Anda di halaman 1dari 1

MedanBisnis

NASIONAL
MedanBisnis Yogyakarta
Pola pendidikan anak usia dini masih terfokus pada upaya untuk menumbuhkan kecerdasan kognitif, sehingga nilai-nilai Pancasila diajarkan dengan setengah hati dan tanpa keteladanan, kata peneliti Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Surono. "Penanaman nilai-nilai Pancasila masih dalam tataran kognisi belum sepenuhnya mampu menyentuh tingkatan afeksi maupun psikomotorik. Hal itu menunjukkan telah terjadi inkosistensi dalam proses internalisasi nilai-nilai Pancasila pada anakanak," katanya di Yogyakarta, Sabtu akhir pekan lalu. Menurut dia, berdasarkan penelitiannya, hal itu dipengaruhi banyak faktor, di antaranya adalah faktor kualitas sumber daya manusia yang dalam hal ini tenaga pengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, para pengajar cenderung bertindak sesuka hati, asal memenuhi kewajiban saja. "Hal itu memang tidak dapat disalahkan, karena mereka hanya diberi honor Rp5.000 sekali datang. Namun, yang menjadi persoalan berikutnya adalah untuk urusan pembangunan karakter bangsa hanya dihargai Rp5.000," katanya. Dia mengatakan, satu kasus ditemukan pada sebuah lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) nonformal yang sedang melakukan upaya internalisasi nilai-nilai religiusitas. Ketika salah seorang guru PAUD memimpin doa, pada saat yang bersamaan, guru-guru yang lain justru sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. "Hal seperti itu jelas sekali menunjukkan sebuah kontradiksi. Pada satu sisi, para guru ingin menanamkan nilai-nilai religiusitas,

Senin, 6 Februari 2012

XII

Eksponen 66 Coba Kuak Pertempuran Sipirok


orang gerilyawan bukan pasukan resmi Indonesia. Pertempuran menurut catatan yang ditelusuri Indra, terjadi 23 Mei 1949 sementara di data yang ada di kuburan Spoor dia tercatat wafat 25 Mei 1949. "Dari kedekatan fakta sejarah itu, sangat jelas bukti Spoor tewas di tangan Mamang Pakpahan yang akhirnya diberi pangkat letnan satu oleh otoritas militer saat itu, Maludin Simbolon Panglima (Komandan) TT 1 Bukit Barisan. Indra melihat, Spoor yang jenderal bintang empat itu sengaja turun ke front Sipirok untuk menjaga kepentingan bisnis Belanda di kawasan Sumatera Timur. Dimana Sipirok merupakan basis serbuan gerilyawan dari Tapanuli. Dari sisi teritorial, Sipirok danggap Belanda sebagai benteng pertahanannya dari gerilyawan. Namun terpaksa menerima kenyataan pahit kehilangan seorang jenderal. Untuk memperkuat fakta sejarah tentang pertempuran Sipirok, di seminar yang akan digelar 16-18 Februari mendatang, akan menghadirkan Muhammad TWH, Ichwan Azhari. Wara Sinuhaji dan dia sendiri sebagai pemakalah. Bahkan akan hadir puluhan saksi sejarah, termasuk adiknya Mamang Pakpahan, Sofyan Pakpahan. Seperti dikatakannya di awal, tujuan seminar itu untuk mengklarifikasi sejarah. Selain itu juga bertujuan untuk memperkuat wacana dan kekuatan membangun museum juang di Sipirok. Khusus untuk Mamang yang dikatakan Indra, seperti "Che Guevara" dari Sipirok, bisa saja berkembang dalam seminar. "Bisa saja akan dikumpulkan data lebih dalam untuk menjadikannya sebagai seorang pahlawan nasional dari Sipirok," tandas Dharma Indra Siregar. z

Peneliti: Pancasila Diajarkan Tanpa Keteladanan


tetapi di sisi lain tidak ada `keteladanan` yang bisa memperkuat dan meyakinkan pada anak-anak bahwa berdoa itu adalah upaya meminta kepada Tuhan pencipta alam, sehingga harus dilakukan dengan khusyuk," katanya. Menurut dia, anak-anak diajarkan agar bersikap baik dan khusyuk dalam berdoa, tetapi para guru dan pegawai lembaga PAUD justru menunjukkan sikap sebaliknya. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah diimbau agar lebih serius menghidupkan PAUD nonformal, karena lembaga tersebut memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembentukan karakter Bangsa Indonesia. Hal itu penting karena di lembaga tersebut para anak dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya berkumpul. "Posisi PAUD dalam upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila sangat strategis. Apalagi dengan melihat data dari Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini 2009, selama tujuh tahun terakhir perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD di Indonesia mencapai 15,3 juta atau 53,6 persen," katanya. Dia juga mengatakan, ke depan perlu adanya evaluasi kritis terhadap visi, misi, dan pilar kebijakan PAUD di Indonesia agar jenjang PAUD bisa mencapai tujuan pendidikan nasional. "Selain itu juga perlu mendesain PAUD sebagai fondasi pendidikan untuk semua, melakukan penambahan materi yang berkaitan dengan nilai-nilai kepancasilaan dan kebangsaan, dan meningkatkan kualitas dan penyamaan persepsi sumber daya manusia PAUD," katanya. z ant

SEMINAR

Dharma Indra Siregar, seorang tokoh eksponen 66, selalu ketua panitia seminar nasional tentang pertempuran di Sipirok tahu 1949 silam, berpose bersama Muhammad TWH dan Sofyan Pakpahan, adik dari Mamang Pakpahan,seorang gerilyawan yang tewas dalam pertempuran Sipirok tersebut. rizanul

MedanBisnis Medan Sejarah terkadang perlu dikaji ulang dan diluruskan sesuai dengan fungsinya, yakni sejarah. Hal itu menurut Dharma Indra Siregar, seorang tokoh eksponen 66 mengingat tidak jarang sejarah dilarikan demi kepentingan politik penguasa. Untuk itu dia selaku ketua panitia seminar nasional tentang pertempuran di Sipirok tahun 1949 silam, merasa perlu menguak sejumput sejarah anak bangsa.
Hal itu dikatakan Indra kepada wartawan di Medan, Sabtu lalu, dalam rangka mempersiapkan seminar tersebut. Ada hal penting yang terlupakan pada pertempuran tersebut, sehingga dari beberapa buku yang ada, terjadi perbedaan tafsir dan data. "Padahal di sana terjadi sebuah sejarah," ujar Indra yang didampingi Gandi Parapat, seorang tokoh muda Sumatera Utara. Pada pertempuran tersebut, menurut Indra, sampai menewaskan seorang jenderal besar Belanda, yaitu Simon H Spoor. Jenderal tersebut tewas di Tor Simago-mago, Aek Mandiri. Menariknya, jenderal itu tewas bukan di tangan seorang prajurit profesional. Dia tewas di tangan seorang gerilyawan bernama Sahala Muda Pakpahan alias Mamang Pakpahan. Pemuda 23 tahun itu ikut dalam pertempuran yang menurut Indra memiliki arti penting bagi Belanda, sebab sampai menurunkan seorang jenderal. Namun, dijelaskan Indra, dalam catatan sejarah yang ada, nama Mamang Pakpahan, yang akhirnya tewas digorok Belanda tiga bulan setelah tewasnya sang jenderal, tak pernah muncul. Bahkan kematian jenderal Spoor yang tercatat wafat 25 Mei 1949 di Sipirok, pun digelapkan Belanda, karena malu, sebab Belanda malu karena sang jenderal tewas di tangan se-

791 Perawat Indonesia Studi ke Jepang


MedanBisnis Ambon
Sebanyak 791 tenaga perawat maupun caregiver asal Indonesia saat ini sedang mengikuti studi dan praktik lapangan di Jepang, 17 orang di antara mereka sudah dinyatakan lulus dalam ujian keperawatan nasional yang cukup sulit di negeri Sakura itu. "Sebagian dari para tenaga perawat ini sempat menjadi relawan untuk membantu menangani korban bencana dahsyat di wilayah timur Jepang 11 Maret 2011," kata Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yoshinori Katori, di Ambon, akhir pekan lalu. Kehadiran para perawat yang sudah cukup pandai dalam mempelajari dan menggunakan bahasa Jepang ini juga sangat mendapat sambutan hangat masyarakat setempat serta menyatakan terima kasih atas partisipasi mereka menjadi relawan ketika terjadi gempa tektonik di wilayah timur negara itu. Selain bidang kesehatan, Jepang juga memiliki ikatan yang kuat dengan Indonesia di bidang pendidikan dan kebudayaan. Menurut Dubes Yoshinori, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang saat ini sebanyak 2.162 orang sesuai data 1 Mei 2011 dan sekitar 60 persen dari mereka memilih bidang sains, sementara jumlah mahasiswa tahun 1997 hanya mencapi 1.070 orang. "Kami akan berusaha meningkatkan jumlah mahasiswa asal Indonesia untuk belajar ke Jepang, sebab menurut rangking asal negara mahasiswa di sana, Indonesia hanya menduduki rangking ke delapan dan untuk negara tingkat ASEAN hanya masuk peringkat empat untuk jumlah mahasiswanya," kata Dubes. Untuk jumlah orang yang belajar program Bahasa Jepang di Indonesia sebanyak 720 ribu orang dan menempati peringkat ketiga dunia, dan itu artinya dari lima orang yang yang belajar Bahasa Jepang di luar negeri, salah satunya adalah orang Indonesia. "Kami menyambut gembira tingginya minat siswa untuk belajar bahasa dan budaya Jepang sehingga tiap tahun diselenggarakan lomba pidato Bahasa Jepang, tapi Dubes juga berharap lebih banyak mahasiswa Jepang datang ke Indonesia untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan masyarakat di negara ini," katanya. Dubes Yoshinori yang didampingi stafnya, Ayako Mazuda bersama rombongan melakukan kunjungan tiga hari ke Maluku dengan sejumlah agenda di antaranya menemui Kapolda Maluku Brigjen Polisi Syarief Gunawan, Rektor Unpatti Prof. H.B Tetelepta dan Gubernur Maluku, Karel Albert Ralahalu. Selain itu, Dubes juga mengunjungi proyek Pela-Gandong yang didanai pemerintah Jepang United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) melalui dana kemanusiaan International Labour Organization (ILO) Perserikatan BangsaBangsa (PBB) di desa Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan, belum lama ini. z ant

CAGAR BUDAYA
Sejumlah umat berdoa di samping salah satu benda cagar budaya, saat prosesi pemberkatan di Graha Total Quality, Surabaya, Sabtu (4/2). Pemberkatan jelang perayaan Cap Go Meh yang dipimpin oleh Rm Petromualdus Charly Krowa,

antara/eric ireng

Pr yang merupakan Imam Diosesan Keuskupan Ruteng Flores NTT tersebut, bertujuan mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya Indonesia.

Malaysia Kian Incar Songket Batubara


MedanBisnis Batubara
Tenunan tradisional songket asal Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, tidak hanya dikenal di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Makassar, tetapi juga sangat diminati di Malaysia. Nur Azizah (45) pengrajin songket asal Desa Padang Genting, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Sabtu, menyebutkan tenunan songket daerah ini memiliki desain yang cukup menarik, sehingga banyak konsumen yang memesannya. Menurut dia, tertariknya konsumen dengan industri kerajinan Songket Batubara, karena desain atau motif tenunan asal daerah tersebut memiliki nilai seni budaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, jelasnya, banyak dari negara tetangga seperti Malaysia membeli songket tersebut, ketika mereka berkunjung atau liburan ke Kota Medan. "Songket Batubara itu juga memiliki berbagai jenis warna seperti merah jambu, hijau laut, kuning, merah hati, krem, merah muda dan kombinasi warna menarik lainnya," katanya. Ketika ditanya berapa harga kain songket itu, Nurhalizah mengatakan, bervariasi dari mulai terendah Rp500.000, Rp1 juta, Rp2 juta dan bahkan ada yang mencapai Rp5 juta. Harga tenunan Songket yang mencapai Rp5 juta itu, tentunya bahan kainnya bukan jenis yanga biasa, tetapi yang terbuat dari Sutera. "Kalau yang menengah ke bawah itu, kainnya biasa, tetapi benangnya terbuat dari benang perak dan emas. Jadi wajar saja harganya relatif tinggi. Ini juga karena harga benang untuk songket itu sekarang cukup mahal," kata Azizah. Selanjutnya ia menjelaskan, proses pembuatan kain songket ini, masih menggunakan alat tenun terbuat dari kayu dan tradisional, namun memiliki kualitas bagus. Alat pembuat songket itu, yakni alat tenun bukan mesin (ATBM) yang masih banyak terdapat di Kabupaten Batubara itu. ATBM tersebut saat ini tergolong sangat langka yang digunakan pengrajin songket dari daerah tersebut. "Alat tenun ini masih tetap digunakan pengrajin Songket Batubara, tetapi tidak kalah dengan songket yang dihasilkan dengan menggunakan mesin yang serba canggih saat ini," kata Azizah. Hasil P emekar an Pemekar emekaran Kabupaten Batubara merupakan hasil dari pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten Batubara terdiri atas tujuh kecamatan, 98 desa, dan tujuh kelurahan dengan luas cakupan wilayah 92.220 hektare. Kabupaten Batubara sekitar lebih kurang 139 km arah tenggara Kota Medan, memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa.Potensi yang dimiliki antara lain potensi bidang perkebunan,pertanian, perikanan dan kelautan, peternakan, dan potensi pariwisatanya. Bahkan, Batubara telah lama dikenal dunia internasional sebagai pengekspor aluminium hasil olahan PT Inalum. Nama Batubara sendiri berasal dari sebuah batu di pedalaman yang konon pada malam hari mengeluarkan cahaya merah berapi. z ant

Orangutan Terancam Punah


MedanBisnis Jakarta
Jumlah orangutan di Pulau Kalimantan (termasuk Malaysia) terancam punah. Berdasarkan data tahun 2004, jumlah spesies mereka tinggal 65 ribuan. Mereka terus berkurang populasinya karena dua faktor, yakni motif ekonomi dan anggapan pihak perusahaan terhadap orangutan bahwa itu hama. "Orangutan dilindungi, tetapi kondisinya tidak terlindungi," ujar Presiden Direktur Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Jamartin Sihite, baru-baru ini. Sejak 2001, ada 850 orangutan di kandang BOSF dan dalam perawatan. Sekitar 620 orangutan ada di Kalimantan Tengah dan 230 lainnya di Kalimantan Timur. Dalam kongres UNFCCC di Bali tahun 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menyatakan semua orangutan akan dilepasliarkan dan masuk hutan pada 2015. "Namun, melepasliarkan orangutan bukan perkara mudah, ada standar internasional yang harus dipenuhi," kata Jamartin yang juga CEO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) itu. Orangutan harus tinggal di hutan yang aman dan sehat, yakni hutan yang jauh dari pemukiman, tidak ditemukan predator yang lebih dominan dari mereka, dan areal tersebut masih bisa dikelola. Hutan tersebut juga berada di bawah ketinggian 900 meter. Selama tkan H utan Selamatkan Hutan Menyelamatkan orangutan berarti juga menyelamatkan flora dan fauna lain yang hidup di hutan. Mengapa begitu? Karena, Jamartin Sihite, baru-baru ini, "Orangutan merupakan umbrella species, makhluk yang hidup di atas pohon, yang mempengaruhi kehidupan di bawahnya." Setiap orangutan membutuhkan areal 100-150 hektar. Saat orangutan makan bijibijian, mereka biasanya melempar biji-bijian tersebut yang justru efektif untuk regenerasi hutan. "Bisa dibayangkan kalau mereka bergerak 45 hektare, bagaimana penyebaran biji-bijian itu," sambung Jamartin. Tidak hanya itu, saat sore hari ketika orangutan membuat sarang, mereka akan menyusun kanopi atau batang-batang pohon yang mereka anyam. Otomatis, hutan yang lebat dengan pepohonan akan terbuka sehingga sinar Matahari mencapai tanaman di bawahnya. "Regenerasi hutan menjadi lebih cepat. Orangutan membuat dinamis kehidupan hutan," tambahnya. Sayang, orangutan di Pulau Kalimantan (termasuk Malaysia) terancam punah. Berdasarkan data tahun 2004, jumlah spesies mereka tinggal 65 ribuan. Sementara para pemburu orangutan tak kunjung ditindak tegas. "Saat mereka membuka area konsesi, secara tidak langsung orangutan yang tergeser dari tempat tinggalnya itu terbunuh," katanya. z ant

Anda mungkin juga menyukai