Bronkitis kronik Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
Timbul pada usia muda Sakit mendadak Riwayat merokok Riwayat atopi Sesak dan mengi berulang Batuk kronik berdahak Hipereaktiviti bronkus Reversibiliti obstruksi Variability harian Eosinofil sputum Neutrofil sputum Makrofag sputum 3. Spirometri
PPOK +++ + + ++ + + + -
SOPT + + + +/? ? ?
Parameter yang digunakan untuk menentukan fungsi paru adalah volume eskpirasi paksa satu detik pertama (Forced expiratory volume in 1 second/FEV1) , kapasitas vital paksa (forced vital capacity/ FVC) dan rasio FEV1 /FVC. Kapasitas vital paksa (KVP) adalah jumlah udara yang bisa diekspirasi maksimal secara paksa setelah inspirasi maksimal. Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) adalah jumlah udara yang bisa diekspirasi maksimal secara paksa pada detik pertama. Rasio VEPl/KVP.
Arus puncak ekspirasi (APE). Apabila nilai VEP1 kurang dari 80% nilai dugaan, rasio VEP1/KVP kurang dari 75% menunjukkan obstruksi saluran napas. Bila digunakan spirometri yang lebih lengkap dapat diketahui parameter lain: Kapasitas vital (KV), jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal. Kapasitas paru total (KPT), yaitu jumlah total udara dalam paru pada saat inspirasi maksimal Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara dalam paru saat akhir ekspirasi biasa. Volume residu (VR), jumlah udara yang tertinggal dalam paru pada akhir ekspirasi maksimal. Air trapping, selisih antara KV dengan KVP. - Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % - VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. -Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20% Uji bronkodilator - Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. -Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml - Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
4. Dosis Pemberian Aminofilin perdrip 0,5-0,8mg/kgBB/jam=20mg/kgBB/24jam sediaan 1 amp=240mg=10cc, jadi 1 cc= 24mg kebutuhan cairan: 20-40cc/kgBB/24jam Berat Badan pasien= 70Kg Kebutuhan cairan 1500cc (1400-2800cc/24jam)3 flash Kebutuhan aminofilin 20x70=1400 mg=58cc/24jam 58/3=19 cc= 1,75 amp untuk masing2 flash 1500+58cc=1558/72= 21 tpm
5. Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam pembuluh darah arteri terutama dalam Hb (hemoglobin)