0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
663 tayangan5 halaman
Dalam tiga tahun terakhir ini, industri alat berat di dalam negeri tumbuh cukup mengesankan. Hal ini tercermin dari pesatnya pertumbuhan sektor industri yang menggunakan alat berat seperti industri pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan konstruksi. Belakangan, Pemerintah melalui MP3EI mulai gencar membangun proyek-proyek infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia. Pertumbuhan keempat sektor itu ikut mendorong tingginya permintaan akan alat berat.
Dengan demikian produsen utama alat berat di dalam negeri PT Komatsu, PT Caterpilar, PT Hitachi Constrution Machinery Indonesia, dan PT Sumitomo Construction Machinery Indonesia menggenjot terus produksinya. Bahkan sejak 2010, hampir semua agen tunggal dan distributor alat berat di Indonesia berhasil meningkatkan penjualannya. Yang paling spektakuler adalah PT United Tractors, anak usaha Astra Group ini pada 2011 berhasil menjual 8.467 unit atau menguasai pangsa pasar 42,4% dibanding 2009 yang hanya 3.111 unit. Sementara itu, PT Hexindo Adiperkasa meraih kontrak penjualan alat berat senilai US$200 juta dari beberapa perusahaan tambang dan perkebunan, sedangkan PT Intraco Penta telah menggandeng perusahaan terkemuka China yaitu Shinotruck. Langkah ini menjadikan INTA sebagai total provider solution dalam bisnis alat berat. Bahkan Caterpilar Inc, produsen alat berat Amerika Serikat akan melipatgandakan kapasitasnya menjadi 2400 unit per tahun.
Tingginya permintaan alat berat di dalam negeri, ternyata menarik minat investor asal China dan Korea Selatan. Sany Group melalui Sany Heavy industri Co, Ltd. (China) menggandeng PT Jimac Perkasa akan mendirikan pabrik alat berat senilai Rp1,72 triliun. Sany Group akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi alat berat untuk memenuhi pasar Asean, Jepang dan Austrlia. Sebelumnya, Sumitomo Construction Machinery, pabrik perakitan excavator sudah beroperasi sejak September 2011. Bahkan, pada 2013 produsen alat berat merek “Sumitomo” ini akan menambah kapasitasnya dari 1.000 menjadi 2.000 unit per tahun.
Belakangan, naiknya permintaan alat berat dipicu oleh berkembangnya tambang kecil, sehingga pasar alat berat mulai bergeser. Sebelumnya pemakai korporat menguasai pasar lebih dari 80%, kini perannya mulai turun menjadi sekitar 60-70%. Sementara perusahaan rental juga mulai berkembang dari rental skala besar sampai skala kecil dan menengah. Sektor pertambangan masih merupakan pemakai terbesar. Pada 2011, segmen ini menyerap sekitar 61% atau sebanyak 12.186 unit. Diikuti sektor perkebunan 3.796 unit (19,0%), konstruksi 2.197 unit (11,0%), dan kehutanan 1.798 unit (9,0%)
Kondisi ini mendorong tingginya permintaan alat berat. Diperkirakan, permintaan alat berat dalam periode lima tahun ini (2012-2016) akan terus meningkat dari 19.596 unit menjadi 27.435 unit. Permintaan didominasi terutama oleh jenis excavator. Pada 2012, permintaan excavator diproyeksikan mencapai 11.424 unit, bulldozer (3.880 unit), dan dumptruck (2.333 unit). Kemudian meningkat menjadi masing-masing 15.995 unit, 5.432 unit, dan 3.264 unit pada 2016.
Judul Asli
PELUANG KINERJA INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA, 2012
Dalam tiga tahun terakhir ini, industri alat berat di dalam negeri tumbuh cukup mengesankan. Hal ini tercermin dari pesatnya pertumbuhan sektor industri yang menggunakan alat berat seperti i…