Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH SPM PUSAT LABA

DISUSUN OLEH AYU FADILLAH 1005170655 KELAS VI L AKUTANSI

Pendahuluan Pusat laba (profit center) adalah pusat tanggung jawab yang kinerja finansialnya diukur berdasarkan laba (selisih antara pendapatan dan beban) yang diperoleh. Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator.

Pertimbangan Umum Kelaziman Pusat Laba Suatu organisasi fungsional adalah organisasi dimana fungsi produksi atau pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi diubah menjadi organisasi dimana setiap unit utama bertanggungjawab baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah divisionalisasi. Sebagai aturan, perusahaan membuat unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan untuk melimpahkan wewenang yang lebih luas kepada manajer-manajer operasi. Meskipun tingkat pelimpahan wewenang tersebut berbeda dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain, tetapi wewenang yang lengkap untuk menghasilkan laba tidak pernah dilimpahkan ke satu segmen tunggal dalam suatu bisnis. Sejak akhir Perang Dunia II, banyak perusahaan besar di AS melakukan divisionalisasi dan desentralisasi atas tanggung jawab laba pada tingkat unit bisnis.

Manfaat Pusat Laba Menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para manajer yang paling dekat dengan titik keputusan

Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas. Manajer karena tunduk pada hanya sedikit batasan dari korporat, lebih bebas untuk menggunakan imajinasi dan inisiatifnya. Pusat laba memberikan tempat pelatihan yang sempurna bagi manajemen umum. Kesadaran laba (Profit Consciousness) dapat ditingkatkan karena para manajer yang bertanggungjawab atas laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak mengenai profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan. Karena keluaran (output) yang dihasilkan telah siap pakai, maka pusat laba sangat responsive terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja

kompetitifnya.

Kesulitan dengan Pusat Laba Selain manfaat yang diperoleh tadi, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa kesulitan : Pengambilan keputusan yang terdesentralisasi akan memaksa manajemen puncak untuk lebih mengandalkan laporan pengendalian manajemen dan bukan wawasan pribadinya atas suatu operasi, sehingga mengakibatkan hilangnya pengendalian.

Jika manajemen kantor pusat lebih mampu dan memiliki informasi yang lebih baik daripada manajer pusat laba pada umumnya, maka kualitas keputusan yang diambil pada tingkat unit akan berkurang. Perselisihan dapat meningkat karena adanya argument-argumen mengenai harga transfer yang sesuai, pengalokasian biaya umum (common cost) yang tepat, dan kredit untuk pendapatan yang sebelumnya dihasilkan secara bersama-sama oleh dua atau lebih unit bisnis. Unit-unit organisasi yang pernah bekerja sama sebagai unit fungsional akan saling berkompetisi satu sama lain. Peningkatan laba untuk satu manajer dapat berarti pengurangan laba bagi manajer yang lain. Dalam situasi seperti ini, seorang manajer dapat saja gagal untuk memberikan potensi penjualan ke unit lain yang lebih tepat untuk merealisasikannya; menimbun pegawai atau peralatan yang akan lebih baik, dari sudut pandang seluruh perusahaan, jika digunakan di unit lain; atau membuat keputusan produksi yang memiliki konsekuensi biaya yang tidak diinginkan bagi unit lain. Divisionalisasi dapat mengakibatkan biaya tambahan karena adanya tambahan manajemen, pegawai, dan pembukuan yang dibutuhkan, dan mungkin mengakibatkan duplikasi tugas di setiap pusat laba. Para manajer umum yang kompeten mungkin saja tidak ada dalam

organisasi fungsional karena tidak adanya kesempatan yang cukup bagi untuk mengembangkan kompetensi manajemen umum. Mungkin ada terlalu banyak tekanan atas profitabilitas jangka pendek dengan mengorbankan profitabilitas jangka panjang. Karena ingin melaporkan laba yang tinggi, manajer pusat laba dapat lalai melaksanakan penelitian dan pengembangan, program-program pelatihan, ataupun perawatan. Kecenderungan ini khususnya terjadi ketika frekuensi pergantian

manajer pusat laba relatif tinggi. Dalam situasi seperti ini, para manajer memiliki alasan yang tepat untuk percaya bahwa tindakan-tindakan yang mereka ambil tidak mempengaruhi profitabilitas sampai mereka pindah ke pekerjaan lain. Tidak ada sistem yang sangat memuaskan untuk memastikan bahwa optimalisasi laba dari masing-masing pusat laba akan mengoptimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.

Unit Bisnis sebagai Pusat Laba Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang bertanggungjawab atas unit tersebut memiliki kendali atas pengembangan produk, proses produksi, dan pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban sehingga dianggap bertanggungjawab atas laba bersih. Meskipun demikian, wewenang seorang manajer pusat laba dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang sebaiknya dicerminkan dalam desain dan operasi pusat laba. Batasan atas Wewenang Unit Bisnis Batasan dari Unit Bisnis Lain Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit bisnis lain. Sangatlah berguna untuk memikirkan pengelolaan suatu pusat laba dalam hal pengendalian atas tiga jenis keputusan: (1) keputusan produk, (2) keputusan pemasaran, dan (3) keputusan

perolehan(procurement) atau sourcing. Batasan dari Manajemen Korporat Batasan-batasan yang dikenakan oleh manajemen korporat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (1) batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategis,

(2) batasan yang timbul karena adanya keseragaman yang diperlukan, dan (3) batasan yang timbul dari nilai ekonomisasi sentralisasi.

Pusat Laba Lainnya Contoh-contoh pusat laba lainnya selain unit-unit bisnis, digambarkan di bawah ini. Unit-unit Fungsional Terkadang lebih mudah untuk membuat satu atau lebih unit fungsional misalnya aktivitas operasi pemasaran, manufaktur, dan jasa - sebagai pusat laba. Pemasaran Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk yang terjual. Manufaktur Salah satu cara untuk mengukur aktivitas organisasi manufaktur secara keseluruhan adalah dengan menjadikannya pusat laba dan memberikan nilai berdasarkan untuk harga jual produk dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran. Unit Pendukung dan Pelayanan Unit-unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik,

konsultan, layanan konsumen, dan aktivitas pendukung sejenis dapat dijadikan sebagai pusat laba. Organisasi Lainnya Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggungjawab atas pemasaran produk perusahaan di wilayah geografis tertentu seringkali menjadi

pusat laba secara alamiah. Meskipun para manjer cabang tidak memiliki tanggungjawab manufaktur atau pembelian, profitabilitasnya seringkali merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang paling baik. Lebih lanjut lagi, pengukuran laba merupakan suatu alat motivasi yang sempurna. Karena itu, toko-toko dalam rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan cepat saji (fast-food chain), dan hotel-hotel pada rantai hotel merupakan pusat-pusat laba.

Mengukur Profitabilitas Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas dalam mengevaluasi suatu pusat laba: 1. Pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil kerja para manajer. 2. Ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi. Jenis-jenis Ukuran Kinerja Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu, pendapatan yang tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead korporat, dialokasikan ke pusat laba). Meskipun demikian, kinerja manajer pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas: (1) Marjin Kontribusi Marjin kontribusi (contribution margin) menunjukkan rentang (spread) antara pendapatan dengan beban variable. (2) Laba Langsung Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba perusahaan. (3) Laba yang Dapat Dikendalikan Ukuran ini mempertimbangkan pengeluaran-pengeluaran pada tingkat tertentu.

(4) laba sebelum Pajak Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. (5) Laba Bersih Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih (net income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak.

Kesimpulan Pusat laba adalah suatu unit organisasi yang di dalamnya pendapatan dan beban diukur secara moneter. Batasan pada otonomi pusat laba mungkin ditimbulkan oleh unit-unit bisnis lain dan oleh manajemen korporat. Dalam kondisi tertentu, penilaian tetap harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, meskipun fungsi produksi dan pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba tersendiri. Mengukur laba dalam suatu pusat laba melibatkan penilaian berkaitan dengan bagaimana pendapatan dan pengeluaran diukur.

Anda mungkin juga menyukai