Anda di halaman 1dari 4

Nama Jurusan Kelas

: Sarah Ajeng Kusumarani : Kesehatan Masyarakat 2011 :A Emosi dan Pandangan Emosi Menurut Islam

Emosi berasal dari kata bahasa Inggris, yakni emotion yang biasa digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Sedangkan definisi emosi sendiri dalam arti ilmiah memiliki banyak arti. Namun dari sekian banyak arti, terdapat 5 benang merah yang menjelaskan maksud dari emosi menurut pengertian ilmu psikologi. Yang pertama, emosi dipicu dari interpretasi suatu kejadian. Proses emosi dimulai ketika kita memberikan suatu makna tertentu terhadap kejadian yang kita alami. Sebagai contoh, apabila ada seorang teman yang mengganggu kita dengan maksud bercanda, apabila kita tidak menganggapnya serius dan hanya candaan belaka maka tidak akan muncul emosi apapun dalam diri kita. Lain halnya apabila kita menganggap bahwa itu mengganggu kita dan kita tidak menyukainya maka akan timbul emosi marah dalam diri kita. Kedua, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika. Maksud dari pernyataan ini adalah tiap manusia rata-rata memiliki ekspresi wajah yang sama dalam mengekspresikan emosi. Ekspresi senang orang Arab mempunyai kesamaan dengan ekspresi senang orang Jawa, ekspresi sedih orang Skandinavia mirip dengan ekspresi sedih orang Papua, dan sebagainya. Ketiga, reaksi fisiologis yang kuat. Emosi muncul disertai adanya reaksi fisiologis yang cukup membuat kita menyadari bahwa kita sedang mengalami emosi tertentu dan terdapat perbedaan dalam diir kita. Misalnya ketika kita sedang marah atau takut, maka detak jantung akan semakin cepat, kita akan berkeringat karena cemas, gelisah, dan lain-lain. Keempat, emosi merupakan informasi dari satu orang ke orang lainnya. Melalui emosi, orang lain mengetahui maksud dari orang yang mengalami emosi tersebut. Marah yang kita tunjukkan menandakan bahwa kita tidak suka diperlakukan seperti itu, sedih yang kita tunjukkan menandakan bahwa kita kecewa terhadap orang tersebut. Terakhir, emosi membantu adaptasi terhadap suatu lingkungan. Sebagai contoh, kita sebagai anak pasti pernah dimarahi oleh orang tua karena melakukan suatu kesalahan. Rasa takut

yang kita alami ketika kita dimarahi tersebut akan membuat kita beradaptasi dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut agar tidak terkena marah lagi. Emosi yang muncul biasanya spontan tanpa kita sadari. Kita baru menyadari bahwa kita mengalami suatu emosi ketika kita sudah merasakannya. Sehingga emosi ini tidak dapat ditebak, tergantung pada lingkungan dan interaksi yang kita lakukan kepada orang yang ada di sekitar kita. Sedangkan emosi menurut pandangan Islam, emosi terjadi disebabkan oleh 2 hal, yaitu kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Rasulullah SAW pernah bersabda, Sesungguhnya aku melarang 2 ucapan yang bodoh lagi tercela: umpatan ketika mendapat suatu musibah dan keluhan tatkala mendapat nikmat

Allah SWT berfirman, (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu (QS. Al-Hadid: 23)

Maka dari itu Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan pertama

Sesungguhnya seseorang yang dapat mengontrol emosi nya baik ketika dalam kesenangan, kesedihan atau kesusahan dengan bersabar dan tidak mengeluh, maka mereka itu lah yang kuat imannya dan teguh keyakinannya. Seseorang yang berhasil dalam mengontrol emosi nya, maka ia akan memperoleh kebahagiaan karena telah berhasil mengalahkan hawa nafsu. Menurut Allah SWT, manusia senang berbangga diri dan menyombongkan keberhasilannya apabila meraih sesuatu yang membanggakan, seperti ketika meraih prestasi dan memperoleh jabatan tinggi dalam pekerjaan. Namun, manusia juga sangat mudah untuk mengeluh, mengumpat dan berkeluh kesah ketika mendapat suatu musibah. Ketika tertimpa musibah, terkadang tanpa kita sadari, kita berlagak seperti hanya kita yang tertimpa musibah dan

kita adalah orang paling sengsara di dunia. Kita tidak melihat bahwa masih banyak orang di luar sana yang tertimpa musibah yang lebih berat daripada kita namun mereka tidak pernah mengeluh. Kebanyakan manusia selalu melupakan orang-orang sekitarnya dan juga Allah SWT ketika sedang berada di puncak. Manusia kerap beranggapan bahwa apa yang ia capai adalah hasil kerja kerasnya sendiri tanpa campur tangan pihak lain. Kita juga sering melupakan bahwa apa yang kit aperoleh adalah dari Allah SWT. Ketika sedang dalam keadaan senang ini lah, manusia kerap lupa diri karena terlalu berlebih-lebihannya kita dalam meluapkan emosi kesenangan yang ada dalam diri kita. Dan hal seperti ini lah yang tidak disukai oleh Allah SWT. Jika kita memperoleh suatu nikmat, maka hendaknya kita bersyukur dan bukannya lupa diri akan siapa yang memberikan nikmat tersebut. Setiap hal yang tidak disukai oleh Allah pasti ada maksud di balik semua itu. Jika kita lihat dalam pandangan ilmiah dan dampak pada tubuh kita, emosi yang berlebihan ternyata hanya akan menimbulkan kelelahan dan kesakitan pada diri sendiri. Sebagai contoh, ketika kita sedang tertimpa musibah, dan kita mengekspresikannya secara berlebihan, seperti menangis sepanjang malam tanpa berhenti, maka tentu kita akan merasa kelelahan dan berdampak buruk pada kita pada pagi harinya. Sehingga kita tidak merasa fit pada keesokan harinya. Begitu pula ketika kita mengekspresikan suatu kesenangan secara berlebihan, maka dapat menyebabkan kita lupa diri dan hanya menimbulkan perasaan sombong pada diri kita. Manusia juga cenderung mengekspresikan rasa suka dan tidak sukanya terhadap seseorang secara berlebihan. Apabila kita tidak menyukai seseorang, maka kita cenderung selalu membicarakan kejelekan-kejelekannya. Kita hanya melihat sisi jelek pada diri orang tersebut tanpa melihat sisi baik yang ada pada dirinya. Sehingga akan tampak seolah orang yang kita benci tersebut tidak mempunya satu pun sifat baik dalam dirinya. Kita tidak dianjurkan untuk membenci sesuatu secara berlebihan. Baik itu membenci suatu kejadian, pengalaman, benda ataupun manusia. Allah SWT berfirman dalam QS AlBaqarah ayat 216, Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu baik bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Terdapat pula hadist yang mengatakan. Cintailah orang yang kau cintai sewajarnya, karena bisa saja kelak ia menjadi musuhmu. Bencilah orang yang kamu benci sewajarnya, karena bisa saja kelak ia menjadi sahabatmu

Seseorang yang dapat mengontrol emosi nya, mengendalikan tingkah lakunya, dan menimbang segalanya dengan benar maka ia akan dapat melihat kebenaran dan tidak mudah menyesali tingkah lakunya karena ia sudah menimbang apa-apa yang akan ia lakukan tanpa mengedapankan emosi nya terlebih dahulu. Dalam islam, kestabilan jiwa dan ruh menjadi titik penting pada diri manusia karena menjadi pembentukan emosi dan kepribadian seseorang. Gangguan yang terjadi dalam diri seseorang dapat menyebabkan emosi orang tersebut terganggu. Meski kita telah dikaruniai akal oleh Allah SWT, namun kestabilan jiwa ini memegang peranan penting dalam pengontrolan emosi dan karakter seseorang. Karena tidak sedikit orang yang pintar namun ia tidak dapat mengendalikan emosi nya sehingga berdampak buruk pada dirinya sendiri. Sehingga orang yang pintar sekalipun tidak dapat menjamin bahwa ia memiliki emosi yang stabil. Dari sini dapat kita simpulkan pentingnya menjaga emosi pada diri kita agar kita tidak tersesat dan tidak menyesal di kemudian hari. Cara kita mengekspresikan emosi sangat berpengaruh terhadap perilaku kita sehari-hari sehingga kita harus dapat mengendalikan emosi kita dan tidak terburu-buru mengambil keputusan dalam suatu tindakan dan juga tidak berlebihan dalam mengekspresikan emosi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai