Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar belakang Kemandirian, inisiatif, kedewasaan serta kematangan dalam berpikir dan berperilaku dapat dicapai jika individu tersebut bisa berinteraksi secara baik dengan lingkungannya. Untuk menciptakan interaksi yang baik dan harmonis diperlukan sikap asertif. Perilaku asertif ini dapat diartikan sebagai suatu ekspresi langsung yang jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, atau hak-hak tanpa kecemasan yang beralasan. (Lange & Jakubowsky) Dalam suatu kelas sering kali guru dihadapkan pada sikap pasif siswa dalam mengikuti pelajaran. padahal selain dituntut untuk mengikuti dan memahami pelajaran, siswa juga mempunyai hak-hak lain seperti menyampaikan pendapat, menanyakan yang belum jelas, memprotes kebijakan guru yang memberatkan dan lain-lain. Selain dalam situasi belajar mengajar, dalam pergaulan siswa sendiri perilaku ini menjadi penting, Muhammad (2003) berpendapat keuntungan yang didapat dengan berperilaku asertif antara lain seseorang dapat dimengerti kebutuhan dan perasaannya oleh orang lain. Sehingga tidak ada pihak yang sakit hati karena kedua belah pihak merasa dihargai dan didengar. Selain itu dengan berperilaku asertif seseorang bisa meminimalkan konflik. Dari situ kita lihat bahwa konflik yang ada dalam lingkungan siswa dapat diminimalisir dengan perilaku asertif Siswa yang tidak dapat berperilaku asertif beralasan biasanya seperti takut salah, malu pada teman-teman, serta tidak ada dorongan yang kuat dalam diri siswa untuk berperilaku asertif, selain itu kebudayaan di lingkungan serta karakter pribadi siswa dapat menjadi faktor yang menghambat siswa untuk berperilaku asertif, penyebab lain seorang siswa tidak dapat berperilaku asertif adalah karena mereka belum menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif. . Perilaku ini penting karena apabila seorang siswa tidak memiliki keterampilan untuk berperilaku asertif atau bahkan tidak dapat berperilaku asertif, disadari ataupun tidak, akan kehilangan hak-hak pribadi sebagai individu dan cenderung tidak dapat menjadi individu yang bebas dan akan selalu berada dibawah kekuasaan orang lain. Penyebab lain seorang siswa tidak dapat berperilaku asertif adalah karena mereka belum menyadari bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku asertif.

Kecerdasan emosi dapat diartikan sebagai Kemampuan individu mengendalikan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya dan mengendalikan kecenderungan untuk bertindak. Seperti halnya dalam berperilaku asertif, kecerdasan emosi seseorang dapat menuntun orang untuk mengendalikan emosinya dan membangun hubungan social yang baik dengan lingkungannya sehingga terhindar dari konflik Menurut Goleman (1999), kemampuan seseorang menerima tantangan senantiasa berubah-ubah dengan mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, hal ini berhubungan dengan kemahiran dan kestabilan emosi seseorang yang dapat menyesuaikan dengan perubahan dan tantangan perkembangan zaman. Kemampuan dan kepintaran personal bertindak diperlukan untuk menggunakan segala kecerdasan yang dimiliki secara optimal dan berkesinambungan. Namun tidak semua orang dapat berperilaku asertif, terkadang jika motivasi terlalu besar tanpa pengendalian diri yang baik, bisa mengarah menjadi perilaku agresif, selain itu jika pengendalian diri terlalu menghambat motivasi maka yang timbul perilaku pasif. Siswa sekolah menengah atas dipilih karena pada tingkat pendidikan tersebut seorang siswa sudah harus mempunyai suatu kemandirian, inisiatif, serta mencapai tingkat kedewasaan dan kematangan diri tertentu yang lebih berkembang dibanding tahapan sebelumnya sesuai tantangan yang senantiasa berubah seiring berjalannya waktu di lingkungannya. B. Rumusan Masalah

1. Adakah hubungan antara asertifitas dengan kecerdasan emosi 2. Adakah perbedaan asertifitas pada siswa dengan tingkat kecerdasan emosi tertentu 3. Bagaimana asertifitas siswa dalam lingkungan kelas

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan antara asertifitas siswa di lingkungan kelas dengan kecerdasan emosinya 2. Mengetahui asertifitas siswa pada tingkatan kecerdasan emosi tertentu

D. Hipotesis penelitian Berdasarkan ulasan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Terdapat hubungan asertifitas dengan Kecerdasan emosi H0: Tidak terdapat hubungan antara asertivitas dengan kecerdasan emosi

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak sekolah

a. Sebagai bahan informasi mengenai hubungan EQ yang dimiliki dengan perilaku asertif siswa b. Sebagai bahan pertimbangan mengenai kurikulum ataupun model pembelajaran yang tepat bagi siswa c. Sebagai bahan evaluasi terhadap kurikulum dan model pembelajaran yang sudah ada

2. Bagi universitas negeri malang Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebuah sumber untuk menambah pengetahuan dan pengembangan kegiatan yang berhubungan dengan Emotional Quotent. 3. Bagi peneliti

a. Sebagai sarana bagi penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan. b. Sebagai sarana dalam mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang terdapat di dalam lembaga kursus. 4. Bagi pembaca

a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. b. Dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam penelitian selanjutnya.

F. Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terbatas pada Keterbatasan yang ditemui pada penelitian ini ialah:

G. Definisi operasional Definisi operasional dari variabel yang dipilih adalah 1. Emotional Quotient/ kecerdasan emosional Kemampuan individu mengendalikan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya dan mengendalikan kecenderungan untuk bertindak (Goleman,2003). EQ meliputi kesadaran diri, dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan mkecakapan sosial. kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya.

2. Perilaku asertif Lange dan Jakubowski (1978) memberikan pengertian tentang perilaku asertif sebagai berikut: Standing up for personal rights and expressing toughts, feelings, and beliefs in direct, honest, and appropriate ways which do not violate another persons rights Dalam pengertian yang mereka kemukakan, mereka menyatakan bahwa perilaku asertif adalah mempertahankan hak-hak kita dan mengekspresikan apa yang kita yakini, rasakan serta inginkan secara langsung dan jujur dengan cara yang sesuai yang menunjukkan penghargaan terhadap hak-hak orang lain.

Anda mungkin juga menyukai