RESUME II MATERI BAHAN BANGUNAN Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Semester III Jurusan Teknik Sipil
RESUME II MATA KULIAH BAHAN BANGUNAN I. SEMEN 1.1 Pendahuluan Definisi Semen Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Lea and Desch, 1940). Massa jenis semen yang diisyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 gr/cm3, pada kenyataannya massa jenis semen yang diproduksi berkisar antara 3,03 gr/cm3 sampai 3,25 gr/cm3. Variasi ini akan berpengaruh proporsi campuran semen dalam campuran. Pengujian massa jenis ini dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask (ASTM C 348-97). Fungsi semen adalah mengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir agregat. Walaupun komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karena fungsinya sebagai bahan pengikat maka peranan semen menjadi penting. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu: 1. Batu kapur Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan
semen memiliki kadar air 5%, dan penggunaan batu kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak 81 %. 2. Pasir silika Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%, dan penggunaan pasir silika dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%. 3. Tanah liat Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi 46 %, dan penggunaan tanah liat dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%. 4. Pasir besi Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 75%-80%. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 1%.
A. Syarat-syarat dan karakteristik Semen Portland Proses pembuatan semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Proses basah Pada proses basah, sebelum dibakar bahan dicampur dengan air (slurry) dan digiling hingga berupa bubur halus. Proses basah umumnya dilakukan jika yang diolah merupakan bahan-bahan lunak seperti kapur dan lempung. Bubur halus yang dihasilkan selanjutnya dimasukkan dalam oven berbentuk silinder yang dipasang miring (ciln). Suhu ciln ini sedikit demi sedikit dinaikkan dan diputar dengan kecepatan tertentu. Bahan akan mengalai perubahan sedikit demi sedikit akibat naiknya suhu dan akibatnya terjadi sliding di dalam ciln. Pada suhu 100C air mulai menguap, pada suhu 850C karbondioksida dilepaskan. Pada suhu sekitar 1400C, berlangsung permulaan perpaduan di daerah pembakaran, di mana akan terbentuk klinker yang terdiri dari senyawa kalsium silikat dan kalsium aluminat. Klinker tersebut selanjutnya didinginkan, kemudian dihaluskan menjadi butir halus dan ditambah dengan bahan gipsum. 2. Proses kering Proses kering biasanya digunakan untuk jenis batuan yang lebih keras misalnya untuk batu kapur jenis shale. Pada proses ini bahan dicampur dan digiling dalam keadaan kering menjadi bubuk kasar. Selanjutnya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam ciln dan proses selanjutnya sama dengan proses basah. Dalam pabrikasi akhir, semen portland digiling dalam kilang hingga halus dan ditambah beberapa bahan tambahan. Bagai alir proses pabrikasi semen portland dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Gambar 1. Bagan alir proses pabrikasi semen Secara garis besar proses pembuatan semen portland adalah sebagai berikut: 1. Pencampuran mineral-mineral utama seperti CaO, SiO2 dan Al2O3, dicampur bersama bahan tambahan lain dalam bentuk kering atau basah. Bentuk basah dikenal slurry. 2. Campuran ini dimasukkan ke dalam rotary kiln, dibakar pada suhu 1400C membentuk butiran-butiran bulat berdiameter antara 1,5 mm sampai 50 mm yang dikenal sebagai clinker. 3. Clinker yang telah dingin dihaluskan sehingga mencapai kehalusan (specific surface) 3150 cm2/gr, sambil ditambahkan gypsum untuk mengontrol waktu ikat (setting time). Berkaitan dengan masalah keawetan (durability) beton, maka dibedakan atas lima tipe semen, yaitu: Tipe I : Semen biasa (normal) digunakan untuk beton yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan, seperti sulfat, perbedaan Tipe II Tipe III suhu yang ekstrim. : Digunakan untuk pencegahan terhadap serangan sulfat dari lingkungan, seperti untuk struktur bawah tanah. : Beton yang dihasilkan mempunyai waktu perkerasan
yang cepat (high early strength). Tipe IV : Beton yang dibuat akan memberikan panas hidrasi
Tipe V
rendah, cocok untuk pekerjaan beton massa. : Semen ini cocok untuk beton yang menahan serangan sulfat dengan kadar tinggi.
a) Sifat Kimia Semen Portland 1. Lime saturated Factor (LSF) Batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-bahan alami lainnya. 2. Magnesium oksida (MgO) Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO dalam semen Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion pada semen setelah jangka waktu lebih daripada setahun, berdasarkan persamaan reaksi sbb : Mg O + H2O Mg (OH) 2 Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O Menjadi magnesium hidroksida yang mempunyai volume yang lebih besar. 3. SO3 Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk
mengatur/memperbaiki sifat setting time (pengikatan) dari mortar (sebagai retarder) dan juga untuk kuat tekan. Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada sifat expansive dan dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3 yang sering banyak digunakan adalah gypsum. 4. Hilang Pijar (Loss On Ignition) Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran. Kristal mineral-mineral tersebut pada umumnya
dapat mengalami metamorfosa dalam waktu beberapa tahun, dimana metamorfosa tersebut dapat menimbulkan kerusakan.
5. Residu tak larut Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dicampurnya semen dengan bahanbahan alami lain yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika mortar. 6. Alkali (Na2O dan K2O) Akali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat reaktif terhadap alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap alkali, maka kandungan alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena itu tidak semua standard mensyaratkannya. 7. Mineral compound (C3S, C2S, C3A , C4AF) Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral compound tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan mikroskopik yang mahal. Mineral compound tersebut dapat di estimasi melalui perhitungan dengan rumus, meskipun perhitungan tidak teliti. Tetapi ada standard yang mensyaratkan mineral compound ini untuk jenisjenis semen tertentu. misalnya ASTM untuk standard semen type IV dan type V. Salah satu mineral yang penting yaitu C3A, adanya kandungan C3A dalam semen pada dasarnya adalah untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan beton. Tetapi karena C3A bereaksi terhadap sulfat, maka untuk pemakaian di daerah yang mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi antara C3A dengan sulfat dapat menimbulkan korosi pada beton.
Senyawa kimia semen portland Pada Tabel 1.1 s/d 1.4 diperlihatkan komposisi kimia tipikal semen portland biasa dan komposisi oksida semen portland secara umum.
Tabel 1.1. Komposisi kimia tipikal semen portland biasa Nama Kimia Tricalcium silicate Dicalcium silicate Tricalcium aluminate Tetracalcium aluminoferrite Calcium sulfate dihydrate Rumus Kimia 3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 CaSO4.2H2O Notasi C3S C2S C3A C4AF CSH2 Berat (%) 50 25 12 8 3,5
Tabel 1.2. Komposisi oksida semen portland secara umum Oksida CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 MgO K2O Na2O SO3 CO2 H2O Notasi C S A F M K N S C H Nama Lime Silica Alumina Ferric oxide Magnesia Alkalis Alkalis Sulfur trioxide Carbon dioxide Water Persen Berat 63 22 6 2,5 2,6 0,6 0,3 2,0
Tabel 1.3 Karakteristik senyawa kimia utama semen C3S 3CaOSiO2 C2S 2CaOSiO2 C3A 3CaOAl2O3 C4AF 4CaOAl2O3Fe2O
3
Senyawa
Kecepatan reaksi dengan air Sumbangan terhadap kekuatan awal Sumbangan terhadap kekuatan akhir Panas hidrasi
sedang
lambat
cepat
Sedang
baik
jelek
baik
Baik
baik sedang
Sedang Sedang
Tabel 1.4 Persentase komposisi semen portland Komposisi dalam persen (%) Tipe I Tipe II Karakteristik
C3S C2S C3A C4AF CaSO4 CaO MgO umum Semen untuk 49 25 12 8 2,9 0,8 2,4 semua tujuan Relatif sedikit 46 29 6 12 2,8 0,6 3 pelepasan digunakan panas, untuk
struktur besar Mencapai kekuatan 56 15 12 8 3,9 1,4 2,6 awal yang tinggi pada umur 3 hari Dipakai pada bendunganbeton Dipakai pada saluran dan struktur
30 43
46 36
5 4
13 12
2,9 2,7
0,3 0,4
2,7 1,6
b) Sifat fisika semen portland: Menurut Harian (2007), sifat fisik semen portland terdiri dari: 1. Kehalusan butiran Kehalusan butiran semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Jika permukaan penampang semen lebih besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen,
proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Untuk mengukur kehalusan butir semen digunakan turbidimeter dari Wagner atau air permeability dari Blaine. 2. Kepadatan atau berat jenis (density) Berat jenis semen yang disyaratkan oleh ASTM adalah 3,15 Mg/m3. kepadatan akan berpengaruh pada proporsi semen dalam campuran. Menurut ASTM C-188, untuk pengujian berat jenis dapat dilakukan menggunakan Le Chatelier Flask. 3. Konsistensi Konsistensi semen portland berpengaruh pada saat pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi yang terjadi tergantung pada rasio antara semen dan air serta kehalusan dan kecepatan hidrasi. 4. Waktu pengikatan (setting time) Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Pengujian waktu ikat bertujuan untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan untuk menghasilkan pasta dengan konsistensi normal. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Waktu ikat awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat plastis. Waktu ikat awal sangat penting untuk kontrol pekerjaan beton. b. Waktu ikat akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.
10
Gambar. Alat ukur setting time (alat Vicat) 5. Panas hidrasi Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air, yang dipengaruhi oleh jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Hasil reaksi hidrasi, tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara sederhana, sebagai berikut : 2(CaO.SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2 2(3CaO.SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 (Tobermorite) 3CaO.Al2 O3 + 6H2O 3CaO.Al2 O3 .6H2O (Kalsium aluminat hidrat) 3CaO.Al2 O3 + 6H2O + 3CaSO4.2H2O 3CaO.Al2 O3.3CaSO4 32H2O ( Trikalsium sulfoaluminat). 4CaO.Al2 O3 .Fe2 O3 + XH2O 3CaO.Al2 O3 6H2O + 3CaO. Fe2 O3 6H2O (Kalsium Aluminoferrite hidrat). Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3 A akan bersifat mempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi. 6. Keutuhan atau kekalan Kekalan pada pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan bahan11
bahan campurannya dan kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi. Ketidakkekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna. Kapur bebas tersebut mengikat air kemudian menimbulkan gaya-gaya ekspansi. Menurut ASTM C-151, alat uji untuk menentukan nilai kekalan semen portland adalah autoclave expansion of portland sement. 7. Kekuatan Pengujian kekuatan semen dilakukan dengan cara membuat mortar semen pasir. Pengujian kekuatan dapat berupa uji tekan, tarik dan lentur. ASTM C 109-80 mensyaratkan pengujian kuat tekan pada campuran semen-pasir dengan proporsi 1 : 2,75 dan rasio air-semen 0,485. Contoh semen yang akan diuji dicampur dengan pasir silika dengan perbandingan tertentu, kemudian dibentuk menjadi kubuskubus berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Setelah berumur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari dan mengalami perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut diuji kekuatannya. Selain itu dikenal pula beberapa semen khusus, seperti: 1. Semen putih 2. Semen pozolan 3. Semen untuk sumur minyak (oil weel cement) 4. Semen plastik (plastic cement) 5. Semen ekspansif 6. Regulated set cement. B. Jenis-jenis Semen 1. Semen non hidrolik Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, tetapi dapat mengeras di udara. Contoh: kapur. 2. Semen hidrolik Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh:
12
a) Semen pozzolan Semen portland pozzolan adalah suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan. (SNI-15-0302-2004).
Menurut SNI 15-0302-1989, .Bahan yang mempunyai sifat
pozolan adalah bahan yang mengandung sifat silica aluminium dimana bentuknya halus dengan adanya air, maka senyawa-senyawa ini akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen. Semen Portland pozolan dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu sebagai berikut: 1. Semen portland pozolan jenis SPP A yaitu semen Portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua tujuan pembuatan adukan beton serta tahan sulfat sedang dan panas hidrasinya sedang. 2. Semen portland pozolan jenis SSP B yaitu semen Portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk semua adukan beton tersebut tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
b) Semen terak Semen terak adalah semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60% beratnya berasal dari terak tanur tinggi. Semen terak dibuat melalui proses tertentu yakni penggilingan, yang menyebabkan terak itu bersifat hidrolik, sekaligus berkurang jumlah sulfat yang dapat merusak. Terak tersebut kemudian dikeringkan dan
13
ditambahi kapur tohor dengan perbandingan tertentu. Seluruh bahan dicampur dan dihaluskan kembali menjadi butiran yang halus. c) Semen alam Semen alam dihasilkan melalui pembakaran batu kapur yang mengandung lempung pada suhu lebih rendah dari suhu pengerasan. Hasil pembakaran kemudian digiling menjadi serbuk halus. Kadar silika, alumina dan oksida besi pada serbuk cukup untuk membuatnya bergabung dengan kalsium oksida sehingga membentuk senyawa kalsium silikat dan aluminat yang dapat dianggap mempunyai sifat hidrolik. Semen alam yang dihasilkan mempunyai komposisi sebagai berikut: CaO SiO2 Al2O3 : Fe2O3 MgO NaO K2O :
:
5,2% - 8,8%
:
: : :
Semen alam tidak boleh digunakan di tempat yang langsung terekspos perubahan cuaca, tetapi dapat digunakan dalam adukan beton untuk konstruksi yang tidak memerlukan kekuatan tinggi. d) Semen portland Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih. Bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Pembuatan semen portland dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Penambangan di quarry 2. Pemecahan di crushing plant 3. Penggilingan (blending) 4. Pencampuran bahan-bahan
14
5. Pembakaran (ciln) 6. Penggilingan kembali hasil pembakaran 7. Penambahan bahan tambah (gipsum) 8. Pengikatan (packing plant) Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisi rongga- rongga di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo dan Kardiyono, 1988).
BETON A. Definisi Beton Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi. Ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai konstruksi, misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, 15
bendungan dan lainya.Dengan melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikrenakan apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan.Sehingga dengan diadakannya analisa bahan terhadap material yang akan digunakan untuk pembuatan beton maka hasil dapat diperoleh dengan baik. (Wibawa, 2008). B. Jenis-jenis Beton Menurut Wibawa (2008), beton mempunyai macam-macam jenis: Beton Ringan Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan beban dan kemampuan penghantaran panas yang lebih kecil dengan berat jenis kurang dari 1800 kg/m3. Beton masa Beton masa adalah beton yang dituang dalam volume besar, yaitu perbandingan antara volume dan luas permukaannya besar. Biasanya beton masa dimensinya lebih dari 60 cm. Ferrosemen Ferrosemen adalah suatu bahan gabungan yang diperoleh dengan cara memberikan suatu tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktilitas pada mortar semen.
Beton Serat (Fibre Concrete) Beton serat adalah bahan komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton ini berfungsi mencegah retak-retak, sehingga menjadikan beton lebih daktail daripada beton biasa.
16
Beton non pasir adalah bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang diperoleh dengan cara menghilangkan bagian halus agregat pada pembuatan beton. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan suatu sistem berupa keseragaman beton. Beton siklop Beton siklop adalah adalah beton normal / beton biasa, yang menggunakan ukuran agregat yang relatif besar. Ukuran agregat kasar mencapai 20 cm, namun proporsi agregat yang lebih besar ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen agregat seluruhnya. Beton hampa Beton hampa adalah beton yang setelah diaduk dan dituang serta dipadatkan sebagaimana beton biasa, air sisa reaksi disedot dengan cara khusus, disebut vakum (vaccum method). Air yang tertinggal hanya air yang dipakai untuk reaksi dengan semen sehingga beton yang diperoleh sangat kuat. Beton Mortar Beton mortar adalah adukan yang terdiri dari pasir, bahan perekst, dan air. Menurut (Tjokrodimulyo, 1996) membagi mortar berdasarakan jenis bahan ikatnya menjadi empat jenis, yaitu: 1) Mortar lumpur Mortar lumpur dibuat dari campuran pasir, tanah liat/lumpur dan air. Pasir, tanah liat dan air tersebut dicampur sampai rata dan mempunyai kelecekan yang cukup baik. Jumlah pasir harus diberikan secara tepat untuk memperoleh adukan yang baik. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak - retak setelah mengeras sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir menyebabkan adukan kurang dapat melekat. 2) Mortar kapur Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur dan air. Kapur dan pasir mula-mula dicampur 17 dalam keadaan kering, kemudian rongga yang terdistribusi di dalam massa beton, serta berkurangnya berat jenis
ditambahkan air. Air diberikan secukupnya agar diperoleh adukan yang cukup baik ( mempunyai kelecakan baik ). Selama proses pengerasan kapur mengalami susutan, sehingga jumlah pasir umumnya dipakai 2 atau 3 kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai untuk pembuatan tembok bata. 3) Mortar Semen Mortar semen dibuat dari campuran pasir, semen portland dan air dalam perbandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan volume pasirberkisar antara 1 : 2 dan 1 : 6 atau lebih besar. Mortar ini kekuatannya lebih besar daripada kedua mortar terdahulu, oleh karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolomatau bagian lain yang menahan beban. Karena mortar ini rapat air maka juga dipakaiuntuk bagian luar dan yang berada dibawah tanah. Pasir dan semen mula-mula dicampur secara kering sampai merata diatas suatu tempat yang rata dan rapat air. Kemudian sebagian air yang diperlukan ditambahkan kemudian diaduk lagi. 4) Mortar Khusus Mortar khusus dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar kapur dan mortar semen dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan menambahkan asbestos fibers, jute fibers (serat rami), butir kayu, serbuk gergajian kayu dan sebagainya. Mortar ini digunakan untuk bahan isolasi panas atau peredam suara. Selain itu juga ada mortar tahan api, diperoleh dengan menambahkan bubuk bata-api dengan aluminous cement, dengan perbandingan satu aluminous cement dan dua bubuk bata-api. Mortar ini biasanya dipakai untuk tungku api dan sebagainya. C. Sifat-sifat Beton Menurut Utomo (2008), yaitu: a) Beton Segar Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat beton segar: 1) Kemudahan pengerjaan
18
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan. Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan pengerjaan beton segar: Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang dipakai makin sudah beton segar dikerjakan. Penambahan semen kedalam campuran karena pasti diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap. Gradasi campuran air pasir dan kerikil. Pemakaian butir maksimum kecil yang dipakai. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat. Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pekerjaan yang berbeda. 2) Pemisahan Kerikil Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton disebut segregation. Kecenderungan pemisahan kerikil ini di perbesar dengan: a.Campuran yang kurus (kurang semen) b. Terlalu banyak air c.Semakin besar butir kerikil d. Semakin ksar permukaan kerikil Pemisahan kerikil dari adukan beton eberakibat kurang baik terhadap betonnya setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil tersebut maka diusahakan hal-hal sebagai berikut: a. Air yang diberikan sedikit mungkin. b. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar. c. Cara pengangkutan, penuanagan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara yang betul.
19
3) Pemisahan air Kecenderungan disebut bleeding. Pemisahan air dapat dikurangi dengan cara-cara berikut: a. Memberi lebih banyak semen b. Menggunakan air sedikit mungkin c. Menggunakan pasir lebih banyak b) Beton Keras Sifat mekanis beton keras diklasifikasikan: 1. Sifat jangka pendek atau sesaat, yang terdiri dari: a. Kekuatan tekan Kuat tekan beton dipengaruhi oleh: 1. Perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Jenis semen dsan kualitasnya (mempengaruhi kekuatan rat-rata dan kuatbatas beton). 2. 3. 4. 5. b. Jenis an lekak lekuk bidang permukaan agregat. Umur (pada keadaan normal kekkuatan bertambah sesuai dengan umurnya). Suhu (kecepatan pengersan beton bertambah dengan bertambahnya suhu). Efisiensi dan perawatan Kekuatan tarik Kekuatan tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih muda dan berkisar seperduapuluh sesudahnya. Kuat tarik merupakan bagian penting didalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. c. Kekuatan geser air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada beton segar yang baru saja dipadatkan
20
Di dalam praktek, geser dalam beton selalu diikui oleh desak dan tarik oleh lenturan dan bahkan didalam pengujian tidak mungkin menghilangkan elemen lentur. 2. Sifat Jangka Panjang, yang terdiri dari: a. Rangkak Rangkak adalah penambahan terhadap waktu akibat beton yang bekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. kekuatan (rangkak dikurangi bila kenaikan kekuatan semakin besar) perbandinagan campuran (bila fas dan volume pasta semen berkurang, maka rangkak berkurang). semen agregat (rangkak bertambha bil agregat makin halus). perawatan. umur (kecepaqtan rangkak berkurang sejalan dengan umur beton). b. Susut Susut adalah berkurangnya volume elemen beton jika terjadi kehilangan uap air karena penguapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah : 1. 2. 3. agregat (sebagai penahan susut pasta semen). faktor air semen (semakin besar fas semakin besar pula efek susut). ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan berkurang bila volume elemen betonnya semakin besar). 4. 5. 6. kondisi lingkungan. banyaknya penulangan. bahan tambahan.
21
D. Kuat Tekan Beton Menurut SK SNI M - 14 -1989 - E kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Sedangkan menurut Mulyono (2006) mengemukakan bahwa kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Nilai kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : f'c = P/A Dimana : fc = Kuat Tekan Beton (Mpa) P = Beban runtuh/gaya tekan (KN) A = Luas Penampang benda uji (cm2) Kuat Tekan beton biasanya di uji pada hari-hari tertentu, selanjutnya untuk menentukan kuat tekan dan umur beton digunakan rumus regresi sebagai berikut: Y = a + b * Ln.x Dimana: y = Kuat Tekan Beton (Mpa) x = umur beton (Hari) 1. Faktor Air Semen (FAS) Faktor Air Semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai FAS, maka semakin rendah mutu/kekuatan beton. Nilai FAS yang rendah di tambah dengan kekuatan agregat yang baik dipercaya dapat meningkatkan mutu beton. Tapi nilai FAS yang terlalu rendah dapat mengurangi kemudahan pekerjaan pada beton itu sendiri.
22
Hubungan FAS dengan Kuat Tekan Beton Teori Feret, 1896 (Neville,1975) mengemukakan suatu rumusan umum hubungan matematis antara kuat tekan beton dengan volume Absolut semen, udara dan air sebagai berikut :
s = K (c / c + e + a )2
Dimana : S = Kuat tekan beton K = Konstanta c = Volume Absolut semen e = Volume absolut air a = Volume absolut udara Teori Abrams, 1919 (Neville, 1975) mengemukakan teorinya yang terkenal dengan nama Abrams law. Teori ini dijabarkan dalam bentuk matematis sebagai berikut :
F c = (A / B 1,5) .w/c
Dimana : fc = Kuat tekan beton (kg/cm2) A = Konstanta empirik biasanyan diambil 984 B = Konstanta yang tergantung pada jenis semen dan biasa diambil 4 w/c = Faktor air semen Dalam praktek untuk mengatasi kesulitan pekerjaan karena rendahnya nilai FAS maka digunakan bahan tambah Admixture Concrete yang bersifat menambah keenceran Plasticity Plasticilizer Admixture. a) Faktor yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton Menurut Utomo (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton adalah:
23
1. 2. 3.
pengaruh cuaca buruk berupa pengembangan dan penyusutan yang diakibatkan oleh petrgantian panas dan dingin. daya perusak kimiawi, seperti air laut (garam), asam sulfat, alkali, limbah, dan lain-lain. daya tahan terhadap haus (abrasi) yang disebabkan oleh gesekan orang berjalan kaki, lalu lintas, gerakan ombak, dan lain-lain Menurut Bahsuan (2009) Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton, yaitu : 1. Bahan-bahan penyusutan beton : air, semen, agregat, admixture, bahan tambahan. 2. Metode pencampuran : penentuan proporsi bahan, pengadukan, pengeceron, pemadatan 3. Perawatan : Pembasahan/perendaman, suhu dan waktu. dipengaruhi oleh lingkungan setempat. b) Zat-zat yang dapat Mengurangi Kekuatan Tekan Beton Ditinjau dari aksinya, zat-zat yang berpengaruh buruk tersebut pada beton dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. 2. 3. Zat yang menggangu proses hidrasi semen. Zat yang melapisi agregat sehingga mnganggu terbentuknya lekatan yang baik antara agregat dan pasta semen. butiran-butiran yang kurang tahn cuaca, yang bersifat lemah dan menimbulkan reaksi kimia antar agregat dan pasta semen. Zat-zat ini dapat berupa kandungan organik, lempung, atau bahan-bahan halus lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam, shale lempung kayu, arang, pyrites (tanah tambang yang mengandung belerang), dan lain-,lain. 4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama
24
Berikut ini berbagai macam zat yang dapat mengurangi kuat tekan beton dan kadar konsentrasinya dalam campuran seperti yang tercantum dalam tabel berikut. E. Kelebihan dan Kekurangan Beton a. Kelebihan Beton Kelebihan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah: 1. Harga relatif murah karena menggunakan baha-bahan dasar dari bahan lokal. 2. beton termasuk bahan haus dan tahan terhadap kebakaran, sehinnga biaya. perawatan termasuk rendah. 3. beton termasuk bahan yang berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi alam. 4. ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan pasangan batu. 5. beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keiginan. b. Kekurangan Beton Kekurangan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah: 1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak, oleh karena itu diperlukan baja tulangan untuk menahannya. 2. beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga dilatasi (construction joint) perlu diadakan pada beton yang berdimensi besar untuk memberi tempat bagi pengerasan dan pengembangan beton. 3. beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu diatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu. 4. beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan air yang membawa garam dapat merusak beton. susut
25
5. beton bersifat getas sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat detail.
c.
d.
yang besar dan tebal, baik sekali untuk mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C3S dan C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun dari 6,5 % MgO, 2,3 % SO3, dan 7 % C3A. e. Tipe V (Super Sulphated Cement) Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat pengeboran lepas pantai, pelabuhan, dan terowongan. Komposisi komponen utamanya adalah slag tanur tinggi dengan kandungan aluminanya yang tinggi, 5% terak portland cement , 6 % MgO, 2,3 % SO3, dan 5 % C3A.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/39735030/Semen-Dan-Beton
2. Sebutkan dan jelaskan ragam-ragam Beton ? Jawaban : 1. Beton Konvensional Merupakan jenis beton semen biasa. Beton ini terdiri atas campuran kerikil (batu pecah), pasir, dan semen dengan perbandingan berat 3 :2 :1. Biasanya beton ini memerlukan penulangan besi. 2. Beton Polimer Beton jenis ini ciptaan Prof. Ir. H. Djuanda Suraatmadja. Beton polimer memiliki sifat kedap air, tidak terpengaruh sinar ultraviolet, tahan terhadap larutan agresif seperti bahan kimia serta kelebihan lainnya. Keunggulan lain adalah beton polimer bisa mengeras di dalam air sehingga bisa digunakan untuk memperbaiki bangunan-bangunan bawah air. Satusatunya kelemahan yang hingga kini belum teratasi adalah harga beton polimer masih belum bisa lebih rendah dibandingkan dengan beton semen, kecuali untuk daerah Irian Jaya, di mana harga semen berlipatlipat dari harga semen di Pulau Jawa. Karena itu, beton polimer selama ini lebih banyak digunakan untuk rehabilitasi bangunan yang rusak. Beton polimer dapat dibedakan atas polymer concrete, polymer modified concrete (beton biasa tetapi dimofifikasi dengan menggunakan polimer), polymer impregnated concrete (beton berpori-pori yang kemudian diisi dengan polimer), dan sulfur polymer concrete (beton yang dibuat dari pasir, kerikil, belerang, dan polimer). 3. Beton Geopolimer Ditemukan oleh Davidovits. Dinamakan demikian merupakan sintesa bahan-bahan alam nonorganik lewat 27 karena proses
polimerisasi. Bahan dasar utama yang diperlukan untuk pembuatan material geopolimer ini adalah bahan-bahan yang banyak mengandung unsur-unsur silikon dan aluminium.Unsur-unsur ini banyak ditemukan, di antaranya pada material buangan hasil sampingan industri, seperti misalnya abu terbang dari sisa pembakaran batu bara Sumber : http://www.scribd.com/doc/39735030/Semen-Dan-Beton
3. Sebutkan sifat-sifat dan karakteristik Semen Portland! Jawaban : Sifat-sifat semen portland dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika dan sifat kimia. Sifat Fisika Semen Portland Sifat fisika semen portland meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekalan, kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar. Sifat Kimia Semen Portland Sifat kimia semen portland meliputi kesegaran semen, sisa yang tak larut, dan yang paling utama adalah komposisi syarat yang diberikan. Sumber (Teknologi Beton, Oleh Ir. Tri Mulyono MT.)
4. Sebutkan empat senyawa kimia yang menyusun semen portland! Jawaban : Trikalsium Silikat (3CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C3S. Dikalsium Silikat (2CaO. SiO2) yang disingkat menjadi C2S. Trikalsium Auminat (3CaO. Al2O3) yang disingkat menjadi C3A. Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF. Sumber (Teknologi Beton, Oleh Ir. Tri Mulyono MT.) 5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis semen hidrolik dan non hidrolik ?
28
Jawaban : - Semen hirolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air contoh semen hidrolik adalah sebagai berikut : Kapur hidrolik Semen pozollan Semen terak Semen alam Semen Portland Semen Portland-poxollan Semen poertland terak tanur tinggi Semen alumina Semen expansif - Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras didalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh semen non hidrolik adalah kapur Sumber (Teknologi Beton, Oleh Ir. Tri Mulyono MT.)
29