Anda di halaman 1dari 24

Manusia DalamPerspektif Islam 1.

Hakekat dan Martabat Dalam Islam Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, berbagai ayat dalam al-Qur'an menjelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia, yang kemudian semakin disempurnakan oleh Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah di muka bumi yang mengatur alam dan menaburkan potensi keselarasan, kemanfaatan, musyawarah dan kasih sayang ke penjuru alam serta memberdayakan seluruh ciptaanNya agar bermakna. Manusia diciptakan Allah Swt, yang berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Definisi Manusia Menurut al-Toumy al-Syaibani : 1. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi. 2. Manusia sebagai khalifah di muka bumi. 3. Insan makhluk sosial yang berbahasa. 4. Insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh 5. Insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan 6. Manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi. 7. Manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya. 8. Insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah. Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab. 1. Makhluk (yang diciptakan) Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56] Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia sehingga Allah tetap

menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]. 2. Mukhayyar (yang bebas memilih) Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29] 3. Majziy (yang mendapat balasan) Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14] Neraka merupakan balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]. Asal manusia secara esensial berasal mula dari Allah Taala, bersifat nur (cahaya), ruh (hidup) dan gaib (tidak tampak oleh mata kasar). Ia tidak dapat didefinisikan oleh kata-kata, huruf, bunyi ataupun sesuatu, melainkan hanya Dialah yang dapat mengetahui dan memahaminya. Sedangkan usul dari manusia adalah berasal dari air dan tanah. Atau dengan kata lain, jika seorang manusia ditinjau dari asal usulnya berarti ia bersifat jasmaniyah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling indah, paling tinggi, paling mulia dan paling sempurna, dengan demikian tidak ada makhluk lain di alam ini yang menyamai keberadaan manusia. Kesempurnaan manusia sebagai makhluk Tuhan berpangkal dari manusia itu sendiri yang memang sempurna dari segi fisik, mental, kemampuan dan karya-karyanya. Bisa jadi manusia dan binatang keduanya mempunyai indera seperti mata, telinga dan lidah, namun yang menjadi tanda kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mampu berbicara untuk menjelaskan, mendengar untuk menyadari dan mengerti, melihat untuk dapat membedakan dan mendapatkan petunjuk. Jika kemampuan-kemampuan ini hilang dari manusia, maka hilanglah

kemanusiaannya dan derajatnya turun sama dengan binatang.

Seorang manusia dan seekor burung sama-sama mempunyai mata, tetapi mata manusia memiliki makna yang lebih luas, lebih kompleks dan lebih komplit. Fungsi mata burung pada dasarnya hanya untuk melihat benda-benda di sekitarnya dalam radius yang amat terbatas, tetapi mata manusia selain untuk melihat benda-benda di sekitarnya, juga mempunyai fungsi-fungsi lain yang apabila dikombinasikan dengan usaha-usaha yang maksimal akan menghasilkan karya yang luar biasa dalam bidang ilmu dan teknologi. Demikianlah, segala kelengkapan dan piranti manusia seperti panca indera, otak, bahkan rambut, kulit dan kuku dan sebagainya yang melekat pada diri manusia mempunyai makna yang jauh melebihi apa yang dimiliki binatang. Belum lagi kelengkapan fungsi mental manusia dengan berbagai kemampuannya seperti mencipta, berpikir, berintrospeksi dan sebagainya. Tentu saja aspek mental ini tidak dapat dipisahkan dengan aspek fisiknya, keduanya mesti berada dalam satu kesatuan yang membentuk diri manusia hidup dan berkembang. Dalam pandangan Islam, manusia selalu dikaitkan dengan kisah tersendiri. Di dalamnya manusia tidak hanya digambarkan sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki dan pandai berbicara, lebih dari itu menurut al-Quran manusia lebih luhur darn gaib dari apa yang didefinisikan oleh kata-kata tersebut. Dalam al-Qur'an manusia disebut sebagai makhluk yang amat terpuji dan disebut pula sebagai makhluk yang amat tercela. Hal itu ditegaskan dalam berbagai ayat, bahkan ada pula yang ditegaskan dalam satu ayat. Akan tetapi itu tidak berarti manusia dipuji dan dicela dalam waktu yang bersamaan, melainkan berarti bahwa dengan fitrah yang telah dipersiapkan baginya manusia dapat menjadi makhluk yang sempurna dan dapat pula menjadi makhluk yang serba kurang. Manusia berkali-kali diangkat derajatnya, berulangkali pula direndahkan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam sorga, bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga merosot menjadi yang

rendah dari segala yang rendah. Oleh karena itu makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri. Keberadaan manusia semakin sempurna ketika Allah mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia dibebani amanat untuk memakmurkan bumi ini ketika amanat itu ditolak oleh makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Manusia menerima amanat itu karena fitrahnya yang sanggup menerima beban amanat dan memikulnya, fitrah inilah yang menjadi tanda keistimewaan dan kelebihan manusia dibandingkan makhluk-makhluk yang lain.

2. Kelebihan Manusia dibanding makhluk lainnya Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70. Diantara karakteristik manusia adalah : 1. Aspek Kreasi 2. Aspek Ilmu 3. Aspek Kehendak 4. Pengarahan Akhlak Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia selama mereka memanfaatkan secara optimal tiga keistimewaan/ kelebihan yang mereka miliki yakni, Spiritual, Emotional dan Intellectual dalam diri mereka sesuai misi dan visi penciptaan mereka. Namun, apabila terjadi penyimpangan misi dan visi hidup, mereka akan menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari binatang

dan Iblis bilamana mereka kehilangan kontrol atas ketiga keistimewaan yang mereka miliki. Penyimpangan misi dan visi hidup akan menyebabkan derajat manusia jatuh di mata Tuhan Pencipta dan di dunia, pola hidup mereka lebih buruk dari pada binatang dan Iblis. Allah menjelaskan dalam firman-Nya Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergukan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orangorang yang lalai. (Q.S. Al-Araf : 179). Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah : 1. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Quran. 2. Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah. 3. Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35) Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

Pandangan Islam tentang Hakekat Manusia Dalam Islam, hakekat manusia adalah perpaduan antara badan dan ruh. Keduanya masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri dan tidak saling bergantung satu sama lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa kedua substansi tersebut adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk, maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dari ayat al-Quran surat Al-Mukminun : 12 14 yang menggambarkan sebuah proses kejadian manusia, yang aartinya : Dan sesungguhnya kami ciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami jadikan dari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat simpanan yang teguh (rahim). Kemudian dari air mani itu Kami ciptakan segumpal darah lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu Kami ciptakan tulang belulang. Kemudian tulang belulang itu kamu tutup (balut) dengan daging. Sesudah itu Kami jadikan dia makhluk yang baru yakni manusia sempurna. Maka Maha Berkat (suci Allah) pencipta yang laing baik. ( AlMukminun : 12 14). Kemudian Nabi Muhammad SAW., mengulas ayat suci tersebut dengan sabdanya : Bahwasanya seseorang kamu dihimpun kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari, kemudian merupakan alaqah (segumpal darah) seumpama demikian (selama 40 hari), kemudian mudgatan (segumpal daging) seumpama demikian (selama 40 hari). Kemudian Allah mengutus seorang Malaikat maka diperintahkan kepadanya (Malaikat) empat perkataan dan dikatakan kepada Malaikat engkau tulislah amalannya, dan rezekinya dan ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudian ditiupkan kepada makhluk itu ruh... (H.R. Bukhari). Dari al-Quran dan al-Hadits tersebut di atas, jelaslah bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia, tidak ada bedanya dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Semuanya berproses menurut hukum-ukum alam yang material. Hanya saja pada kejadian manusia, sebelum makhluk yang dinamakan manusia itu lahir dari rahim ibunya, Tuhan telah meniupkan ruh ciptaan-Nya ke dalam tubuh manusia.

Ruh yang berasal dari Tuhan itulah yang dinamakan hakekat manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan, karaena Tuhan tidak meniupkan ruh pada hewan. Hakekat manusia secara umum dijelaskan oleh ayat al-Quran yang pertama sekali turun, yang artinya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. Menurut Prof. DR. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syabanya,4 terdapat beberapa prinsip yang menjadi dasar pandangan Islam terhadap manusia dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam. Prinsip Pertama. Keyakinan bahwa manusia adalah makhluk termulia di dalam jagat ini. Dalam hal ini Allah telah memberikan karunia-Nya berupa keutamaan yang membedakannya dengan makhluk lain. Dengan karunia tersebut. Manusia berhak mendapat penghormatan dari makhluk-makhluk lain. Seperti yang difirmankan-Nya dalam al-Quran surat An-Nahl : 14 yang artinya : Dan Dialah Allah yang menudukkan lautan (untukmu) agar dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan) dan kamu mengeluarkan dari laut dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl : 14). Prinsip kedua, kepercayaan akan kemuliaan dan keutamaan manusia. Manusia diberikan keutmaan lebih daripada makhluk lainnya. Manusia dilantik menjadi khalifah di bumi untuk memakmurkan bumi ini. Untuk itu, dibebankan kepada manusia amanah attaklif dan diberikan pula kebebasan dan tanggung jawab memiliki serta memelihara nilai-nilai keutamaan. Keutamaan yang diberikan karena bangsanya, bukan juga karena warna, kecantikan, perawakan, harta, daerajat, jenis profesi, kasta sosial, dan ekonominya, melainkan sematamata karena iman, taqwa, akhlak, ketinggian akal dan amalnya. Selain itu karena kesediaan manusia menmba ilmu pengetahuan yang berbagai jenis. Juga karena keahlian mencipta serta kemampuan melaksanakan kerja-kerja akal dalam berbagai bidang. Karena daya mencipta nama dan istilah-istilah baru pada zamannya. Karena kemampuan menguasai naluri dan nafsu. Manusia mampu membantu dan berkreasi. Karena manusia sanggup memikul tanggung jawab

diri dan masyarakat. Karena ia dapat menggunakan pengetahuannya serta kepandaiannya, manusia dapat meningkatkan akhlak serta kelompok sosialnya. Secara singkat, manusia diberikan status demikian dikarenakan ciri dan sifat utama yang dikaruniakan Allah kepadanya, ciri-ciri tersebut tidak diberikan kepada makhlukmakhluk lain. Karunia tersebut berupa penciptaan-Nya

sebaikbaiknya dan seindah ciptaan. Malaikatpun diperintahkan sujud dan menghormatinya. Manusia dijadikan khalifah di bumi dengan tugas

memakmurkannya. Manusia dibebankan dengan tanggung jawab, diberikan kebebasan memilih, dan merekam alam walaupun kondisi fisik yang relatif kecil dan tenaganya terbatas jika dibandingkan dengan langit, bumi, dan gununggunung yang enggan memikul amanah itu. Apapun yang diciptakan oleh Allah adalah untuk manusia. Prinsip Ketiga, kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang berbahasa, dapat menggunakan bahasa sebagai media berpikir dan berhubungan. Manusia mampu mencipta istilah dan menamakan sesuatu untuk dikenal. Ia mampu berpikir wajar, dapat menjadikan alam sebagai objek pengamatan, dan arena tempat menimbulkan perubahan yang diinginkan. Manusia dapat mempelajari ilmu pengetahuan, kemahiran, dan kecenderungan baru. Ia bisa beriman kepada yang ghaib, membedakan antara yang baik dan buruk, serta dapat menahan nafsu syahwatnya yang liar. Ia bisa menembus realitas untuk mencapai cita-citanya yang ideal. Ia mampu membina hubungan sosial dengan orang lain; hidup bermasyarakat, menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang bermacammacam tingkatannya. Ia berdaya untuk bekerja, memproduksi, membina peradaban, dan menempa kemajuan. Ia pula dapat menyingkapkan rahasia fenomena alam dan membentuk fenomena tersebut sesuai dengan idealismenya. Lebih jauh lagi ia bisa menguasai sumber kekuasaan alam. Prinsip keempat, kepercayaan bahwa manusia memiliki tiga dimensi yaitu badan, akal, dan ruh. Kepercayaan bahwa manusia memiliki tiga dimensi seperti segi tiga yang sama panjang sisi-sisinya. Ini adalah dimensi pokok dalam kepribadian manusia. Kemajuan, kebahagiaan dan kesempurnaan kepribadian

manusia banyak bergantung kepada kekselarasan dan keharmonisan antara ketiga dimensi pokok tersebut. Sebagai agama fitrah, agama yang seimbang dan moderat dalam aerba-serbi, Islam tidaklah hanya mengakui saja wujud tiga dimensi pokok tersebut dalam watak manusia, melainkan Islam bertindak meneguhkan dan memantapkan lagi bentuk wujudnya. Karena manusia menurut Islam bukan hanya institusi tubuhnya, atau hanya akal atau hanya ruh tetapi keseluruhan semua yang setiap unsurnya Saling melengkapi. Islam tidak dapat menerima materialisme yang tersisih dari ruh, atau sebaliknya spiritualisme yang terpisah dari materi. Prinsip Kelima, kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh oleh faktor-faktor warisan dan alam lingkungannya. Meyakini bahwa manusia dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan. Dua faktor tersebut mempengaruhi dan berinteraksi dengan manusia sejak manuisa masih merupakan embrio hingga akhir hayatnya. Meskipun tingkat dan kadar pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap masing-masing manusia berbedabeda. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan manusia yang menjadi lahan dan beragam bentuk kegiatannya. Dan yang dimaksud dengan keturunan di sini adalah ciri dan sifat yang diwarisi dari keturunannya dengan kadar yang berlainan. Meskipun demikian, betapapun faktor keturunan bukanlah merupakan sesuatu yang kaku hingga tidak bisa dipengaruhi. Bahkan terdapat kemungkinan bahwa faktor keturunan ini dapat dilenturkan sampai batas tertentu. Prinsip Keenam, kepercayaan bahwa manusia memiliki motivasi dan kebutuhan. Bahwa sebagai makhluk berakal, manusia mempunyai kecenderungan, memotivasi, dan kebutuhan baik yang diwarisi maupun yang diperoleh melalui interaksi sosialnya. Salah satu ciri manusia adalah daya kontrol. Kontrol itulah yang menghindarkan diri manusia dari penyelewengan oleh dorongan jiwanya. Daya kontrol inilah yang menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Meskipun daya kontrol manusia tersebut sudah ada dengan sendirinya akan tetapi hal itu tidak akan berkembang sendiri tanpa adanya pengaruh luar. Telah menjadi ketentuan Allah bahwa manusia mendidik dan mengasuh anaknya untuk

menumbuhkan daya kendalinya (kontrol). Islam mengakui seluruh unsur dan ciriciri yang dikandung oleh kepribadian manusia, tiap unsur dan ciri itu punya peranannya tertentu. Allah membekali semuanya itu bagi manusia agar dapat hidup, memelihara diri dan keturunannya di bumi, di samping memakmurkan alam yang telah diserahkan Allah kepadanya. Prinsip Ketujuh, kepercayaan akan adanya perbedaan antar manusia. Menyadari bahwa manusia; meskipun dalam beberapa ciri dan sifat terdapat persamaan karena hubungan kemanusiaan, memiliki perbedaan dalam banyak hal. Hal ini lebih dikarenakan faktor keturunan dan lingkungan yang mempengaruhi. Manusia berbeda dengan dalam tenaga, perawakan, kesediaan, sikap, dorongan, tujuan, dan jalan-jalan yang dilaluinya untuk mencapai tujuan. Perbedaanperbedaan itulah yang dinamakan perbedaan perseorangan. Jika dinalisis lebih jauh, maka sesungguhnya manusia terdiri dari tiga anasir yang saling terkait, yaitu akal, hati, dan emosi. Jika manusia mampu mengekplorasi ketiganya dengan benar, maka manusia tersebut akan mendapatkan keluasan wacana, keluasan cakrawala, dan kekayaan hati. Karena akal membawa manusia pada pemecahan rahasia-rahasia alam. Teras dan emosi ini ialah iman kepada Allah SWT. Akal manusia secara alamiah akan membawa pada satu titik keimanan di mana keimanan merupakan suatu keharusan. Iman memberikan interpretasi tentang peraturan yang harmonis yang dapat disaksikan dalam alam semesta. Iman merupakan keseimbangan wujud yang amat menakjubkan. Persoalan keimanan masih merupakan misteri dan tanda tanya besar bagi keterbatasan akal manusia. Dan emosi merupakan bagian yang penting lainnya dari aspek emosi keagamaan ini. Dengan emosi, manusia akan dibawa pada keadaan untuk memenangkan kebenaran tersebut. Inti dari semangat dan intuisi ini adalah cinta kebaikan, rasa kasih sayang, dan bertujuan membahagiakan seluruh umat manusia. Prinsip Kedelapan, kepercayaan bahwa manusia memiliki keluwesan dan selalu berubah. Meyakini bahwa sifat manusia ialah luwes, lentur (fleksibel), dapat dilenturkan, dibentuk, dan diubah. Ia mampu untuk menguasai ilmu pengetahuan, beradaptasi dengan adat-adat, nilai, tendensi, atau aliran baru. Atau

sebaliknya, ia dapat meninggalkan adat , nilai, dan aliran lama dengan cara interaksi sosial baik dengan lingkungan yang bersifat alam maupun kebudayaan. Jadi jelaslah, bahwa perbedaan manusia dan hewan bukan hanya pada derajat komplikasinya tetapi juga terletak pada perbedaan jenis. Meskipun pada proses perkembangan dan pertumbuhan antara manusia dan hewan tidak berbeda. Hanya, ketka manusia akan dilahirkan, Tuhan telah meniupkan ruh ciptaan-Nya. Dijadikan manusia oleh Allah sebagai khalifah. Khalifah berarti kuasa atau wakil. Dengan demikian pada hakekatnya manusia adalah kuasa atau wakil Allah di bumi. Dan di dalam diri manusia terdapat unsur-unsur ketuhanan, karena dalam proses penciptaannya telah ditiupkan ruh dari Tuhan. Unsur-unsur ketuhanan itulah yang membawa manusia pada perbuatan-perbuatan untuk merealisasikan potensi-potensi yang ada ke dalam tingkah laku keseharian dan perbuatan nyata. Makhluk Multidimensi Manusia merupakan mahluk multidimensi. Selain diberi akal untuk berpikir, juga memiliki emosi. Perpaduam antara rasionalitas dan emosional menjadikan manusia sebagai mahluk unik. Manusia memiliki banyak kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, namun manusia berbeda sekali dengan mereka. Manusia adalah makhluk material maupun spiritual.

3.4.Beberapa Tanggung Jawab Manusia di dunia dan akhirat 4.1 Tanggung jawab manusia sebagai hamba allah

Tanggung jawab manusia terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah). Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Quran dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka). Allah dengan ajaranNya Al-Quran menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kemungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, hamba Allah harus senantiasa melaksanakan sholat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaaiwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat maruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

4.2 Tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.. Khalifah berarti wakil atau

pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokumhukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Quran), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah : Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang

paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Manusia diturunkan ke dunia ini bukannya tanpa peran. Manusia sesungguhnya mempunyai kedudukan dan tugas yang telah melekat padanya, yang terbawa sejak dia dilahirkan di muka bumi ini.

Kedudukan manusia yang pertama adalah sebagai Abdullah, yang artinya adalah sebagai hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang pada-Nya. Jika kita membangkang maka kita akan terkena konsekuensi yang sangat berat. Kita adalah hamba Allah, oleh karenanya setiap perilaku kita harus direstui oleh-Nya, harus menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya. Dengan kedudukan ini, maka Manusia mempunyai dua tugas, pertama, ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit maupun luas. Beribadah dalam arti sempit artinya mengerjakan Ibadah secara ritual saja, seperti, Sholat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist. Dan tentunya dari makna ibadah dalam arti luas ini akan terpancarkan pribadi seorang muslim sejati dimana seorang muslim yang mengerjakan kelima rukun Islam maka akan bisa memberikan warna yang baik dalam bermuamalah dengan sesama manusia dan banyak memberikan manfaat selama bermuamalah itu. Disamping itu segala aktifitas yang kita lakukan baik itu aktifitas ibadah maupun aktifitas keseharian kita dimanapun berada di rumah, di kampus di jalan dan dimanapun haruslah hanya dengan niat yang baik dan lillahi ta'ala. Sekali lagi jika segala aktifitas bedasarkan niatnya karena Allah, dan dilakukan dengan peraturan yang Allah turunkan maka hal ini disebut sebagai ibadah yang sesungguhnya. Di dalam Adz Dzariyat 56: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah sama sekali tidak membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun semua orang di dunia ini menyembah-Nya, melakukan sujud pada-Nya, taat pada-Nya, tidaklah hal tersebut semakin menyebabkan meningkatnya kekuasaan Allah. Demikian juga sebaliknya jika semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi sedikitpun kekuasaan Allah.

Jadi sebenarnya yang membutuhkan Allah ini adalah kita, yang tergantung kepada Allah ini adalah kita, yang seharusnya mengemis minta belas kasihan Allah ini adalah kita. Yang seharusnya menjadi hamba yang baik ini adalah kita. Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terimakasih kepada-Nya, atas nikmat yang diberikan-Nya, agar kita menjadi orang yang bertaqwa, Allah SWT berfirman: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa [2 : 21] Tugas kedua manusia adalah sebagai Kalifatullahi , kalifah Allah. Segala sesuatu yang ada di dunia ini telah ditaklukkan Allah bagi manusia, Hewan, tumbuhan, binatang, bumi dengan segala apa yang terpendam di dalamnya. Allah memberikan gambaran tentang diberikannya tugas khalifah ketika berdialog dengan malaikat, dalam Q.S 2:30: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.' Jika tugas manusia adalah sebagai seorang pemimpin, tentu ia harus dapat membangun dunia ini dengan sinergis, dapat melakukan perbaikan-perbaikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar sesama itu sendiri. Karakter sebagai seorang pemimpin ini tidak dengan serta merta tumbuh dengan sendirinya, hal ini harus dimulai dari tanggung jawab yang kecil mulai dari diri sendiri menuju lingkup yang agak luas sebagai pemimpin rumah tanggga, kemudian menuju yang lebih luas lagi pada sebuah komunitas masyarakat yang dipimpinnya, hingga akhirnya menuju tanggung jawab dalam lingkup yang lebih luas lagi. Semestinya kita melakukan instropeksi kedalam diri kita, apakah saat kita mendapatkan tanggung jawab sebagai pimpinan apapun, kita telah menjalankan amanat yang diberikan itu dengan sebaik-baiknya atau belum. Oleh karena itu diri kita perlu selalu diasah untuk lebih peka lagi, lebih peduli lagi

terhadap lingkungan sekitar kita dalam membantu sesama, bersinergi dalam segala aktifitas, peka dan ringan tangan dalam membantu orang lain baik yang kita pimpin maupun saat kita berada dalam posisi dipimpin oleh orang lain. Seorang pemimpin dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, kemampuan untuk mengolah dan mengeksplorasi alam, maka sebenarnya ia tak boleh semena-mena terhadap alam dan sesama manusia yang dipimpinnya, ia harus mengelolanya dengan baik dan harus amanah dan memberikan suri tauladan yang baik. Kepemimpinan manusia ini sebenarnya merupakan bagian dari ujian Allah, yang barangsiapa dapat melakukannya dengan baik, maka luluslah ia. "Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian [yang lain] beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." [6:165] Lalu manusia ada yang menyadari tentang misi kenapa ia harus berada di dunia, lalu ia memanfaatkan fungsi kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya, akan tetapi tidak sedikit pula yang akhirnya ingkar dan tidak mau menyadari untuk apa ia di turunkan di dunia ini, hingga akhirnya kerugianlah

yang akan didapatkannya "Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang-siapa yang kafir, maka [akibat] kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka." [35:39].

Akan tetapi jika fungsi kekalifahan di bumi yang diberikan Allah dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka begitu besar keberuntungan yang akan diperolehnya, sebagaimana yang dilakukan nabi Saleh kepada umatnya "Dan kepada Tsamud [Kami utus] saudara mereka Shaleh. Shaeh berkata: 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi [tanah] dan menjadikan kamu pemakmurnya , karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,

Sesungguhnya Tuhanku amat dekat [rahmat-Nya] lagi memperkenankan [do'a hamba-Nya].' [11:61] Maka hendaknya kita berhati-hati, akan amanah yang telah diberikan Allah kepada kita, karena sebenarnya setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya masing-masing di sisi Allah

Empat Sifat Nabi dan Rasul


Para Nabi dan Rasul memiliki empat sifat wajib dan empat sifat mustahil, serta satu sifat jaiz. 1. Shiddiq artinya benar, mustahil ia kizibatau dusta. Artinya nabi dan rasul bersiafat benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatannya, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Dan Kami menganugrahkan kepada mereka sebagian rahmat Kami, dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi mulia. (QS. Maryam : 50). 2. Amanah (dapat dipercaya), mustahil khianat (curang). Artinya, para nabi dan rasul itu bersifat jujur dalam menerima ajaran Allah SWT, serta memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran Allah SWT. 3. Tabligh (menyampaikan wahyu kepada umatnya), mustahil kitman (menyembunyikan wahyu). Artinya para nabi dan rasul itu pasti menyampaikan seluruh ajaran Allah SWT sekalipun mengakibatkan jiwanya terancam. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Alkitab dan orang-orang yang ummi (buta huruf), sudahkah kamu masuk Islam? Jika mereka telah masuk Islam niscaya mereka mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah SWT). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imron : 20). 4. Fathonah (cerdas), mustahil jahlun (bodoh). Artinya para nabi dan rasul itu bijaksana dalam semua sikap, perkataan dan perbuatannya atas dasar

kecerdasannya. Dengan demikian mustahil mereka dapat dipengaruhi oleh orang lain. Satu sifat jaiz para nabi dan rasul, yaitu arodhul basyariyah, artinya mereka juga memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia pada umumnya seperti makan, minum, tidur, sakit dan lain sebagainya.

Kehidupan Setelah Mati (Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Akhirat)


Posted: Oktober 6, 2007 by dennyhendrata in Dakwah

117 Sumber : http://www.taushiyah-online.com (Tahapan Perjalanan Manusia Menuju Hari Kebangkitan di Akhirat) Setelah manusia mati akan mengalami tahapan sbb : 1.Alam Barzakh Para salaf bersepakat tentang kebenaran adzab Dan nikmat yang Ada di alam kubur (barzakh) . Nikmat tersebut merupakan nikmat yang hakiki, begitu pula adzabnya, bukan sekedar bayangan atau perasaan sebagaimana diklaim oleh kebanyakan ahli bidah. Pertanyaan (fitnah) kubur itu berlaku terhadap ruh Dan jasad manusia baik orang mukmin maupun kafir. Dalam sebuah hadits shahih disebutkan Rasulullah SAW selalu berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Rasulullah SAW menyebutkan sebagian dari pelaku maksiat yang akan mendapatkan adzab kubur, diantaranya mereka yang A. Suka mengadu domba B. Suka berbuat ghulul C. Berbuat kebohongan D. Membaca Al Quran tetapi tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Dan yang dilarang dalam AlQuran E. Melakukan zina F. Memakan riba G. Belum membayar hutang setelah mati (orang yang berhutang akan tertahan tidak masuk surga karena hutangnya) H. Tidak bersuci setelah buang air kecil, shg masih bernajis Adapun yang dapat menyelamatkan seseorang dari siksa kubur adalah Shalat wajib, shaum, zakat, Dan perbuatan baik berupa kejujuran, menyambung

Silaturahim, segala perbuatan yang maruf Dan berbuat baik kepada manusia , juga berlindung kepada Allah SWT dari adzab kubur. 2. Peniupan Sangkakala

Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia Dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, spt dijelaskan pada Al Quran : Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit Dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT( QS. Az Zumar :68 ). Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras Dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah I TU keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya. Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya : Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan Hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada Hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya Dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras (QS.Al Hajj:1-2). Sedangkan pada tiupan sangkakala yang kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh manusia ; Dan tiupan sangkakala (kedua), maka tibatiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rabb mereka.(QS. Yaa Siin : 51). Rasulullah SAW bersabda, Kemudian ditiuplah sangkakala, dimana tidak seorangpun tersisa kecuali semuanya akan dibinasakan. Lalu Allah SWT menurunkan hujan seperti embun atau bayang-bayang, lalu tumbuhlah jasad manusia.Kemudian sangkakala yang kedua ditiup kembali, Dan manusia pun bermunculan (bangkit) Dan berdiri.(HR. Muslim). 3.Hari Berbangkit Pada Hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakannya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al Mujadilah : 6).

4.Padang Mahsyar (Yaitu) pada Hari (ketika ) bumi diganti dengan bumi yang lain Dan (demikian pula) langit Dan mereka semuanya di padang Mahsyar berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.(QS. Ibrahim:48). Hasr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada Hari kiamat untuk dihisap Dan diambil keputusannaya. Lamanya di Padang Mahsyar adalah satu Hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia. Allah berfirman: Malaikat-malaikat Dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.(QS. Al Maarij:4). Karena amat lamanya Hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja. Dan (ingatlah) akan Hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di Hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang Hari. (QS.Yunus:45). Dan pada Hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat saja (QS. ArRuum:55). Adapun orang yang beriman merasakan lama pada Hari itu seperti waktu antara dhuhur Dan ashar saja. Subhanallah. Keadaan orang kafir saat itu sebagaimana firman-Nya.Orang kafir ingin seandainya IA dapat menebus dirinya dari adzab Hari itu dengan anak-anaknya, dengan istri serta saudaranya, Dan kaum familinya yang melindunginya ketika di dunia, Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya.(QS.AlMaarij:11-14). 5. Syafaat Syafaat ini khusus hanya untuk umat Muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir Dan munafik, maka tidak Ada syafaat bagi mereka. Syafaat ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat Muslim (dengan izin dari Allah SWT). 6. Hisab Pada tahap (fase) ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan atau kekafiran. Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka. Dan kamu lihat tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya . Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Jatsiah:28).

Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW, kita umat yang terakhir tapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah Shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah. Allah SWT mengatakan kepada orang kafir : Dan kamu tidak melakukan suatu pekerjaan melainkan Kami menjadi saksi atasmu diwaktu kamu melakukannya.(QS. Yunus:61). Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi. Allah bertanya kepada hamba-Nya tentang apa yang telah ia kerjakan di dunia : Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang akan mereke kerjakan dahulu.(Al Hijr:92-93). Seorang hamba akan ditanya tentang hal : umurnya, masa mudanya, hartanya dan amalnya dan akan ditanya tentang nikmat yang ia nikmati. 7. Pembagian catatan amal Pada detik-detik terakhir hari perhitungan , setiap hamba akan diberi kitab (amal) nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia. Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, spt pada firman Allah berikut ini: Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : celakalah aku, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka),(QS. Al Insyiqaq:8-12) . Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.Telah hilang kekuasaanku dariku (Allah berfirman): Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala.(QS. Al Haqqah:25 31). 8. Mizan Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman : Dan kami akan memasang timbangan yang

tepat pada hari kiamat, maka tiadalah seorang dirugikan walau sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya.Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.(QS. Al Anbiya:47) Setelah tahapan Mizan ini, bagi yang kafir, dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu Telaga 9. Telaga Umat Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tsb. Barang siapa minum dari telaga tsb maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung dan lebih luas dari yang lain, sebagaimana sabdanya : Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak (HR. Bukhari Muslim). Setelah Telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap Ujian Keimanan Seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap Mizan, seperti dijelaskan di atas). 10.Ujian Keimanan Seseorang Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya.Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka. Allah SWT berfirman,Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman:Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu.Dikatakan (kepada mereka):Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu.Di sebelah dalamnya ada rahmat da di sebelah luarnya dari situ ada siksa.(QS.Al hadid:13). Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap Ujian Keimanan Seseorang ini, akan melalui Shirat.

11. Shirat Shirath adalah jmbatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju Jannah (Surga). Beberapa Hadits tentang Shirath Sesungguhnya rasulullah SAW pernah ditanya tentang Shirath, maka beliau berkata : Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon Sudan.(HR. Muslim) Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. (HR. Muslim) Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam. (HR. Bukhari Muslim) Yang paling pertama menyebarangi shirath adalah Nabi Muhammad SAW dan para pemimpin umat beliau.Beliau bersabda : Aku dan umatku yang paling pertama yang diperbolehkan melewati shirath dan ketika itu tidak ada seorangpun yang bicara, kecuali Rasul Dan Rasul berdoa ya Allah selamatkanlah, selamatkanlah.(HRBukhari). Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya jembatan 12. Jembatan Jembatan disini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam. Rasulullah SAW bersabda : Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara Jannah(surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk Jannah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia.(HR. Bukhari). Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk Surga.

Kesimpulan : Setelah penjelasan di atas tinggal kita menunggu, apa yang akan kita alami di hari akhir nanti, tentunya sesuai dengan apa yang kita lakukan di dunia ini. Semoga Alah SWT memberi kekuatan dan selalu membimbing kita untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sehingga dapat mencapai surga-Nya dan dijauhkan dari siksa neraka-Mu ya Allah.karena kami sangat takut akan siksa neraka-Mu ya Allah
Sumber : 1. Hidup Sesudah Mati edisi terjemah oleh Syaikh Jasim Muhammad Al Muthawwi 2. Al Yaum Al Akhir, Juz I,II,III oleh Dr. umar Sulaiman Al Asyqar 3. Syarah Lumatul Itiqad Al hadi Ila Sabilir Rasyad oleh Syaikh Utsaimin 4. Tahdzib Syarah Ath thahawiyah oleh Ibnu Abil Izz Al Hanafi 5. Tadzkirah, Imam Qurthubi 6. At Takhwif Minan Naar oleh Ibnu rajab Al Hambali 7. Hadiul Arwah Ila Biladil Afrah, Ibnu Qayyim Al Jauziyah 8. Nihayatul Bidayah wan Nihayah oleh Al hafidz Ibnu Katsir 9. Ahwalun Naar oleh Muhammad Ali Al Kulaib. Sumber : http://www.taushiyah-online.com

Anda mungkin juga menyukai