Anda di halaman 1dari 9

I.

Kelenjar Adrenal

Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anterior superior (depan atas) ginjal. Pada manusia , kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian medula merupakan sumber penghasil katekolamin, hormon adrenalin, epinefrin dan

norepinefrin. Sedangkan bagian korteks menghasilkan kortisol. Kelenjar ini berbentuk piramid, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Kelenjar suprarenal jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian atas ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Terbagi atas dua bagian. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks. Bagian medulla yang menghasilkan adrenalin dan noradrenalin. Zat-zat tadi disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikkan tekanan darah guna
1

melawan shock. Nor adrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati. Beberapa hormon penting yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal adalah sebagai berikut: 1. Hormon Aldosteron Hormon aldosteron disekresikan oleh zona glomerulosa (lapisan terluar) dari korteks adrenal. Fungsi utama hormon ini adalah untuk mengatur jumlah kalium dan natrium yang dilewatkan ke dalam urin. Produksi aldosteron dikontrol oleh renin angiotensin system (RAS) atau renin angiotensin aldosterone system (RAAS). Ini adalah sistem hormon yang mengatur tekanan darah dan keseimbangan cairan dalam tubuh. Umumnya renin diproduksi oleh ginjal saat tubuh kehilangan banyak garam dan air dari tubuh. Renin pada gilirannya memicu produksi angiotensin yang pada akhirnya merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon aldosteron. Penurunan tekanan darah juga merangsang sekresi aldosteron. Jadi, bersama dengan sistem renin angiotensin, aldosteron membantu ginjal untuk mempertahankan mineral penting seperti sodium dan kalium. Aldosteron juga dapat menyempitkan pembuluh darah oleh peningkatan natrium dan retensi air, yang dengan demikian meningkatkan tekanan darah.

2. Hidrokortison dan Kortikosteron Kortikosteroid dilepaskan dari daerah korteks kelenjar adrenal. Hormon kortikosteroid yang disekresikan oleh kelenjar adrenal termasuk hormon hidrokortison dan kortikosteron. Hidrokortison atau kortisol mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hidrokortison dan kortikosteron memainkan peran penting dalam mengatur respon inflamasi tubuh. Kortikosteron juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan karenanya dapat digunakan sebagai agen penekan kekebalan tubuh. Sekresi kedua hormon ini dikendalikan oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis.

3. Androgenik Steroid Androgenik steroid atau androgen disekresi oleh zona reticularis (lapisan terdalam) dari korteks adrenal. Androgen adalah hormon seks pria dan bertanggung jawab untuk perkembangan karakteristik laki-laki. Hormon ini memainkan peran penting dalam perkembangan organ seks laki-laki selama fase embrio.

4. Epinefrin dan Norepinefrin Kedua hormon ini disekresikan oleh bagian dalam kelenjar adrenal yaitu medula adrenal dan biasanya dikenal pula sebagai adrenalin. Epinefrin dan norepinefrin disebut katekolamin karena disekresikan untuk merespon kondisi stres fisik atau mental. Epinefrin, juga dikenal sebagai adrenalin, memainkan peran penting dalam konversi glikogen menjadi glukosa.

II.

Kelenjar Adrenal Bagian Medula

Medula terdiri dari kelompok sel yang tersusun secara tak teratur yang mempunyai sitoplasma granuler (mengandung butiran-butiran) dan garis keliling berbentuk segi banyak (poligon). Dengan hematoksilin dan eosin, warna yang dihasilkan adalah ungu muda. Medula bereaksi kuat terhadap garam-garam kromium dan karena itu disebut sel-sel kromafin. Meskipun tanpa zat warna yang spesifik, medula dapat dibedakan dari sel-sel korteks karena reaksi mereka yang basofil, ukurannya lebih besar dan susunannya. Diantara tali-tali itu terdapat suatu anyaman kapiler seperti ciri khas kelenjar endokrin. Sel-sel kromafin medula mempunyai nukleus yang relatif besar, beberapa mitokondria yang terpencar, ribosom dan alat golgi (badan golgi) yang berkembang dengan baik. Sifat sitoplasma yang mencolok dari sel-sel ini adalah terdapatnya sejumlah besar butiran padat. Butiran-butiran itu berasal dari gelembung-gelembung golgi dan terdiri dari 2 jenis, yaitu: norepinefin (butiranbutiran gelap), dan epinefin (butiran-butiran jernih). Gelembung-gelembung golgi yang mengandung butiran-butiran yang telah terbentuk, membesar, dan pindah ke permukaan puncak sel, dimana akhirnya mereka dilepas. Pada manusia, kedua jenis butiran itu tampak terkandung dalam satu sel yang sama. Pada kebanyakan spesies lain, mereka terdapat dalam sel-sel yang terpisah.

Hormon-hormon yang dihasilkan adalah: a. Epinefrin (80%) b. Nor-epinefrin (20%)

Nor-epinefrin yang ada dalam sirkulasi darah menyebabkan konstriksi seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan aktivitas jantung, penghambatan saluran gastrointestinal, dan pelebaran pupil mata. Epinefrin menimbulkan efek yang kurang lebih sama dengan nor-epinefrin. Perbedaan yang bisa dicatat adalah: c. Epinefrin mempunyai efek metabolik 5 10 kali lebih besar daripada nor-epinefrin. Akibatnya, perangsangan terhadap jantung juga menjadi lebih besar. d. Efek epinefrin dalam mengkontriksikan pembuluh darah dalam otot lebih lemah dibanding nor-epinefrin.

III. Fungsi Epinefrin dan norepinefrin 1. Terhadap sistem kardiovaskular a. Epinefrin : menyebabkan vasodilatasi arteriol pada otot dan tulang, serta vasokonstriksi arteriol pada kulit. Sebagai stimulus untuk aksi jantung, menambah frekuensi, kontraksi otot jantung dan memperbesar output jantung. b. Norepinefrin : menyebabkan vasokonstriksi. Hormon ini juga

menyebabkan tekanan darah meninggi yang sangat berguna untuk memperbaiki keadaan syok yang bukan disebabkan oleh perdarahan.

2. Terhadap otot polos dari vesara Epinefrin : menyebabkan relaksasi otot polos gaster, usus dan vesika urinaria, kontraksi otot sfinkter gaster dan vesika urinarina, serta relaksasi otot polos bronkus, yang dapat dipakai sebagai terapi serangan asma.

3. Efek metabolik epinefrin a. Dalam hepar menstimulir pemecahan glikogen, suatu aksi yang menaikkan kadar gula darah melalui penambahan AMP. b. Dalam otot menambah pemecahan glikogen melalui penambahan AMP.

c. Dalam jaringan lemak mempunyai efek lipolisis (pemecahan lemak) yang mengakibatkan pelepasan asam amino dan gliserol dalam darah. Asam lemak berfungsi sebagai bahan pembakar dalam otot dan hati dalam proses glukogenesis. d. Dalam pankreas akan menghalangi pelepasan insulin. e. Dalam keadaan darurat epinefrin dipakai untuk: - melepas asam lemak dari jaringan menjadi bahan pembakar dalam otot - mobilisasi glukosa dengan menambah glikogenolisis dan glukoneogenesis dalam hepar dan mengurangi uptake glukosa dalam otot. - mengurangi pelepasan insulin untuk menghindari pemakaian glukosa oleh jaringan perifer sehingga dapat dipakai oleh sistem saraf sentral.

Pengaturan sekresi katekolamin Perangsangan sistem saraf simpatis dapat melepaskan noradrenalin dari ujung saraf simpatis dan melepaskan noradrenalin serta adrenalin dari kelenjar adrenal. Pada keadaan tertentu (keadaan darurat) dapat merangsang pelepasan katekolamin dari medula adrenal dengan gejala sebagai berikut : 1. Marah, dingin, dan rasa takut 2. Keadaan glukosa plasma darah (hipoglikemia) 3. Tekanan darah rendah (hipotensi) 4. Anoksia otak (kekurangan O2 di otak) 5. Asfiksia (kekurangan oksigen) 6. Meningkatkan kadar angiotensin

Efek katekolamin Penggiatan reseptor beta meningkatkan sintesa siklik AMP yang menimbulkan pengaruh inhibisi (menghambat proses) pada sel yang bersangkutan kecuali otot jantung, dan akan terjadi sebaliknya pada reseptor alfa (mengikat senyawa atom). 1. Meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah (pengaruh vasokonstriksi dari noradrenalin).
6

2. Meningkatkan glikogenesis (meningkatkan gula darah) 3. Meningkatkan metabolisme oksidatif glukosa dalam sel 4. Meningkatkan pembentukan energi dan panas

IV.

Regulasi hormon kelenjar medulla adrenalin

Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone steroid.

V.

Kelainan fungsi kelenjar medula adrenal 1. Hiperfungsi medula : merupakan kelainan yang sering terjadi hiperfungsi medula suprarenalis karena tumor yang disebut Feokromositoma, dikenal sebagai tumor chromaffin ( sel kelenjar adrenal) berasal dari luar kelenjar suprarenal. Kadang-kadang juga ditemukan neuroblastoma, ganglion

neuroblastoma, dan ganglion neuroma. Ketiga faktor ini lazim didapat dari luar medula supraprenalis karena berasal dari jaringan saraf simpatis.

2. Hipofungsi medula : jarang ditemukan kelainan yang menyebabkan gejala klinis dari hipofungsi medula suprarenal.

3. Neoplasma kelenjar medula adrenal : gejala ini tergantung pada jumlah katekolamin yang dilepaskan dan cara pelepasan (hipertensi yang kontinu, tumor, palpitasi, gelisah, dan sakit kepala). Gejala tersebut menyangkut gangguan pada berbagai metabolisme.

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Syaifuddin. 2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed. 2. Jakarta : Salemba Medika Bevelander, Gerrit. 1979. Dasar-dasar Histologi. Ed.8. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai