Anda di halaman 1dari 9

Modul-1 Hal-1

PSEA 1- Pendahuluan


MODUL-1
PENDAHULUAN


Tujuan:
Setelah mengikuti perkuliahan dengan pokok bahasan ini, mahasiswa akan
dapat memahami beberapa definisi dan konsep dasar yang sering muncul dalam
bidang elektronika, khususnya elektronika analog.
Materi:
1. Muatan, Arus dan Tegangan Listrik
2. Hukum Ohm
3. Komponen Dasar
4. Daya dan Energi Listrik
5. Karakteristik Sumber Rangkaian Listrik
6. Rangkuman


1.1 MUATAN, ARUS DAN TEGANGAN LISTRIK
Elektronika adalah ilmu dan teknologi yang mempelajari peralatan listrik arus
lemah yang dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron (atau partikel
bermuatan listrik) dalam suatu piranti atau komponen elektronika. Elektronika
merupakan ilmu dan teknologi. Ilmu yang mempelajari desain dan pembuatan piranti
atau komponen elektronika merupakan cabang dari ilmu fisika, sementara bentuk
desain dan pembuatan sirkuit elektroniknya adalah bagian dari teknik elektro, teknik
komputer, dan teknik instrumentasi.
Muatan listrik
Muatan listrik merupakan property atau karakteristik dasar dari materi atau
benda yang mengungkapkan komposisi dari elektron-proton. Apabila sebuah benda
memiliki lebih banyak elektron dari pada proton maka benda tersebut bermuatan
negatif, dan apabila sebaliknya maka benda bermuatan positif. Simbol dari muatan
listrik adalah Q dan satuan untuk muatan listrik adalah coulomb (disingkat C). Satu
coulomb adalah kuantitas muatan listrik dari 6,24 x 1018 elektron. Dengan demikian
maka muatan dari sebuah elektron adalah 1,60 x 10-19 C (dinamakan nilai muatan
elementer).
Arus listrik
Arus listrik (disimbulkan I) didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik Q, yang
mengalir melewati suatu luas penampang tertentu tiap satu satuan waktu (t). Secara
matematis dituliskan sebagai:

t
Q
I = (1.1)
Satuan arus listrik adalah ampere (disingkat A), dimana definisi satu ampere adalah
muatan listrik sebanyak 1C yang mengalir dalam waktu 1 detik.

Modul-1 Hal-2
PSEA 1- Pendahuluan


Arus listrik pada dasarnya adalah elektron yang bergerak, artinya muatan ini
bergerak dari terminal negatif (kelebihan elektron) menuju terminal positif
(kekurangan elektron). Arus listrik yang dalam pemberian arahnya sama dengan arah
aliran elektron dinamakan sebagai arus elektron. Namun pada analisa rangkaian
listrik, model arus elektron jarang digunakan, dan sebagai gantinya digunakan model
arus konvensional. Arus konvensional mempunyai arah dari terminal positif menuju
terminal negatif. Gambar 1.1 menunjukkan simbol arus, arah arus konvensional dan
arah arus elektron dalam suatu rangkaian listrik. Yang perlu diingat adalah bahwa
wujud fisik dari arus konvensional itu sebenarnya tidak ada. Hal ini hanya penamaan
saja untuk memudahkan dalam analisa rangkaian listrik.
Simbol Arus


Beban V
I
Arus konvensional

Beban V
I
Arus elektron

Gambar 1.1: Simbol dan arah aliran arus listrik (konvensional & Elektron)
Tegangan Listrik
Tegangan listrik (disimbolkan V) adalah beda potensial listrik di antara dua titik
dalam rangkaian listrik. Beda potensial listrik didefinisikan sebagai besarnya energi
listrik yang diperlukan oleh sebuah muatan listrik untuk bergerak dari satu titik ke titik
lain karena pengaruh gaya listrik. Dengan kata lain, tegangan listrik adalah energi (W)
per satuan muatan (Q). Secara matematis tegangan listrik dituliskan sebagai berikut:
Q
W
V = (1.2)
Satuan kerja adalah joule (disingkat J), satuan muatan listrik adalah coulomb,
sehingga satuan tegangan listrik adalah joule per coulomb (J/C) atau lebih lazim
disebut volt (disingkat V). Jadi 1 volt sama dengan 1 joule/coulomb.
Dalam sebuah rangkaian listri, tegangan adalah energi potensial dari catu daya
listrik yang disimpan dalam bentuk muatan listrik. Tegangan dapat dikatakan sebagai
gaya yang menekan elektron untuk mengalir pada konduktor, dan semakin besar
tegangan listrik berarti dia semakin mempunyai kemampuan untuk menekan elektron
melewati suatu penghantar (arus semakin besar). Simbol tegangan listrik seperti
gambar 1.2.

Cell
Tunggal
Baterai
Sumber
Tegangan DC
Sumber
Tegangan AC

Gambar 1.2: Simbol tegangan listrik


Modul-1 Hal-3
PSEA 1- Pendahuluan


1.2 HUBUNGAN V-I PADA PENGHANTAR: HUKUM OHM
Apabila pada ujung-ujung sebuah penghantar dipasang tegangan listrik sebesar
V, maka arus I akan mengalir pada penghantar tersebut dari ujung berpotensial tinggi
ke ujung berpotensial rendah, yang besarnya sebanding dengan tegangan yang
diberikan, seperti diilustrasikan pada gambar 1.3. Hubungan tersebut secara
matematis dinyatakan dalam persamaan (1.3).
(1.3)
Konstanta kesebandingan R dikenal dengan nama resistansi atau tahanan. Satuan
dari resistansi adalah (volt/ampere) atau disebut ohm (O).
E
+
-
VA
VB
V = VA - VB
I

Gambar 1.3: Hubungan arus dan tegangan pada suatu penghantar
Selanjutnya persamaan (1.3) di atas dikenal dengan Hukum Ohm. Sebuah
piranti yang mengikuti persamaan Hukum Ohm dinamakan piranti yang linier atau
ohmik, sedangkan yang tidak mengikuti persamaan tersebut dikatakan piranti yang
tidak linear atau non-ohmik. Contoh piranti yang non-ohmik adalah dioda. Dapat
dinyatakan bahwa:
- Jika ada arus listrik (I) mengalir melalui sebuah penghantar yang mempunyai
hambatan R, maka pada ujung-ujung hambatan tersebut pasti terdapat beda
potensial (tegangan) listrik (V) , dimana V = I.R.
- Jika harga V dan I diketahui, maka besar resistansi R dapat dihitung. Kita
tidak perlu mengetahui konstruksi fisik dari tahanan selama perbandingan V
dan I diketahui.
Dalam bentuk rangkaian listrik, Hukum Ohm dan grafik yang mewakilinya
diperlihatkan pada gambar 1.4.
(a)
R
V
I
0
I
V
(b)
I R V =

Gambar 1.4: Hukum Ohm (a) rangkaian, (b) grafik arus vs tegangan

Modul-1 Hal-4
PSEA 1- Pendahuluan


Hubungan antara tegangan dan arus pada reistansi konstan diberikan pada tabel 1.1.
Tabel 1.1: Hubungan antara tegangan dan arus pada reistansi konstan
Kuantitas Simbol Satuan Singkatan
Tegangan V atau E Volt V
Arus I Ampere A
Tahanan R Ohm


1.3 KOMPONEN DASAR: LRC
Dalam rangkaian elektronika, selalu dicirikan oleh adanya sumber daya dan
beban rangkaian. Beban rangkaian umumnya dapat dikategorikan sebagai komponen
pasif (resistansi, induktansi, kapasitansi; RLC) dan komponen aktif (Dioda, Transistor,
IC). Komponen pasif adalah komponen yang dalam bekerjanya tidak memerlukan
energi listrik, sedangkan komponen aktif adalah komponen yang bekerjanya
memerlukan energi listrik. Berikut ini dibahas sifat-sifat dari komponen pasif LRC.
Resistor (R)
Resistor disebut juga tahanan/hambatan, adalah unsur rangkaian yang bersifat
mengubah arus listrik yang diterimanya menjadi panas. Hubungan antara tegangan
dan arus listrik yang melewati komponen ini diberikan oleh persamaan (1.3) di atas.
Lambang dan foto komponen resistor diberikan pada gambar 1.5. Satuan untuk
resistansi adalah Ohm ().

Simbol R

Gambar 1.5: Lambang dan foto resistor (contoh)
Untuk nilai-nilai resistansi yang sangat rendah, misalnya mili-ohm (m)
kadang-kadang lebih mudah untuk menggunakan kebalikan dari resistensi (1/R)
daripada resistensi (R) itu sendiri. Kebalikan dari resistensi disebut Konduktansi,
simbol (G) dan itu adalah kemampuan konduktor atau perangkat untuk
menghantarkan listrik. Nilai konduktansi yang tinggi menyiratkan konduktor yang baik
dan nilai-nilai yang rendah menyiratkan sebuah konduktor yang buruk. Satuan
konduktansi adalah Siemen (S).
Induktor (L)
Induktor bersifat mengubah arus listrik yang diterimanya menjadi medan
magnet. Lambang induktor dan foto pirantinya diberikan pada gambar 1.6. Besarnya
tegangan listrik diantara kutub-kutub induktor yang dialiri arus listrik sebanding
dengan kecepatan perubahan arusnya. Hubungan ini diberikan oleh persamaan (1.4).

Modul-1 Hal-5
PSEA 1- Pendahuluan


(1.4)
Dimana L adalah besarnya indukstansi (henry, H), I adalah arus listrik, dan V adalah
tegangan listrik.
Jika

maka (1.5)
Dengan merujuk pada hukum Ohm, maka konstanta kesebandingan adalah
merupakan suatu resistansi. Dalam hal ini dinamakan sebagai reaktansi induktansi
yang biasanya disimbulkan dengan X
L
(ohm). Sehingga

(1.6)


Simbol L

Gambar 1.6: Simbol dan foto inductor (contoh)
Kapasitor (C)
Sifat kapasitor adalah mengubah arus listrik yang diterimanya menjadi medan
listrik. Hubungan antara tegangan dan arus listrik yang melewati kapasitor diberikan
oleh persamaan (1.7). Lambang kapasitor dan foto pirantinya diberikan pada gambar
1.5
dt I
C
V .
1
}
= (1.7)
Jika

maka

(1.8)
Dengan merujuk pada hukum Ohm, maka konstanta kesebandingan adalah
merupakan suatu resistansi. Dalam hal ini dinamakan sebagai reaktansi kapasitansi,
yang biasanya disimbulkan dengan X
C
(ohm). Sehingga

(1.9)


Simbol C

Gambar 1.7: Simbol dan foto kapasitor (contoh)

1.4 DAYA DAN ENERGI LISTRIK
Daya listrik (simbol P) adalah jumlah energi yang diserap atau diberikan
(diberikan) pada rangkaian listrik. Sebuah sumber energi listrik semisal sumber
tegangan akan memberikan energi listrik apabila disambungkan pada rangkaian
(beban). Besarnya daya listrik didefinisikan sebagai perkalian antara tegangan dan

Modul-1 Hal-6
PSEA 1- Pendahuluan


arus, dalam satuan Watt (W). Dengan menggunakan hukum ohm, dapat diturunkan
beberapa keterkaitan antara V, I, R, dan P, seperti diberikan pada gambar 1.8.

Gambar 1.8: Hubungan kerkaitan V, I, R, dan P.
Sewaktu arus mengalir dalam tahanan, panas akan dihasilkan karena adanya
gesekan antara elektron-elektron bebas yang bergerak dalam atom-atom yang
merintangi aliran elektron. Panas disini merupakan bukti bahwa daya digunakan untuk
menghasilkan arus. Daya yang dihasilkan oeh sumber dikonsumsi oleh tahanan dalam
bentuk panas. Karena daya yang diserap adalah P=VI dan besarya tegangan pada
tahanan V=IR maka disipasi daya dalam tahanan dapat dituliskan

.
Suatu fungsi yang penting pada banyak sistem elektronika adalah penyaluran
daya ke suatu beban, misalnya sewaktu kita berusaha mendapatkan daya meksimum
dari suatu amplifier. Daya yang diserap oleh beban akan maksimum bila tahanan
sumber (R
S
)dan tahanan beban (R
L
) bernilai sama atau dikatakan match. Apabila
R
L
<R
s
atau R
L
>R
s
, daya yang diberikan pada beban R akan berharga di bawah daya
maximum. Akan tetapi, pada sumber yang mempunyai harga R
s
sangat kecil,
membuat R
L
match dengan R
s
(R
L
=R
s
) seringkali menjadi tidak praktis. Contoh,
baterai 6V dengan R
s
=0.003 O. Bila R
L
=0.003 O maka I
L
=1000A (baterai tersebut
akan rusak oleh arus yang berlebihan). Perbandingan antara P
L
dan P
T
(daya total)
merupakan efisiensi,

( )
|
|
.
|

\
|
+
=
+
= =
s
R
L
R
L
R
S
R
L
R I
L
R I
T
P
L
P
Efisiensi
2
2
(1.10)
dimana P
L
adalah daya pada R
L,
P
s
adalah daya pada R
s,
P
T
adalah daya total = P
L
+ P
s.
Perhatikan bahwa efisiensi naik sewaktu R
L
naik (sewaktu R
L
naik, arus yang mengalir
akan menurun menyebabkan daya yang hilang pada R
s
menurun pula). Sewaktu
R
L
=R
s
, Efisiensi=50% (setengah dari daya total didisipasi dalah R
s).
Membuat R
L
match
dengan R
s
dilakukan bila beban R
L
membutuhkan daya maksimum (bukan tegangan
atau efisiensi yang maksimum Jika yang diinginkan adalah tegangan maksimum pada
beban R
L
, bukan daya maksimum, maka nilai tahanan beban harus sebesar mungkin.
Energi Listrik adalah energi yang diserap oleh beban atau di keluargan oleh
sumber er satu satuan waktu (detik). Satuan Energi Listrik adalah Watt-second atau
Joule.

Modul-1 Hal-7
PSEA 1- Pendahuluan


1.5 KARAKTERISTIK SUMBER RANGKAIAN LISTRIK
Suatu rangkaian listrik umumnya dicirikan oleh adanya satu atau lebih sumber
rangkaian yang dihubungkan dengan satu atau lebih beban rangkaian. Sumber
rangkaian adalah piranti yang memberikan energi listrik pada rangkaian, sedangkan
beban adalah piranti yang menggunakan energi listrik tersebut. Dalam rangkaian
listrik, sumber rangkaian umumnya berupa sumber arus atau sumber tegangan, bisa
sumber arus/tegangan searah (Direct Current, DC), atau bisa juga bolak-balik
(Alternating Current, AC).
Sumber arus atau tegangan listrik memberikan energi listrik pada beban yang
secara ideal nilainya tidak bergantung pada besarnya beban yang disambungkan
kepadanya. Namun pada kenyataannya sumber semacam ini adalah mustahil ada,
karena akan diperlukan arus yang tak hingga besar untuk mempertahankan harga
tegangan tersebut. Sumber arus/tegangan listrik pada kenyataannya adalah sumber
yang karakteristik V-I nya seperti diberikan pada gambar 1.9. Sumber listrik
mempunyai tegangan E
OC
(tegangan open circuit) bila tidak ada beban yang
disambung (hubungan terbuka). Jadi jika I=0, tegangan keluaran sumber E=E
OC
. Dan
harga E ini akan menurun secara linear seiring dengan kenaikan arus yang ditarik oleh
beban, dimana pada akhirna I
SC
adalah arus short circuit, yaitu arus yang mengalir
apabila ujung-ujung keluaran sumber disambung langsung.
+
I
-
Sumber
Tegangan/Arus E
Beban
E
E
OC
I I
SC

Gambar 1.9: Karakteristik volt-ampere (V-I) sumber rangkaian listrik

Suatu rangkaian listrik dikatakan rangkaian DC apabila aliran arus pada
rangkaian tersebut hanya satu arah saja, walaupun besarnya (magnitudo) berubah-
ubah. Arus DC mempunyai polaritas yang tetap sepanjang waktu, bisa positif atau
negatif. Sedangkan pada rangkaian AC, arus atau tegangan pada rangkaian
mempunyai arah yang berubah-ubah secara periodik dari positif ke negatif dan
sebaliknya. Gambar 1.10 adalah contoh rangkaian DC dan gambar 1.11 adalah contoh
rangkaian AC.
0 t
V
V
s
R
L
V
i

Gambar 1.10: Rangkaian listrik arus DC


Modul-1 Hal-8
PSEA 1- Pendahuluan


t
+ V
p
- V
p
0
R
L
V
i

Gambar 1.11: Rangkain listrik arus AC


1.6 RANGKUMAN
Beberapa rangkuman tentang yang dibicarakan di depan, adalah sebagaimana
diberikan pada tabel 1.2. Tabel 1.3 adalah awalan (prefix) satuan yang sering dipakai
untuk menentukan nilai yang telalu besar atau terlalu kecil.
Tabel 1.2: Standar satuan listrik
Parameter Satuan Simbol Deskripsi
Tegangan Volt V atau E V = I R
Arus Ampere I atau i I = V R
Resistansi Ohm R atau R = V I
Kondukstansi Siemen G atau G = 1 R
Kapasitansi Farad C C = Q V
Muatan Coulomb Q Q = C V
Indukstansi Henry L atau H V
L
= -L(di/dt)
Daya Watt W P = V I
Impedansi Ohm Z Z
2
= R
2
+ X
2

Frekuensi Hertz Hz = 1 T



Modul-1 Hal-9
PSEA 1- Pendahuluan


Tabel 1.3: Awalan Satuan
Awalan Simbol Faktor Pengali Pangkat 10
Terra T 1.000.000.000.000 10
12

Giga G 1.000.000.000 10
9

Mega M 1.000.000 10
6

kilo k 1.000 10
3

- - 1 10
0

centi c 1/100 10
-2

milli m 1/1.000 10
-3

micro 1/1.000.000 10
-6

nano n 1/1.000.000.000 10
-9

pico p 1/1.000.000.000.000 10
-12



Beberapa istilah dan definisi yang sering digunakan dalam rangkaian listrik:
Wh Watt-Hour (Watt-jam), adalah satuan energi listrik yang dikonsumsi
oleh rangkaian listrik per jam. Umumnya digunakan penyebutan dalam
bentuk kWh (Kilowatt-hour) yang mana sama dengan 1.000 watt-hours.
dB Decibel, adalah satuan sepersepuluh dari Bel (simbol B) dan digunakan
untuk mewakili keuntungan (penguatan) baik dalam tegangan, arus atau
daya. Ini adalah satuan logaritmik dinyatakan dalam dB dan umumnya
digunakan untuk mewakili rasio input ke output penguat. Sebagai contoh,
rasio dB dari tegangan input (V
in
) ke tegangan output (V
out
) dinyatakan
sebagai
20
log10 (V
out
/V
in
). Nilai dalam dB dapat bersifat positif (20dB)
mewakili keuntungan (penguatan) atau negatif (-20dB) merupakan
kerugian (pelemahan). 0 dB adalah kondisi dimana input = output.
Phase Angle (sudut fase), adalah perbedaan dalam derajat dua
gelombang (misalnya antara tegangan dan arus) yang diberikan oleh
fungsi periodik. Ini merupakan beda waktu diantara dua gelombang
tersebut, mendahului atau meninggalkan satu sama lainnya. Bea fase
diukur dalam derajat atau radian.
Angular Frequency (frekuensi sudut), adalah suatu unit yang sering
digunakan dalam listrik arus AC untuk menyatakan hubungan phasor
antara dua atau lebih bentuk gelombang. Satuan dari frekuensi anguler
adalah radian/second, dan =2tf.
t Time Constant, adalah konstanta dari impedansi listrik, atau dalam
sistem orde-1 dinyatakan sebagai waktu yang diperlukan oleh sistem
untuk mencapau 63.7% dari nilai output maksimum atau minimumnya.

Anda mungkin juga menyukai