Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN TOPOGRAFI DAN WAKTU TERHADAP PEMBENTUKAN TANAH

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN I DOSEN PENGAMPU: Dr. Rina Devnita, Ir.,MS.,M.Sc. OLEH: KELOMPOK 4 HADI NURGRAHA RINNO PAMBUDI M. HAFIDZ FADJRI KARINA ASTARI AMIRAH WIDYASMARA 150510120163 150510120164 150510120177 150510120190 150510120196

AGORTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dosen Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman I, Ibu Dr. Rina Devnita, Ir.,MS.,M.Sc., yang telah memberi pengetahuan kepada kami dan memberikan kesempatan kepada kami sehingga berkesempatan menyusun tugas ini. Serta tak lupa kepada seluruh pihak yang turut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk dukungan moril maupun materil kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini. Tak ada segala sesuatu di dunia ini yang sempurna.Begitu pula dengan makalah tugas ini.Untuk itu kami memohon maaf dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan laporan di kemudian hari.

Jatinangor, Maret 2013

Penulis

Daftar Isi Hal Kata Pengantar.i Daftar Isi..ii Pendahuluan1 Latar Belakang.1 Tujuan Penulisan.1 Pembahasan.2 Penutup.8

PENDAHULUAN
i. Latar Belakang

Tanah merupakan benda alam yang terbentuk dari pelapukan bahan induk yang merupakan batuan yang digunakan sebagai media tanam bagi tanaman. Proses pelapukan batuan merupakan proses awal dari perkembangan tanah. Tanah yang tersebar di permukaan bumi memiliki sifat dan karakterisrik yang berbedabeda. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor geografis saat pembentukan tanah. Faktor pembentukan tanah terdiri dari batuan induk, iklim, organisme, relief atau topografi dan waktu. Maka dari itu, makalah ini akan membahas hubungan topografi dan waktu terhadap pembentukan tanah.

ii.

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ingin mengetahui arti topografi, hubungannya dengan pembentukan tanah, hubungan waktu dengan pembentukan tanah, hubungan antara topografi dan waktu dengan pembentukan tanah.

PEMBAHASAN
Di dalam makalah ini, akan dibahas tentang hubungan antara topografi dan waktu terhadap pembentukan tanah. Berikut adalah secara umum definisi topografi dan waktu terhadap pembentukan tanah: Topografi: Topografi mempengaruhi pembentukan tanah, makin curam lereng kecepatan erosi semakin besar, sehingga di lereng yang curam jarang dijumpai tanah yang dalam. Waktu: Proses-proses yang terjadi dalam tanah berlangsung sepanjang waktu.

Topografi
Topografi merupakan faktor pasif dalam pembentuk tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah bentuk lahan suatu daerah (morfologi regional).Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan.Relief adalah bentuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform).Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng, panjang lereng dan bentuk lereng. Topografi (bentuk wilayah atau relief) suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung di mana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut. Didaerah bergelombang, drinase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim (curah hujan, suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Di daerah yang berlereng curam kadang-kadang terjadi terus menerus erosi permukaan sehinggaterbentuklah tanah-tanah dangkal.Sebaliknya, pada kaki-kaki lereng tersebut sering ditemukan tanah dengan profil dalam akibat penimbuhan

bahan-bahan yang dihanyutkan dari lereng atas tersebut.

Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain.

Pengaruh Topografi Dalam Pembentukan Tanah

Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara : 1. 2. 3. 4. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah Kedalaman air tanah Besarnya erosi yang terjadi Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang

tinggi ketempat yang rendah Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah: Beda tinggi permukaan lahan (amplitude) Bentuk permukaan lahan Derajat kelerengan Panjang lereng Arah lereng Bentuk punggung lereng

Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap: Pelapukan fisik dan kimiawi batuan Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)

Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada:

Tebal solum tanah Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal

dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng terjal. Hal ini karena di dataran tinggi (puncak bukit atau lereng terjal) intensitas erosi lebih tinggi, sedangkan daerah yang datar (daerah lembah dan dataran) lapisan tanahnya tebal karena mengalami sedimentasi dan minim tingkat erosi. Drainase tanah Tanah di daerah lembah atau cekungan memiliki drainase yang kurang baik dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik.Daerah yang drainasenya kurang baik yang dicirikan dengan sering terdapat genangan air menyebabkan tanah menjadi asam. Satuan tanah Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi.

Tingkat erodibilitas tanah Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka

semakin besar tingkat erodibilat tanah.Secara keseluruhan bagian dari topografi yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah lereng, yang telah diuraikan secara rinci di atas bagian dari lereng yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Lereng erat kaitannya dengan erosi air. Erosi air menyebabkan pergerakan tanah ke lereng bagian bawah. Penyingkiran tanah dari bagian atas lereng yang berbentuk konvek menyebabkan terbentuknya tanah dangkal dan berbatu. Bahan hasil erosi yang kemudian diendapkan di lereng bagian bawah membentuk koluvium atau alluvium dan menyebabkan meningkatnya kedalaman tanah di lereng bagian bawah. Tanah yang terdapat di lereng bagian bawah memiliki tekstur yang lebih halus karena air yang bergerak dari lereng atas ke lereng bawah berupa limpasan permukaan dan aliran bawah tanah.

Jenis-Jenis Tanah Berdasarkan Topografi

Variasi jenis tanah di berbagai topografi diantaranya adalah: - Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat - Di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah dan grumusol bewarna kuning coklat. - Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu - Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklatcoklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya. - Di lereng cekung seringkali membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang. - Di dataran atau cekungan dimana air hujan tidak mudah meresap ke dalam tanah atau mengalir ke luar, maka air akan menggenang dan terbentuklah tanah yang berwarna kelabu banyak mengandung karatan.

WAKTU

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur.

Karena proses pembentuk tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi: tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil). Tanah muda: pada tingkat ini proses pembentukan tanah terutama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah dan pembentuk struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C. Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya. Termaksuk tanah muda adalah jenis tanah Entisol (Aluvial, Regosol). Tanah dewasa: dengan proses yang lebih lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horison B. Horison B yang terbentuk adalah horison B yang masih muda (bw) sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk (terbentuk struktur tanah, warna lebih merah dari bahan induk) atau ada penambahan bahan-bahan tertentu (liat dan lain-lain) dalam jumlah sedikit dari lapisan atas. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tertinggi, karena unsur-unsur hara di dalam tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan pencucian unsur hara belum lanjut. Jenis tanah yang termaksuk dalam tingkat ini antara lain Inceptisol (Latosol Coklat, dan lain-lain), Andesol, Vertisol, Mollisol dan sebagainya. Tanah tua: dengan meningkatnya umur maka proses pembentuk tanah berjalan lebih lanjut, sehingga terjadi perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horison A, E, EB, BE, Bt, (Bs), (Bo), BC dan lain-lain. Di samping itu pelapukan mineral dan pencucian basa-basa makin meningkat sehingga tinggal mineralmineral yang sukar lapuk di dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain adalah tanah Ultisol (Podsohik Merah Kuning) dan Oxisol (laterit). Banyaknya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Tanah yang berkembang dari batuan yang keras memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan tanah dibanding dengan yang berasal dari bahan induk yang lunak dari lepas. Dari bahan induk volkanik lepas seperti abu gunung api, dalam waktu kurang dari 100 tahun telah dapat terbentuk tanah muda. Tanah

dewasa dapat terbentuk dalam waktu 1.000 10.000 tahun seperti halnya tanah Spodosol di Alaska yang berkembang dari bahan induk berpasir (1.000 tahun) dan tanah Molisol di Amerika Serikat yang berkembang dari bahan induk berlempung lepas (10.000 tahun). Tanah berasal dari abu Gunung Krakatau letusan tahun 1883, membentuk horison A setebal 25 cm selama 100 tahun (1883-1983), terutama yang tidak terjadi erosi. Di tempat-tempat yang terjadi erosi ketebalan horison A hanya mencapai 5 cm atau kurang (hardjowigeno, et al, 1983). Perlu dicatat bahwa tingkat perkembangan tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan tanah.Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan pembentukan horison-horison tanah, sedang tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral dalam tanah. Tanah muda yang baru mempunyai horison A dan C dapat berupa tanah yang baru sedikit mengalami pelapukan bila berasal dari bahan induk baru seperti abu volkan, tetapi dapat juga telah mengalami pelapukan lanjut bila berasal dari bahan induk tua atau bahan induk yang telah mengalami pelapukan lanjut di tempat lain. Kekeringan dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dalam periode waktu yang sama (umur yang sama) tanah di suatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedang di tempat lain yang beriklim kering atau terus menerus tererosi, mungkin tanahnya belum berkembang. Oleh karena itu, tua mudanya tanah tidak dapat dinyatakan dari umur tanah tersebut (dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangan horison-horison tanah yang ada. Proses perkembangan tanah mula-mula berjalan agak cepat tetapi makin tua tanah, proses tersebut berjalan sangat lambat.

PENUTUP
I. Kesimpulan

Topografi dapat mempengaruhi erosi, peresapan air hujan, pergerakan air, dan kedalaman air tanah dimana ke empat hal ini sangat bergantung dari kecuraman dan bentuk dari topografi itu sendiri ( dataran, cekungan, dan gelombang ). Tanah bersifat dinamis, yang artinya terus berubah karena mengalami pelapukan. Periode pelapukan akan menghasilkan tanah tanah baru dari bahan induk yaitu tanah muda, dewasa, dan tua. Perubahan itu akan berlangsung terus menerus. Periode dari tanah ini memerlukan waktu yang merupakan faktor dari pembentukan tanah. Jadi, topografi dan waktu mempunyai hubungan dengan tanah karena kedua komponen ini merupakan faktor pembentukan tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Herlin, H.S dan A. Budiman. 2012. Penentuan Bidang Gelincir Gerakan Tanah DenganAplikasi Geolistrik Metode Tahanan Jenis Dua Dimensi Konfigurasi Wenner-Schlumberger. Jurnal Fisika Unand ,Vol.1, No.1, pp.19-24. Lihawa, F. 2009. Geomorfologi Dalam Survei Kejadian Erosi. Jurnal Pelangi Ilmu, Vol.2, No.5, pp.1-18. http://wenyra.blogspot.com/2012/03/faktor-pembentuk-tanah-topografihttp://kevinmarchell.blogspot.com/2012/03/makalah-pembentukan-tanah.html

Anda mungkin juga menyukai