembaga keuangan mikro (LKM), seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), dan Koperasi Simpan Pinjam (KSP). PNM mempunyai komitmen untuk membantu pengembangan Bali. Dukungan itu bisa diberikan melalui BPR karena masih banyak masyarakat pedesaan yang kehidupannya memprihatinkan. Mereka membutuhkan uluran tangan dalam rangka pengembangan usahanya.32 Kepala Cabang PT. PNM Bali I Nyoman Wijana mengatakan kehadiran PNM secara tidak langsung diharapkan bisa memacu profesionalisme di lingkungan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Sebab, hanya LKM yang sehat yang bisa dijadikan mitra. Oleh karena itu, baik BPR maupun LPD harus membenahi manajemennya karena menurut data yang ada hanya sekitar 70 persen dari LKM itu yang sehat. Untungnya, masyarakat Bali umumnya sudah terbiasa berhubungan dengan lembaga pembiayaan, khususnya LPD yang ada di desa-desa adat.33 Menurut I Nyoman Wijana, perkembangan LPD di Bali, tidak lepas dari usaha pemerintah dalam memberdayakan desa adat. Pada awalnya, setiap desa adat diberi bantuan modal oleh pemerintah sebesar Rp 5 juta. Dana tersebut kemudian dikembangkan oleh desa adat melalui kegiatan simpan pinjam. Kemajuan setiap LPD sangat dipengaruhi oleh kemampuan para pengelola di masing-masing desa adat. Ada LPD yang perkembangannya cepat, ada pula yang lambat, malahan tidak sedikit yang jalan di tempat. Kehadiran LPD yang sudah mengakar di lingkungan masyarakat Bali, khususnya di pedesaan, merupakan mitra yang tepat bagi PNM dalam memperluas jangkau pembiayaan kepada usaha mikro. Dalam hal ini, perlu dipertimbangkan keterlibatan Bank

32 33

Company Profile PT. Permodalan Nasional Madani, Bali, 2006. Wawancara dengan Kepala Cabang PT. PNM Bali I Nyoman Wijana, pada tanggal 13 April 2009

Analisa Kebijakan Permodalan....... 595

Pembangunan Daerah (BPD) Bali yang selama ini bertindak sebagai pembina teknis LPD. Harapan itu, tampaknya mendapat sambutan positif dari pihak BPD. Dari hasil pembicaraan antara PNM dengan pihak BPD tampak adanya kecocokan. PNM telah merencanakan untuk langsung merangkul beberapa LPD sebelum MoU dengan BPD. PNM akan pilih tiga LPD dari tiga sektor usaha: pertanian, industri kerajinan, dan peternakan-perikanan.34 Salah satu persoalan yang selama ini menjadi kendala dalam pengembangan LPD yaitu ruang lingkup operasionalnya yang terbatas hanya pada desa adatnya. Namun satu hal yang positif, bahwa LPD benar-benar menjadi milik masyarakat. Adanya rasa memiliki itu telah menimbulkan loyalitas yang tinggi serta tanggung jawab untuk ikut menjaga kelangsungannya. Lebih lagi karena sekitar 60-70 persen dari keuntungan akan kembali ke desa adat yang akan digunakan untuk membiayaai berbagai kebutuhan demi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat. Lain halnya dengan bank, baik bank umum maupun BPR, dimana keuntunganya tidak akan dirasakan oleh masyarakat. Malahan dana yang dihimpun kadang tidak disalurkan kepada usana-usaha yang ada di desa tersebut, tetapi untuk membiayai usaha di tempat lain.35 Faktor positif lainnya, yaitu adanya aturan tertulis di desa adat menyangkut sanksi sosial atas setiap pelanggaran yang terjadi. Bagi masyarakat Bali, sanksi sosial ini jauh lebih efektif karena akibatnya sangat mempengaruhi kehidupan sosial si pelanggarnya. Mereka sangat takut menunggak utang apalagi sengaja untuk tidak mengembalikannya. Sebab, agama mereka mengajarkan tentang Karmapala: Apa yang ditanam itulah yang dipetik.36 Berdasarkan Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan IV 2006 yang dikeluarkan BI dan dijelaskan langsung oleh Direktur Regional Bank Indonesia Bali bahwa Bank Indonesia memiliki perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), baik di tingkat nasional maupun di daerah-daerah. Upaya konkrit yang dapat dilakukan Bank Indonesia sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU No.3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia adalah dengan memberikan bantuan teknis (bantek), yang meliputi penelitian, pelatihan, maupun penyebaran informasi. Selain itu, Bank Indonesia juga terlibat aktif melakukan koordinasi dengan instansi-instansi

34 35 36

Ibid. Ibid. Ibid.

596

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

terkait untuk mendorong pengembangan UMKM, baik di tingkat nasional maupun di daerah, seperti yang dilakukan Bank Indonesia Denpasar.37 Pada triwulan II-2006, Bank Indonesia telah beberapa kali melakukan koordinasi dengan berbagai instansi pemerintah untuk mendorong pengembangan UMKM di Provinsi Bali. Koordinasi tersebut antara lain dilakukan dengan kalangan perbankan, Dinas Peternakan Provinsi Bali, Dinas Perkebunan Provinsi Bali, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Bali, serta dengan BKKBN Provinsi Bali.38 Berdasarkan penjelasan Ketut Sanjaya, telah diadakan pertemuan koordinasi dengan kalangan perbankan dan Dinas Peternakan Provinsi Bali dalam rangka memformulasikan rekomendasi pengembangan UMKM subsektor peternakan, khususnya sapi potong. Pertemuan tersebut juga dalam rangka mendorong perbankan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mengenal serta mengetahui lebih jauh potensi dan prospek sapi potong sebagai produk unggulan. Sehingga pada gilirannya perbankan dapat menjajaki dalam rangka pembiayaan kepada para peternak sapi potong.39 Sementara itu, sudah dilakukan pertemuan koordinasi antara pihak BI Bali dengan Dinas Perkebunan Provinsi Bali dalam rangka memformulasikan rekomendasi pengembangan UMKM berbasis perkebunan. Hasil dari pertemuan koordinasi tersebut, Bank Indonesia Denpasar akan bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Bali mengadakan pelatihan kepada Petugas Pendamping Lapangan (PPL) yang bertugas melakukan pembinaan kepada UMKM. Kedua pihak mempunyai perhatian untuk memberikan tambahan pengetahuan yang menyangkut aspek keuangan, perbankan, dan perkreditan dalam rangka pengembangan UMKM khususnya pasca panen. Diharapkan setelah mendapat tambahan pengetahuan tersebut, para tenaga PPL mampu melakukan pendampingan secara efektif kepada UMKM sehingga meningkatkan akses kredit ke perbankan.40 Dijelaskan oleh Ketut Sanjaya dari Bank Indonesia Bali bahwa Koordinasi juga dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar dengan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Bali. Koordinasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan sinergi kedua belah pihak dalam rangka penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan UMKM. Pertemuan koordinasi tersebut
37

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Tiwulan IV 2006 yang dikeluarkan BI dan hasil wawancara dengan Direktur Regional BI Ketut Sanjaya pada tanggal 11 April 2007. 38 Ibid. 39 Hasil wawancara dengan Direktur Regional BI Ketut Sanjaya pada tanggal 11 April 2007. 40 Ibid.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 597

menghasilkan beberapa kesepakatan, yaitu (i) bahwa upaya penanggulangan kemiskinan merupakan amanat konstitusi dan program nasional yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan; (ii) dalam rangka peningkatan dan percepatan upaya penanggulangan kemiskinan diperlukan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan, penajaman, dan penyempurnaan kebijakan; (iii) Bank Indonesia memprogramkan penanggulangan kemiskinan melalui program pengembangan secara tidak langsung kepada masyarakat miskin yang produktif untuk berwirausaha dengan pengembangan UMKM melalui pemberian bantek; (iv) Bank Indonesia Denpasar akan melakukan survei tentang base line economic dan survei tentang komoditas unggulan Bali. Survei tersebut dilakukan guna melihat dan mengetahui potensi Bali, sehingga diperlukan kerjasama dengan pihak terkait. Diketahuinya komoditas unggulan tersebut diharapkan dapat dikembangkan untuk dibiayai oleh perbankan.41 Koordinasi lainnya yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan ini adalah dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali, dalam rangka memformulasikan pengembangan UMKM binaan BKKBN. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan kedua pihak untuk melakukan kerjasama dalam bentuk pelatihan yang akan diberikan kepada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam rangka percepatan akses kredit UMKM binaan BKKBN. 42 Pertemuan koordinasi yang telah dilakukan Bank Indonesia Denpasar dengan instansi terkait tersebut ditindaklanjuti pada triwulan berikutnya. Selanjutnya Bank Indonesia Denpasar akan terus meningkatkan koordinasi secara intensif dengan instansi-instasi terkait lainnya, baik pemerintah maupun swasta dalam rangka mendorong pengembangan UMKM dan meningkatkan akses kredit UMKM ke perbankan, khususnya di Provinsi Bali.43 b. Provinsi Sulawesi Utara Kebijakan pembangunan daerah selalu berupaya agar alokasi sumber daya dapat dinikmati oleh sebagian besar anggota masyarakat. Namun, karena karakteristik dan keadaan masyarakat amat beragam dan ditambah lagi kurangnya koordinasi antar instansi teknis dan keterbatasan dari segi pendanaan

41 42 43

Ibid. Ibid. Ibid.

598

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

pembangunan sehinga kebijakan pemerintah daerah belum berhasil memecahkan permasalahan kelompok ekonomi di tingkat bawah. Menurut Pimpinan Bank Indonesia Manado Jeffrey Kairupan, kemiskinan dapat terjadi karena struktur sosial masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Selain itu, kemiskinan juga dapat terjadi karena miskinnya strategi pemerintah daerah dalam pengentasan kemiskinan.44 Ditambahkan Jeffrey, menyadari keadaan tersebut dan dari hasil-hasil rapat koordinsi Pemda, Legislatif, BUMN dan perbankan yang difasilitasi Bank Indonesia Manado, dapat disimpulkan kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam pengentasan kemiskinan dapat bersifat baik langsung maupun tidak langsung. Kebijakan yang sifatnya langsung yaitu pemberdayaan langsung kepada masyarakat sangat miskin, pola kebijakan ini masih dalam tahap perumusan untuk difinalisasi.45 Berikutnya adalah kebijakan tidak langsung yaitu melalui program Revitalisasi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Kebijakan langsung Sasaran kebijakan ini adalah masyarakat miskin yang tersebar di seluruh kota dan kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Di tingkat desa di daerah-daerah kantung kemiskinan akan dibentuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD ini akan dilaksanakan dan dimiliki oleh masyarakat desa itu sendiri dengan manajer unsur KKMB. Dana LPD bersumber dari Pemerintah Daerah, BUMN dan Perbankan. Sumber dana BUMN dan Perbankan dapat terdiri dari Kredit Komersial, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) serta Corporate Social Responsibility (CSR). LPD akan diawasi oleh pihak mitra dalam hal ini adalah pihak donatur yaitu BUMN dan Perbankan dengan koordinasi Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Daerah atau BPM-PD Provinsi Sulawesi Utara.46 Kebijakan tidak langsung Kebijakan tidak langsung dilaksanakan melalui program revitalisasi pertanian khususnya untuk komoditi jagung dengan target luas panen 110.085 ha dan rumput laut. Bibit dan pupuk akan disediakan secara gratis oleh pemeritah
44 45

Hasil wawancara dengan Pimpinan BI Manado Jeffrey Kairupan pada tanggal 18 Juli 2007. Ibid. 46 Bank Indonesia. Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I, 2007.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 599

daerah. Apabila memerlukan modal kerja, petani dapat mengajukan pinjaman kredit ke Bank Sulut tanpa agunan dengan bunga relatif rendah 9% dimana dalamnya terdapat unsur subsidi bunga 3% dari Departemen Pertanian melalui program Skim Program Pelayanan Pembiayaan SP347. Pimpinan BI Manado Jeffrey Kairupan menjelaskan bahwa sebagaimana arahan Gubernur Bank Indonesia bahwa peranan Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah akan semakin ditingkatkan dan dipertajam khususnya ke arah perbaikan sektor riil dan pengembangan UMKM, maka KBI Manado telah mengupayakan untuk menjadi fasilitator dan mediator dalam menunjang pemulihan sektor riil dan pengembangan UMKM di Sulut. Berbagai upaya dilakukan terutama dalam mengarahkan penyaluran kredit perbankan di daerah dapat mendukung program revitalisasi sektor pertanian khususnya pada komoditi jagung dan rumput laut yang telah menjadi prioritas pemerintah daerah tahun ini (sesuai RPJMD Sulut 2007).48 Ditambahkannya bahwa besarnya potensinya yang ada khususnya untuk komoditi jagung maka KBI Manado bersama-sama masyarakat perbankan di Sulawesi Utara telah meluncurkan sebuah skim kredit revitalisasi pertanian dengan bunga rendah yang peruntukkannya khusus untuk pengembangan komoditi jagung dengan plafon kredit hingga Rp 5 juta bagi petani (tanpa agunan tambahan). Sedangkan Pemprov Sulut memberikan dukungannya dengan menempatkan sejumlah dana sebagai penjaminan. Fasilitas kredit tersebut juga mendapat dukungan dari Departemen Pertanian melalui SP3 (Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian).49 Lebih Lanjut dijelaskannya bahwa sampai dengan akhir triwulan I-2007 kredit revitalisasi pertanian yang telah disalurkan mencapai Rp1.028,75 juta. Kredit ini tidak hanya ditujukan bagi petani penanam jagung namun juga diarahkan bagi para pedagang pengumpul di daerah dengan harapan agar pemasaran dapat berkembang lebih baik lagi. Dengan potensi yang sedemikian besar diharapkan kredit yang disalurkan semakin meningkat di masa mendatang.50

47 48

Ibid. Jeffrey Kairupan. op. cit. 49 Ibid. 50 Ibid.

600

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

a.

Analisa Kebijakan mendukung Permodalan UMKM

Upaya pemerintah Provinsi Bali dalam mendukung permodalan UMKM sudah mulai dirintis melalui kerjasama dengan pihak pemegang permodalan, hanya saja upaya ini masih dalam proses pematangan konsep dan uji coba. Tentunya sosialisasi rencana pemberian fasilitas permodalan dengan tingkat bunga yang rendah perlu terus dilakukan sehingga UMKM yang membutuhkan dapat segera memanfaatkanya. Disamping itu, program pelatihan yang diberikan pemerintah daerah untuk membuat UMKM lebih kuat belum mencapai sasaran yang menggembirakan terbukti dengan kurang kuatnya pengusaha mikro, kecil dan menengah ini untuk memperjuangkan usahanya dan malah cenderung lebih baik berganti-ganti usaha. Peran serta perbankan dalam memformulasikan rencana usahanya untuk mendorong pengembangan UMKM melalui ketersediaan fasilitas kredit sangat diharapkan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sudah melakukan terobosan-terobosan dalam upaya mendukung pengembangan UMKM di daerahnya. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya pertemuan koordinasi dengan berbagai pihak untuk membuat suatu kerjasama. Hasilnya adalah berupa kerjasama pengembangan UMKM berupa pemberian kredit yang disalurkan melalui lembaga perkreditan desa (LPD) sehingga diharapkan UMKM dapat mengaksesnya dengan mudah. Disamping itu, pemerintah daerah juga berupaya mendorong UMKM sektor pertanian agar terus meningkatkan produktivitasnya melalui program pemberian kredit pertanian yang pelaksanaannya langsung melibatkan BI sebagai pengawas. III. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Perkembangan Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) di kedua daerah meskipun masih relatif rendah tapi cenderung untuk selalu meningkat. Kendala yang dihadapi UMKM di kedua daerah dalam memperoleh permodalan adalah tidak memiliki aset yang dapat dijaminkan, faktor manajerial dan konsistensi usaha. Untuk itu, Pemerintah Pusat dan Derah pun giat mendukung perkembangan UKMK melalui berbagai kebijakan untuk mempermudah dan memfasilitasi UMKM memperoleh modal usaha yang diinginkan. Misalnya dengan
Analisa Kebijakan Permodalan....... 601

kerjasama antara pemerintah daerah dengan lembaga pembiayaan daerah dalam bentuk penjaminan pinjaman atau kredit dan bentuk subsidi bunga pinjaman. Besarnya potensi perkembangan dan kontribusi UMKM ini menjadi perhatian bukan hanya pemerintah daerah yang mempunyai tanggungjawab untuk pengembangannya, tapi juga Bank Indonesia. Terbukti dengan aktifnya BI dalam memfasilitasi pemerintah daerah dan perbankan serta lembaga keuangan daerah lain untuk mendukung penyaluran kredit ke UKMK. B. Saran Dalam upaya pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari sisi permodalan perlu beberapa kebijakan antara lain: Pertama, Pemerintah daerah harus terus mendorong berkembangnya UMKM melalui upaya pembinaan yang menyeluruh. Kedua, Pemerintah Daerah harus berusaha mencari model pendanaan yang lain yang memberikan kemudahan bagi UMKM dalam mengaksesnya dan secara terus-menerus melakukan penyuluhan atau pelatihan manajerial yang baik. Ketiga, Pemerintah daerah perlu bekerjasama dengan pihak swasta dalam upaya memperkuat manajerial dan memperluas jaringan penyedia permodalan bagi UMKM. Keempat, keterlibatan aktif Kantor Bank Indonesia di daerah harus terus dilanjutkan dan Pemerintah Daerah dapat terus membuat perencanaan kebijakan yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM sesuai dengan karakteristik kebutuhan di daerahnya.

602

Kajian Vol 14 No.4 Desember 2009

DAFTAR PUSTAKA Tambunan, Tulus TH. DR. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting, Penerbit Salemba Empat Tahun 2002, hal 61. Bank Indonesia, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan IV, 2006 Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Provinsi Bali, Vol.7 No.1 Januari 2007. Bank Indonesia, Provinsi Sulawesi Utara Triwulan I, 2007. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Bali Dalam Angka, 2006. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Utara Dalam Angka, 2006. PT. Permodalan Nasional Madani, Strengthening Platform for Growth, Laporan Tahunan 2005. PT. Permodalan Nasional Madani, Company Profile, Bali, 2006. Materi Training Workshop on Income Generation for Women in Rural Areas Though Business Development Services, 9 16 Desember 2009, Bali. Dokumen Resmi: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Internet Budiwati, Neti. Manajemen Keuangan dan Permodalan Koperasi. 2009. Diunduh dari http://netibudiwati.blogspot.com pada tanggal 5 Juni 2009. Sofia, Hanni. Memperkuat StrukturPermodalan UMKM. Laporan diunduh dari http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=33124 pada tanggal 6 Juni 2009.

Analisa Kebijakan Permodalan....... 603

Anda mungkin juga menyukai